Halo, Perseners. How’s life?
Kenalin, gue Hana. Gue di sini menulis sebagai associate writer dari Satu Persen.
Akhir-akhir ini, lo pasti ngerasa kalo isu kesehatan mental lagi ramai dibicarakan, gak terkecuali mengenai depresi. Kelihatannya, orang-orang udah pada aware sama pentingnya kesehatan mental.
Tapi, lo tahu gak, Perseners?
Menurut yang dirilis oleh National Alliance on Mental Illness (NAMI), 1 dari 8 perempuan dinyatakan mengalami depresi dalam hidupnya; dua kali lipat dibandingkan laki-laki.
Lumayan jauh ya, perbedaan angkanya?
Nah, melalui artikel kali ini, gue bakal jelasin apa itu gangguan depresi, penyebab depresi, dan kenapa depresi lebih sering ditemukan pada perempuan.
Pengertian dan penyebab depresi
Sebelum membahas lebih jauh tentang depresi pada perempuan, gue pengen lo tahu dulu apa itu depresi secara umum.
Depresi merupakan gangguan mental yang serius, di mana penderitanya merasa sangat sedih secara terus-menerus. Umumnya, penderita depresi juga mengalami penurunan minat terhadap rutinitas harian maupun aktivitas yang sebelumnya mereka senangi. Nah, karena itulah mereka jadi kesulitan untuk bersemangat melanjutkan hidupnya.
Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition), ada beberapa kriteria seseorang dapat dikatakan menderita depresi, yaitu mengalami tekanan sepanjang hari, gak minat lagi sama aktivitas yang dulunya menyenangkan, serta sulit konsentrasi dan membuat keputusan.
Selain itu, penderita depresi juga sering merasa gak berharga, bersalah, marah, lelah ekstrem, dan gelisah. Gak cuma itu, mereka biasanya juga mengalami masalah tidur dan gangguan pola makan. Sehingga, kondisi fisiknya juga bisa ikut terganggu.
Kalo dibiarkan aja, kondisi penderita bisa semakin parah. Mereka mungkin banget berpikir tentang kematian, bahkan melakukan percobaan bunuh diri.
Baca Juga: Penyebab Manusia Bunuh Diri
Jadi, gue mau tekankan bahwa depresi itu gak sama dengan sedih. Sedih adalah emosi atau perasaan yang wajar, sedangkan depresi merupakan gangguan mental yang perlu diagnosa serta penanganan khusus dari psikolog supaya bisa pulih.
Ada beberapa faktor penyebab depresi, antara lain: riwayat dari keluarga yang juga menderita depresi, trauma di masa lalu, penyalahgunaan obat, kepercayaan diri rendah, mengalami sakit keras, adanya pengalaman buruk, kurangnya support system, dan lain-lain.
Tapi, gak semua orang yang mengalami hal-hal tadi dipastikan terkena depresi, ya. Inget, untuk mengetahui kondisi mental, lo perlu diagnosa dari tenaga profesional.
Penyebab depresi lebih rentan terhadap perempuan
Perbedaan angka yang dirilis oleh NAMI tadi pastinya bukannya tanpa alasan, guys.
Beberapa ahli percaya bahwa kedua jenis kelamin sama-sama berpotensi menderita depresi, namun laki-laki cenderung gak membicarakan suasana hati, apalagi sampe cari bantuan. Mungkin juga depresi pada laki-laki ditunjukkan dengan cara yang berbeda, seperti perilaku kekerasan, alih-alih pergi ke tenaga profesional.
Teori lain mengatakan bahwa meskipun kedua jenis kelamin bisa mengalami depresi, perempuan menjadi lebih rentan karena tekanan hidup dan faktor lingkungan tertentu yang lebih sering dialami oleh mereka.
Kalau yang dua tadi masih berupa teori, ada gak sih fakta yang udah teruji benar?
Sejauh ini, para peneliti berhasil hanya sebatas mengidentifikasi faktor biologis. Perubahan hormonal yang terjadi pada menstruasi bulanan menyebabkan perubahan mood. Beberapa perempuan juga rentan mengalami depresi setelah melahirkan atau selama transisi menuju menopause.
Tentunya kita tahu ya, bahwa menstruasi, hamil dan melahirkan, serta menopause hanya terjadi pada perempuan. Karena perbedaan hormon inilah yang membedakan depresi pada perempuan dan laki-laki menurut faktor biologisnya.
Gimana dengan faktor lainnya?
Perempuan juga lebih mungkin mengalami pengalaman berat tertentu seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, maupun ketidakpercayaan diri karena gak memenuhi standar kecantikan. Pengalaman semacam ini tentu berefek buruk dan bertahan lama di dalam otak.
Selain itu, pengalaman sehari-hari juga bisa jadi pemicu, lho. Di banyak tempat, perempuan lebih mungkin mengasuh baik anak kecil maupun orang lanjut usia. Hal itu dapat menyebabkan stres kronis yang berlanjut hingga tahap depresi.
Rata-rata perempuan lebih mengalami kemiskinan daripada laki-laki. Misalnya, pada ibu single-parent yang memiliki anak kecil, mereka dihadapkan oleh tuntutan menjadi ibu rumah tangga sekaligus bekerja, dan keduanya dilakukan sendiri. Makanya, gak heran kalo mereka cenderung mengalami tingkat depresi yang lebih tinggi.
Apa yang bisa dilakukan untuk yang mengalami penyebab depresi?
Mungkin lo punya keluarga, teman, atau pacar perempuan yang menderita atau menunjukkan gejala depresi. Rasanya kepengen bantu, tapi gak tahu harus apa. Takutnya salah ucapan atau sikap, soalnya lo ngerasa awam sama masalah ginian.
Tenang aja, Perseners. Meskipun bukan tenaga profesional, lo bisa kok bantuin orang tersayang lo dalam menghadapi depresi. Tenang, tips ini udah disesuaikan dengan kapabilitas lo, ya.
Gimana sih caranya?
1. Pelajari tentang pengertian, gejala, dan penyebab depresi
Tentunya, lo harus tahu dulu apa itu depresi dan apa bedanya sama sedih biasa. Pelajari juga gimana perbedaan hormon pada perempuan. Supaya penanganannya gak salah, guys. Semuanya ada di internet, kok.
Tapi, jangan sampe malah self-diagnose, ya! Cukup dijadikan pengetahuan aja supaya lo gak terlalu nge-blank.
2. Dengarkan penyebab depresi yang dialaminya
Orang yang mengalami depresi pasti ada sebabnya, dan pastinya itu bukan pengalaman yang menyenangkan. Jadilah pendengar yang baik, dengan cara active listening, jangan menghakimi, dan bertanya alih-alih membuat asumsi sendiri.
Tapi, jangan paksa mereka buat menjawab, ya. Lo harus sabar, memahami, dan beri mereka waktu serta kenyamanan.
3. Hadir di saat penyebab depresi menghantuinya
Dengan hadirnya lo di sisi orang yang menderita depresi, lo sudah cukup membantu, kok. Jangan biarin dia sendiri, ya! Kalo perlu, coba lo ajakin untuk melakukan sesuatu. Supaya pikiran dia bisa teralihkan ke hal-hal yang lebih baik.
4. Dukung dia untuk pulih dari penyebab depresi
Pada akhirnya, lo gak akan bisa ngobatin dia. Dan lo juga gak perlu susah sendiri bantuin dia yang depresi. Mungkin udah saatnya buat ajak dia ke tenaga profesional. Kasih dukungan emosional untuk menguatkannya dalam menjalani proses pemulihan.
5. Penyebab depresi juga bisa menyerang lo kalo kurang memperhatikan diri
Selain mereka yang mengalami depresi, lo juga perlu menjaga diri dan kondisi mental lo. Mendampingi penderita depresi itu sama sekali gak gampang, jadi wajar banget kalo mungkin lo ikut ngerasa capek.
Beri waktu buat diri lo juga. Jangan lupa istirahat, self-care, dan recharge energi. Supaya lo ada tenaga buat mendukung mereka yang berjuang menghadapi depresi.
Baca Juga: Self-Care: Penting untuk Dirimu
Sedangkan, kalo lo adalah penderita depresi, atau merasakan beberapa gejala depresi, hal-hal yang mungkin bisa lo lakukan adalah cari support system atau teman cerita, melakukan self-care, dan yang paling penting carilah bantuan ke tenaga profesional.
Kabar baiknya, depresi itu merupakan gangguan mental yang bisa disembuhkan. Dan kalo lo bingung mau cari bantuan kemana, well—kabar baik lagi buat lo, Satu Persen bisa bantu lo.
Satu Persen punya layanan konseling untuk menangani masalah klinis seperti depresi. Di situ, lo bakal ditangani sama psikolog yang udah ahli di bidangnya, dibantu dengan asesmen mendalam serta terapi. Selain itu, lo juga bisa mendapatkan diagnosa, biar lo gak bingung lagi.
Sebelum ikut konseling Satu Persen, mungkin lo bisa mulai dengan mengukur tingkat stres dan kondisi mental lo, supaya ada sedikit gambaran. Yuk, cobain tesnya di sini.
Selain itu, lo juga bisa nonton video YouTube dari Satu Persen tentang penyebab depresi. Tentunya, video ini cocok banget buat lo yang lagi pengen belajar banyak soal ini.
Segitu dulu tulisan gue. Semoga bermanfaat dan bisa memberi insight yang lebih luas. Perempuan maupun laki-laki, keduanya punya risiko terkena depresi, jadi gue harap kalian semua sehat selalu, ya! Jangan lupa untuk memperlakukan semua orang dengan baik :)
Yuk, berkembang bareng-bareng! Gak usah langsung banyak, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.
Akhir kata, thanks a million!
Referensi
Harvard Mental Health Letter. (May, 2011). Women and depression. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.health.harvard.edu/womens-health/women-and-depression.
National Alliance on Mental Illness Press Release. (April 28, 2008). Women & Depression. 1 in 8; twice the rate of men. Retrieved on January 11, 2020 from https://www.nami.org/Press-Media/Press-Releases/2008/Women-Depression-1-in-8;-twice-the-rate-of-men.
Sirohi, S. (April, 2020). Depression in women. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.priorygroup.com/mental-health/depression-treatment/depression-in-women.
Whelan, C. (March 30, 2017). Is It Depression or Sadness? Learn the Signs. Retrieved on January 10, 2020 from https://www.healthline.com/health/depression/depression-vs-sadness.