Cara Memotivasi Diri Sendiri Ketika Ingin Menyerah

Kesehatan Mental
Rebecca Meliani Sembiring
17 Jan 2022

Lakukan Hal Ini Ketika Kamu Ingin Menyerah

(tentang Memotivasi Diri)

Ingatkah kamu saat dirimu mencapai titik terendah dalam hidupmu? Atau, mungkin saat ini, kamu sedang berjuang melewatinya. Dalam periode titik terendah ini, tentu kamu menjadi sangat karib dengan hadirnya emosi negatif. Rasa sedih, kecewa, dan tidak berdaya kerap menghantui langkahmu. Rasanya sangat sulit untuk benar-benar bisa berpikiran positif dan bangkit kembali dari fase ini.

Berada dalam titik terendah kerap membuat kita mempertanyakan keberhargaan diri kita karena harus merasakan kehilangan, kekecewaan, dan kegagalan. Ditambah lagi, dalam situasi pandemi yang penuh ketidakpastian ini, rasa gundah akibat terombang-ambing dalam ketidakpastian tentu semakin memperkeruh suasana. Ketidakhadiran teman atau orang-orang terdekat di samping kita untuk memberikan dukungan dan kata penyemangat mungkin semakin menambah pesimisme kita untuk bangkit.

Lantas, apakah ada secercah solusi dari semua ini?

Tentu ada. Kamu mungkin sudah berkeinginan kuat untuk menyerah dan berpikir kamu telah kehilangan semuanya. Namun, kamu lupa akan salah satu harta paling berharga yang kamu miliki, dirimu sendiri! Dirimu sendiri adalah elemen kunci yang membuatmu dapat bangkit dari keputusasaan. Kamu dapat memotivasi dirimu— menjadi penggerak bagi dirimu untuk terus maju dan pantang menyerah. Kamu masih ragu akan kemampuanmu itu? Artikel ini akan membantumu mengenal hal-hal dalam dirimu yang mampu membuatmu bangkit dari rasa putus asa.

Namun, sebelumnya, apa sih motivasi diri itu?

Motivasi diri adalah dorongan mendasar yang kamu miliki dalam dirimu untuk melakukan sesuatu. Ibarat bahan bakar, motivasi diri membuatmu dapat teguh untuk dapat berjalan semakin dekat menuju tujuanmu.

Motivasi dirimu bersumber dari 2 hal: dalam diri maupun luar diri. Dari dalam diri, kamu menemukan motivasi intrinsik, sebuah dorongan yang bersumber dari dirimu pribadi untuk menyelesaikan suatu hal. Keberhasilanmu mencapai hal itu sudah menjadi reward untuk dirimu sendiri. Misalnya saja ketika kamu memiliki hobi menggambar, kamu mempunyai motibasi intrinsik untuk terus mengasah kemampuan gambarmu agar semakin baik dari hari ke hari untuk kepuasan dirimu sendiri. Dari luar diri kamu akan menemukan motivasi ekstrinsik, motivasi yang disebabkan oleh adanya reward eksternal, entah itu pengakuan dari orang lain, uang, status, maupun kekuatan dan kekuasaan. Tentu, motivasi yang bersumber dari dalam diri itu akan lebih efektif dan lebih bermakna buatmu.

Mengapa rasanya susah sekali ya untuk memotivasi diri saat berada di titik terendah?

Jika kamu merasa demikian, jangan menyalahkan dirimu sendiri karena tidak bisa selalu berpikiran positif. Kenyataannya, merasa putus asa saat dihantam berbagai kenyataan pahit adalah hal yang lumrah.

Menurut, Professor Ron Siegel dari Harvard University dalam salah satu pemaparannya soal mindfulness, otak modern kita belum banyak berevolusi dan seperti halnya manusia purba. Kamu tentu ingat, pada zaman purba, manusia harus hidup menyatu dengan alam dan hewan buas. Sebagai upaya bertahan hidup, otak manusia sangat sensitif terhadap sinyal yang menandakan bahaya. Bahkan hingga saat ini, untuk otak kita, kebutuhan untuk bertahan hidup tetap menduduki posisi utama dibandingkan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Ketika kita merasa berada dalam bahaya, kita kemungkinan besar tidak dapat berpikir soal pengalaman membahagiakan atau penghargaan yang telah kita dapatkan semasa hidup. Sebabnya, kita lebih mudah mengingat kejadian-kejadian yang mengancam atau tidak menyenangkan dibandingkan dengan kejadian-kejadian membahagiakan.

Namun, meskipun kita memiliki tendensi demikian, nyatanya kita tetap dapat bangkit dari kesedihan dengan beradaptasi dengan kondisi biologis kita tersebut. Kunci yang mendasar adalah untuk memiliki kesadaran terlebih dahulu soal kondisi alamiah kita untuk dapat tahu hal-hal yang dapat kita lakukan ke depan. Kenyataan bahwa kita vulnerable bukanlah sesuatu yang perlu disangkal, tetapi perlu diakui dan diatasi.

Lantas, bagaimana caranya memotivasi diri?

Setelah menerima keadaan kita yang sedang terpuruk, kita baru dapat merumuskan langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk memotivasi dan menguatkan diri kita agar dapat bangkit dari masa-masa sulit. Yuk, simak langkah-langkah berikut!

  • Mengenali dirimu dan perasaanmu

Sebelum mencoba menguatkan dirimu untuk kembali bersemangat mengejar tujuanmu, kamu terlebih dahulu harus menyadari kondisimu. Berada dalam kondisi yang membuatmu ingin menyerah adalah sesuatu yang lumrah, bukan sesuatu yang memalukan atau membuatmu terlihat lemah. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, kamu tidak boleh menyangkalnya.

Sebaliknya, kamu harus menerimanya. Kamu dapat membiarkan dirimu mengekspresikan perasaanmu dengan cara yang tidak membahayakan dirimu sendiri dan orang lain, entah itu dalam bentuk tangis atau cerita kepada orang terdekat yang kamu percaya maupun tenaga profesional. Upaya ini dianggap sebagai bagian emotional-based coping, caramu berdamai dengan persoalan dalam sisi emosi atau perasaan.

Setelah itu, kamu dapat mencoba recall dengan mengingat perasaan apa yang kamu rasakan. Fun fact, berdamai dengan emosi negatif akan lebih mudah dilakukan jika kamu dapat address atau memanggil perasaan yang kamu rasakan secara spesifik, entah itu anxious, afraid, insecure, worry, dan sebagainya.

  • Mengenal penyebabmu merasa ingin menyerah

Setelah melakukan emotional based coping dan mengenali perasaanmu, kamu dapat move forward untuk melakukan solution based coping. Pada tahapan ini, kamu akan mencari tahu nih kira-kira apa hal yang memicumu merasakan hal tersebut. Tahapan-tahapan ini oleh Albert Ellis, ahli cognitive behavior, dirumuskan dalam model ABC, yaitu:

  • Activating events

Kamu dapat mengingat kejadian yang memicumu merasa hampir menyerah. Misalnya, hasil kerjamu yang sudah direvisi berulang kali mendapatkan kritikan dari supervisor.

  • Beliefs

Apa sih hal yang kamu percaya berkaitan dengan kejadian tersebut? Misalnya, kamu percaaya bahwa kritik dari supervisor adalah pertanda bahwa segala kerja kerasmu sia-sia, ataupun isyarat bahwa kamu tidak berbakat dalam bidang itu.

  • Consequences

Akibat dari keyakinanmu itu, apa yang terjadi? Rupanya, kamu jadi enggan untuk kembali mencoba dan tenggelam dalam self doubt. Kamu bahkan merasa tidak lagi berharga.

  • Dispute

Sekarang saatnya kamu menantang pikiranmu itu. Memangnya benar ya, orang yang mendapat kritik adalah orang yang gagal? Dalam upayamu mempertanyakan hal yang kamu percaya, kamu dapat berdiskusi dengan banyak orang, termasuk dengan supervisor-mu sendiri. Di tahap ini, kamu mungkin akan mendapatkan banyak insight baru. Misalnya, kamu tahu bahwa banyak orang hebat yang ternyata telah gagal puluhan, ribuan, bahkan ratusan kali seperti Thomas Alfa Edison. Kegagalan memenuhi ekspektasi supervisor adalah hal yang biasa.

  • Exchange

Di tahap ini, kamu mengubah kepercayaanmu yang dahulu soal kritik dan kegagalan menjadi yang baru. Kamu perlahan-lahan dapat melihat segalanya secara lebih positif. Kamu siap untuk mencoba kembali.

Tahapan ini sangat krusial karena melaluinya, kamu tidak hanya belajar membuat dirimu sendiri lebih baik, tetapi juga membuatmu belajar dari kesalahan dan mampu menyikapi dengan lebih baik di kemudian hari.

  • Mengingat pengalaman positif

Seperti yang telah kamu baca sebelumnya, otak manusia memang didesain untuk peka terhadap keadaan yang mengancam sebagai upaya bertahan hidup. Oleh karena itu, ketika mengalami titik terendah, sebagai upaya mengimbangi hal itu, penting pula untuk kembali mengingat segala pengalaman positif atau penghargaan yang telah kamu dapatkan. Dengan begini, kamu akan tersadar bahwa hidup tak selamanya selalu berisikan kesedihan dan kegagalan, tetapi banyak momen membahagiakan yang mengiringinya.

  • Kembali mengingat tujuanmu dan mencoba lagi!

Setelah kamu mendapatkan pemahaman yang lebih positif serta merasa lebih baik, kamu dapat memperkokoh niatmu dengan mengingat kembali tujuan awal kamu melakukannya. Apa tujuanmu berkarya, bekerja, dan berusaha sampai sejauh ini? Dengan pemahaman atas tujuanmu ini, kamu akan mendapatkan motivasi intrinsik untuk kembali mencoba.

Berjuang menghadapi titik terendah memang tidak mudah. Butuh keberanian besar dari dalam diri untuk bisa bangkit dan kembali menghadapinya. Semoga artikel ini bisa membantumu mendapatkan insight dalam upaya bangkit dari rasa putus asa.

Untuk membantumu pulih, kamu juga bisa membaca berbagai artikel dari Satu Persen, salah satunya yang membahas soal self-healing (https://satupersen.net/blog/self-healing-bisakah-membuatmu-merasa-lebih-baik). Kamu merasa kamu adalah individu yang mudah menyerah? Kamu bisa menonton video Satu Persen soal tips-tips bangkit dari keterpurukan khusus buat kamu di sini (https://www.youtube.com/watch?v=bLpjemyGpOI).

Kamu juga bisa mencoba Tes Self-Motivation supaya bisa mengendalikan diri untuk mencapai tujuanmu. Semoga artikel ini bisa membantumu lebih baik, setidaknya Satu Persen setiap harinya, menuju hidup seutuhnya.

Mentoring-5

Referensi:

Ackerman, C. E., M.Sc. (2020, September 01). Self-Motivation Explained + 100 Ways to Motivate Yourself. Retrieved September 26, 2020, from https://positivepsychology.com/self-motivation/

Albrecht, K., Ph.D. (2015, June 11). Redirect Notice. Retrieved September 26, 2020, from https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/us/blog/brainsnacks/201506/could-be-the-one-real-secret-self-motivation?amp

Mcleod, S. (1970, January 01). Cognitive Behavioral Therapy. Retrieved September 26, 2020, from https://www.simplypsychology.org/cognitive-therapy.html



Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.