Halo, Perseners! Sebelum kita bahas artikelnya, kita kenalan dulu ya.
Kenalin, gue Vidha sebagai associate writer di Satu Persen yang sekarang sedang kuliah semester 6 dan berdomisili di Jakarta.
Kalo udah kenal gue, sekarang kita lanjut ke perkenalan selanjutnya, yaitu kenalan sama gejala gangguan depresi.
Lo udah sering gak sih denger kata depresi?
Mau itu di media sosial kayak Instagram, Twitter, Tiktok, atau di sekitar lo mungkin di tongkrongan temen-temen lo atau di lingkungan keluarga lo.
Semakin kita banyak mendengar tentang kata depresi, biasanya kita semakin bingung nih. Apa sih sebenernya depresi itu? Kenapa orang banyak ngomongin tentang depresi? Apa sebab terjadinya si depresi ini?
Nah, biar pertanyaan lo bisa terjawab satu-satu, cus kita lanjut dulu kenalan sama si depresi ini sendiri.
Sedikit tentang gangguan depresi
Dikutip dari web Psychiatry, gangguan depresi atau Major Depressive Disorder (MDD) adalah gangguan mental yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa atau kehilangan minat hidup berkepanjangan sekurang-kurangnya selama 2 minggu.
Menurut WHO, ada lebih dari 100 juta orang menderita depresi di seluruh dunia, namun hanya 25% yang mendapatkan penanganan dan pengobatan.
Depresi ini berpengaruh kepada perasaan, cara berpikir, dan tindakan lo yang menderitanya. Mood yang dominan dirasakan oleh pengidap depresi biasanya perasaan hopelessness, kayak gak ada daya dan upaya serta kehilangan harapan yang bisa menimbulkan pikiran-pikiran negatif kayak membahayakan diri sendiri sampe bunuh diri.
Gejala gangguan depresi
Dilansir dari Psychiatry dari DSM-V menyatakan ada 9 gejala yang mengindikasikan gangguan depresi dari mild/minor depression sampai severe/major depression.
Baca juga: Gangguan Depresi Mayor dan Cara Menanganinya
Seenggaknya lo bisa diindikasikan mengidap gangguan depresi kalo lo merasakan minimal 5 dari 9 gejala selama dua minggu di bawah ini:
Suasana hati yang buruk dan sedih berkepanjangan
Lo merasa gak ada masalah atau sesuatu yang bikin lo sedih atau murung, tapi gak tau kenapa mood lo tuh rasanya pengen nangisss mulu.
Dengerin juga podcast tentang perbedaan sedih biasa dan depresi biar gak salah tangkep.
Kehilangan minat dari kegiatan yang disukai
Kehilangan minat kayak misal biasanya lo suka nonton drakor, tapi di sini tuh lo rasanya gak mau nonton drakor. Gak ada minat buat nonton drakor atau kegiatan lain yang lo suka.
Penurunan atau peningkatan nafsu makan dan berat badan yang signifikan tanpa menjalani diet
Lo bisa males banget makan, tapi juga bisa pengen makan mulu sampe mungkin gak kekontrol dan bisa membuat berat badan lo naik atau turun secara signifikan padahal gak ada niatan diet atau niat menambah berat badan.
Kekurangan atau kelebihan waktu tidur
Hampir sama kayak poin ketiga. Lo bisa mengalami insomnia dan hipersomnia. Bisa susah tidur, bisa juga rasanya selalu mengantuk setiap saat. Cobe deh lo ikut tes kualitas tidur supaya tau kualitas tidur lo akhir-akhir ini.
Baca juga: Macam-macam Gangguan Tidur
Mengalami kelelahan dan kehabisan energi hampir setiap hari meskipun gak banyak kegiatan
Poin kelima bisa bersangkutan dengan poin-poin di atas.
Kekurangan tidur capek, kelebihan tidur juga capek. Kekurangan makan kurang energi, kelebihan makan juga bisa menguras energi. Jadi rasanya capek terus hampir tiap saat dan buat kita jadi biasanya gak ngapa-ngapain
Baca juga: Penyebab Capek Secara Emosi
Penurunan kemampuan berpikir dan gerakan yang lambat (dari point of view orang lain)
Kalo temen atau orang-orang di sekeliling lo ngomong “Eh kok lo jadi lemot gini sih?” atau semacamnya. Bisa jadi termasuk gejala depresi. Otak lo jadi berproses lebih lamban dari biasanya
Merasa tidak berharga dan rasa bersalah yang berlebihan
Pernah gak sih merasa lo tuh gak berguna, cuma jadi beban hidup orang lain. Atau merasa bersalah sama seseorang yang mungkin sebenernya biasa aja, bukan sebuah kesalahan besar.
Nah ini juga bisa termasuk ke dalam gejala-gejala depresi.
Kesulitan mengatur konsentrasi dan mengambil keputusan
Ini bisa menyambung pada poin keenam dan poin ketujuh. Karena otak lo berproses lambat, jadi susah fokus dan susah mengambil keputusan.
Terpikir untuk mengakhiri hidup
Poin ini biasanya dirasakan oleh orang-orang yang menderita major depression, tapi gak terbatas juga cuma orang yang menderita major depression yang bisa merasakan gejala ini.
Kalo udah muncul gejala ini, kalo bisa sesegera mungkin hubungi profesional ya gais.
Baca juga: Penyebab Manusia Ingin Bunuh Diri
Nah, 9 gejala ini kan gejala umum gangguan depresi, tapi sebenernya depresi sendiri punya banyak jenis loh.
Biar lebih kenal lagi, gue bakal jelasin jenis-jenis depresi lain selain depresi mayor ini biar lo makin paham deh sama depresi dan apa aja gejala-gejala dari jenis depresi lain.
Jenis-jenis gangguan depresi dan gejalanya
Setelah kenalan sama gejala gangguan depresi yang paling umum terjadi, yaitu depresi mayor, DSM-V (The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition) punya kenalan lain lagi nih tentang depresi buat lo.
Ada 9 jenis depresi yang dijelaskan oleh DSM-V, di antaranya adalah:
MDD (Major Depressive Disorder)/Gangguan depresi mayor
MDD atau biasa disebut depresi mayor adalah jenis depresi yang paling umum dan terjadi sekurang-kurangnya selama 2 minggu. Gejala-gejala lengkapnya udah gue sebutin di subbab di atas.
Depresi persisten
Depresi persisten sebelumnya dikenal dengan kata dysthymia. Gejalanya meliputi rasa putus asa, penurunan produktivitas, merasa harga diri rendah, dan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari.
Depresi persisten bisa masuk ke dalam jenis depresi kronis yang berlangsung selama lebih dari dua tahun dengan tingkat depresi bisa mild, moderate, dan severe.
Bipolar
Bipolar sendiri adalah gangguan mood di mana penderitanya dapat merasakan fase mania dan fase depresi. Gejala dari fase depresi bipolar meliputi mudah marah dan gelisah, putus asa, ragu dalam mengambil keputusan, dan beberapa lainnya.
Baca juga: Perbedaan Mood Swing dan Bipolar
Depresi post-partum/pasca persalinan
Para wanita yang baru melahirkan juga bisa ketemu depresi. Namanya depresi pasca persalinan. Depresi ini terjadi setelah melahirkan dengan gejala yang meliputi kesedihan berkepanjangan, kebingungan, psikosis, dan kelesuan.
Premenstual Dysphoric Disorder (PMDD)
Bagi lo para ciwi-ciwi yang suka galau sendiri pas lagi PMS, depresi ini bisa jadi salah satu penyebabnya.
PMDD hampir sama dengan PMS (Premenstrual syndrome), tapi gejala dari PMDD lebih jelas kayak kelelahan yang ekstrem, cepat marah, sulit berkonsentrasi, mengidam sesuatu, kecemasan berlebih, dan merasa putus asa.
Baca juga: Kenali Gangguan Depresi pada Perempuan
Seasonal Affective Disorder (SAD)
SAD ini bisa terjadi kalo ada periode tertentu yang terjadi dalam kehidupan, bisa kayak musiman gitu. Gejalanya meliputi depresi, cepat mengantuk, dan kenaikan berat badan.
Biasanya sih SAD ini bisa terjadi di bumi bagian utara dan selatan yang perubahan setiap periodenya cukup signifikan.
Depresi atipikal
Depresi atipikal ini ketika lo ada di perubahan suasana ekstrem yang tadinya ada di situasi negatif, tapi tiba-tiba jadi semangat banget gara-gara ada situasi yang positif.
Gejalanya itu bisa kayak tidur berlebihan, makan berlebihan, merasa terbebani, sensitif banget sama penolakan, dan kelelahan.
Depresi psikotik
Depresi psikotik ini bisa terjadi kalo depresi lo udah berat dan parah banget. Depresi psikotik itu meliputi halusinasi, delusi, dan paranoid. Gejala psikotik ini biasanya ada pada gangguan skizofrenia.
Depresi situasional
Pernah gak sih lo rasain perubahan hidup yang signifikan banget? Kayak misal perceraian orang tua, ditinggal orang yang disayang, di-PHK, dan lain-lain. Ini bisa jadi sindrom respon terhadap stres yang bisa menyebabkan munculnya depresi.
Udinnn nih 9 jenis depresi dari DSM-V. Kalo lo merasa dari sekian banyak tulisan ini ada yang relate, sebisa mungkin langsung menghubungi profesional ya. Sebaiknya enggak self-diagnose biar gak salah penanganan.
Setiap orang bisa merasakan gejala yang beda-beda, gak selalu sama antara penderita satu dengan penderita lainnya.
Jadi untuk make sure yang lo rasain itu termasuk gejala depresi atau bukan, lo bisa konsultasi bareng psikolog Satu Persen untuk mendapat diagnosis dan penanganan lebih lanjut terkait gejala-gejala yang lo rasain tentang depresi.
Akhir kata, semoga semua baik-baik aja. Apapun jenis depresi yang mungkin ada di diri lo akan segera pergi dan lo bisa hidup seperti pada normalnya. Jangan lupa untuk tetap #HidupSeutuhnya!
Referensi:
Santoso, M. B., Asiah, D. H. S., & Kirana, C. I. (2017). BUNUH DIRI DAN DEPRESI DALAM PERSPEKTIF PEKERJAANSOSIAL. Jurnal Unpad, 4(3), 390–447. Retrieved from http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:SVrLuP8lqgUJ:jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/download/18617/8838+&cd=18&hl=en&ct=clnk&gl=id
Torres, F. (2020). What Is Depression? Retrieved March 14, 2021, from https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression
Authority, H. (2018). Depression/Bahasa Indonesia. Retrieved March 14, 2021, from https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Depression_Bahasa-Indonesia.pdf?ext=.pdf
Casarella, J. (2020). Types of Depression. Retrieved March 15, 2021, from https://www.webmd.com/depression/guide/depression-types