Membandingkan Diri: Perilaku Toxic yang Perlu Dihentikan

Pemahaman Diri
Fathan Akbar
19 Des 2021
membandingkan diri sendiri
membandingkan diri sendiri

Hai, gue Fathan, writer Satu Persen.

Sebelum baca artikel ini lebih jauh, coba lo refleksi terlebih dulu, apakah lo suka membandingkan diri dengan orang lain?

Sebagai makhluk sosial, menjadi sesuatu yang wajar bagi lo ketika membutuhkan interaksi dengan orang lain. Entah itu interaksi secara tatap muka, maupun melalui perantara media sosial.

Baca Juga: Pengaruh Media Sosial Terhadap Self-Esteem

Ketika berinteraksi dengan orang lain, bisa dibilang lo cenderung ingin menunjukkan sisi terbaik lo kepada mereka. Mulai dari penampilan fisik, kondisi finansial, sampai kesuksesan yang lo miliki.

Nah, sebenarnya wajar aja kok ketika lo pernah membandingkan diri kayak begitu, baik secara langsung maupun tidak. Hal Itu dikarenakan lo bakal selalu bersinggungan dengan orang lain sehari-harinya. Namun, membandingkan diri secara berlebihan tentu juga gak baik bagi diri lo.

Oleh sebab itu, gue bakal mencoba jelaskan alasan kenapa lo sering membanding-bandingkan, dan mengubahnya menjadi hal yang positif melalui tulisan ini.

Penasaran? Yuk simak sampai habis!

Alasan Kebiasaan Membandingkan Diri

Apa sebenarnya alasan lo kerap membandingkan diri dengan orang lain? Nah, menurut pencetus teori perbandingan sosial, Leon Festinger, sebagai makhluk sosial lo akan selalu membutuhkan penilaian dari lingkungan sosial, yang bahasanya gaulnya “mengais validasi”.

Mulai dari penilaian seputar penampilan fisik, kesuksesan diri, sampai kemampuan sosial yang lo miliki. Hal itulah yang membentuk kebiasaan membandingkan yang lo miliki, Sob!

Dari situ, kebiasaan membandingkan diri juga dapat menimbulkan suatu fenomena yang sering disebut sebagai “pansos”, alias panjat sosial. Itu salah satunya mungkin seringkali lo lakukan melalui berlomba untuk terlihat lebih “baik” daripada orang lain.

Mulai dari pamer menggunakan pakaian bermerek, menyetir mobil mewah, sampai mengunggah instastory lagi makan di restoran mewah. Dengan harapan, orang lain memberikan penilaian positif terhadap diri lo sehari-harinya.

Sebenarnya gak ada yang salah ketika lo mengunggah kehidupan sehari-hari ke media sosial Namun, perlu lo sadari bahwa itu merupakan hal yang gak baik jika dilakukan berlebihan.

Salah satunya dapat memunculkan perasaan gak puas terhadap apa yang telah lo miliki. Dampaknya, perasaan negatif seperti insecure pun muncul dalam diri lo jika ada sesuatu yang gak bisa lo miliki.

Baca Juga : Arti Insecure: Mengenal dan Cara Mengatasinya

Jenis-Jenis Kebiasaan Membandingkan Diri

Nah, perlu lo ingat bahwa membandingkan diri dengan orang lain gak selalu berarti negatif, lho! Itu salah satunya bisa membantu lo mengoreksi kekurangan diri, dan memotivasi lo untuk menjadi lebih baik.

Mulai dari kondisi finansial, penampilan fisik, sampai kondisi kesehatan yang lo miliki. Maka dari itu, lo perlu mengenali jenis dari kebiasaan membandingkan diri. Di antaranya:

1. Kebiasaan Membandingkan Downward

Nah, kebiasaan satu ini terjadi ketika lo membandingkan diri dengan seseorang yang kondisinya lebih “buruk”. Misalnya, ketika berada dalam situasi sulit, lo ingat bahwa masih banyak orang yang gak seberuntung diri lo saat ini.

Dari situ, lo merasa perlu lebih banyak bersyukur dalam kondisi sulit sekalipun. Dengan begitu, kebiasaan membandingkan yang downward salah satunya dapat membuat lo jadi pribadi yang pandai bersyukur!

2. Kebiasaan Membandingkan Upward

Selain itu, kebiasaan yang ini terjadi ketika lo membandingkan diri dengan orang yang lo rasa “lebih baik”. Misalnya, lo membandingkan diri dengan seseorang yang berasal dari keluarga yang berada.

Hal itu mungkin memunculkan perasaan negatif dalam diri lo, seperti perasaan insecure yang dapat menurunkan kepercayaan diri.

Alhasil, kebiasaan membandingkan diri upward dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis diri lo, Sob!

membandingkan diri sendiri

Mengubah Kebiasaan Membandingkan Menjadi Sesuatu yang Positif

membandingkan diri
Photo by Christian Erfurt on Unsplash

Nyatanya, banyak orang yang lebih cenderung memiliki kebiasaan membandingkan diri upward dalam sehari-harinya. Jika berlebihan, tentu itu gak baik bagi kesejahteraan psikologis lo, seperti jadi gak percaya diri dalam berkehidupan sosial.

Belum lagi keberadaan media sosial yang mendorong lo melakukan hal itu. Nah, maka dari itu, berikut merupakan cara mengubah kebiasaan membandingkan menjadi sesuatu yang positif. Di antaranya:

1. Mencari Kesamaan dengan Orang Lain

Pertama, lo bisa mengidentifikasi kesamaan diri lo dengan seseorang yang lo bandingkan. Mulai kesamaan dari asal daerah, ketertarikan akan suatu hal, sampai kepribadian yang lo berdua miliki.

Melalui itu, lo bisa menyadari bahwa lo berdua gak jauh berbeda, dan lo jadi termotivasi untuk jadi lebih baik seperti dirinya. Dengan begitu, ini bisa mengubah kebiasaan membandingkan diri lo menjadi hal yang positif!

Misalnya, lo lagi merasa rendah diri jika dibandingkan dengan teman lo yang telah memulai usaha bisnis. Nah, setelah dipikir-pikir, lo berdua berkuliah di universitas yang sama.

Dari situ, lo bisa belajar apa yang membuat dirinya bisa lebih sukses, seperti mungkin dia berani mengambil risiko terhadap suatu hal. Dengan begitu, kebiasaan membandingkan diri dapat membuat diri lo lebih baik, Sob!

Coba Juga: Tes Self-Love

2. Mengapresiasi Keberhasilan Orang Lain

Kedua, lo bisa membiasakan diri untuk memberi apresiasi atas keberhasilan yang dicapai orang lain. Ini mungkin memang terdengar berlawanan dengan mengurangi kebiasaan membandingkan diri. Namun, itu bisa meningkatkan emosi positif dalam diri lo,

Misalnya, teman lo ada yang berhasil menjuarai suatu perlombaan debat antar universitas. Hal itu mungkin membuat lo membandingkan diri lo dengan kesuksesan teman lo tersebut.

Nah, lo bisa mencoba mengapresiasi keberhasilan dirinya, guna meningkatkan emosi positif yang lo miliki. Harapannya, mengapresiasi keberhasilan orang lain dapat mengubah kebiasaan membandingkan diri lo menjadi positif, Sob!

Dalam tahap ini, jangan lupa kalau diri lo juga butuh apresiasi, jadi setiap kali lo lagi down, start appreciating what you have and what you’ve been through to get this far!

Baca juga: Mengubah Perspektif Lewat Rasa Syukur

3. Bercerita pada Orang Terdekat

Terakhir, lo bisa bercerita kepada orang terdekat ketika merasa sedih akibat membandingkan diri dengan orang lain. Entah itu dengan sahabat, keluarga, sampai pasangan yang lo miliki.

Ini berguna untuk melampiaskan emosi diri lo, dan mendapatkan pandangan yang lebih objektif mengenai kesedihan lo itu. Dengan begitu, ini dapat membantu lo untuk merasa lebih baik ketika membandingkan diri dengan orang lain!

Misalnya, lo lagi merasa sedih akibat merasa tertinggal dari teman lo yang sudah wisuda, sedangkan lo belum.

Nah, lo bisa menceritakan itu kepada orang terdekat, seperti pasangan tercinta. Itu dapat membantu lo untuk melampiaskan emosi, dan mendapat masukan dari dirinya.

Harapannya, bercerita kepada orang terdekat dapat membantu lo menghadapi kesedihan akibat membandingkan diri dengan orang lain, Sob!

Tak ada yang salah ketika lo membandingkan diri dengan orang lain dalam sehari-harinya. Melalui itu, lo bisa termotivasi untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik.

Namun, ada pepatah yang yang berbunyi, “Di atas langit masih ada langit”, yang berarti selalu ada orang yang lebih baik daripada kita. Oleh sebab itu, cobalah untuk sekali-kali melihat ke bawah, guna membuat lo belajar untuk bersyukur, Sob!

Kalo lo merasa bingung dalam mencapai kesuksesan, santai aja, lo bisa ikut konseling Satu Persen. Di dalamnya lo bisa menceritakan kesulitan lo, selain itu lo akan dapet tes psikologi untuk tau kondisi saat ini, asesmen pra-konslutasi, worksheet, dan terapi. Lo bisa ikut konseling dengan ngeklik gambar di bawah ini.

CTA-Blog-Post-06-1-7

Selain itu, lo juga bisa nonton video YouTube Satu Persen tentang “Kenapa Bandingin Diri Sama Orang Lain? (Alasan Kamu Selalu Minder)” di bawah ini.

Gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Gua Fathan dari Satu Persen, thanks!

membandingkan diri sendiri

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.