Halo, gue Fathan, writer di Satu Persen.
Gimana kabar kalian? Hidup kalian berjalan lancar?
Yah, kalau ngomongin hidup, tentunya kita akan menemukan banyak hal baru dan orang-orang baru. Simply karena kita semua berkembang dan berdinamika.
Dinamika kehidupan merupakan suatu hal yang gak terhindarkan dalam hidup. Ada kalanya kita bahagia, namun ada kalanya pula kita sedih. Dari situ, bisa dibilang setiap orang tentu memiliki masalah hidupnya tersendiri.
Tentu masalah tersebut gak bisa banding-bandingin. Karena setiap orang menghadapi hal yang kita mungkin gak ketahui. Kali ini gue akan membagikan cerita dari salah satu mentee Satu Persen, yaitu Thea tentang bagaimana cara dia menghadapi gangguan bipolar.
Mungkin lo sendiri pernah mengalami masalah yang cukup berat dalam hidup. Rasanya, lo udah ngelakuin berbagai hal buat menghadapinya. Tapi tetep aja tuh masalah lo gak ilang-ilang. Malah mungkin yang ada semakin parah. Alhasil, lo bingung harus gimana dan nyerah gitu aja.
Hal yang kayak begitu tentu gak bisa lo diemin begitu aja, Sob! Kenapa? Karena lama kelamaan bisa mengganggu kesehatan mental serta keseharian lo!
Ada kalanya mungkin lo bisa menghadapi masalah lo sendirian. Tapi, ada kalanya juga lo membutuhkan bantuan orang lain buat menghadapinya. Salah satunya lewat bantuan profesional kesehatan mental.
Nah, mungkin cerita dari Thea bisa menjadi inspirasi buat lo untuk mempertimbangkan apakah lo butuh bantuan atau gak. So, simak ceritanya baik-baik, ya!
Masa Lalu yang Kurang Menyenangkan
Setiap orang memiliki masa lalu masing-masing. Termasuk aku, perempuan yang mendaftar mentoring Satu Persen pada awal tahun ini. Saat masih menduduki bangku sekolah di 2004, aku didiagnosa oleh psikiater mengalami depresi berat. Karena berbagai persoalan yang dihadapi saat itu.
Tak sampai di situ, di 2009, aku pun kembali didiagnosa memiliki gangguan bipolar. Mungkin ada beberapa dari kalian yang belum paham tentang gangguan bipolar.
Well, secara singkat gangguan bipolar merupakan suasana hati yang cenderung berubah-ubah dengan mudah. Aku sering mengalami perubahan mood secara cepat. Tetapi, lebih cenderung ke fase depresi. Seperti kesulitan mengatur emosi, sampai rasa sedih yang berlarut-larut.
Situasi demikian membuatku merasa tertekan dalam menjalani kehidupan. Belum lagi ditambah stres yang terus menumpuk tiap waktunya. Dunia terasa seperti mau runtuh saat itu. Dikarenakan rasa stres yang terus menumpuk tiap waktunya, aku pun merasa tidak mampu menghadapinya lagi.
Bagaimana Bisa Mengalami Gangguan Bipolar?
Bagi anak remaja, mungkin menjadi dewasa terdengar menyenangkan karena mereka dapat merasakan kebebasan tanpa harus dilarang oleh orang tua.
Namun, mereka mungkin lupa bahwa makin dewasa juga berarti tanggung jawab yang diemban makin banyak. Belum lagi bicara soal masalah yang datang silih berganti.
Hal demikian tak terkecuali bagi aku sendiri. Semakin bertambah usia, beban hidupku ikut bertambah. Mulai dari masalah keluarga akibat perceraian kedua orang tua, sampai masalah keuangan.
Kondisiku semakin diperparah dengan pertemanan yang hancur. Aku merasa teman-teman menghilang di saat aku sedang membutuhkan mereka.
Melalui bantuan Psikiater, aku pun dapat mengetahui apa masalah yang sedang aku hadapi.
Awalnya, aku merasa bingung tentang apa yang harus diceritakan. Namun, secara perlahan, aku sadar bahwa banyak masalah yang tidak terselesaikan di masa lalu. Sehingga masuk ke dalam alam bawah sadar. Hal demikian membuatku putus harapan untuk melanjutkan hidup.
Jatuh Sakit
Waktu demi waktu terlewati, akupun akhirnya jatuh sakit pada akhir tahun 2019. Awalnya aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Saat berbicara, anggota badanku entah kenapa tiba-tiba bergerak sendiri. Aku pun panik dan akhirnya dirawat di rumah sakit.
Selama dirawat, pikiranku kosong.
Aku sendiri juga heran apa yang menyebabkan aku bisa seperti itu. Akupun berasumsi bahwa aku jatuh sakit akibat pikiran sendiri. Aku seringkali overthinking, salah satunya karena terlalu berekspektasi tinggi mengenai suatu hal. Sedangkan kenyataannya tidak sesuai dengan harapanku.
Baca juga: Apa Itu Overthinking? Kenali Sebab dan Akibatnya!
Selepas keluar dari rumah sakit, masalahku tidak berhenti sampai di situ saja. Aku harus menghadapi masalah keuangan yang cukup berat dan itu membuat diriku merasa semakin terpuruk.
Menghadapi Gangguan Bipolar dengan Belajar Hal Baru
Aku memutuskan untuk mendaftar mentoring Satu Persen. Di sinilah aku bertemu dengan salah satu mentor bernama Ifandi Khainur Rahim, yang biasa disapa Kak Evan.
Aku pun berkonsultasi tentang berbagai permasalahan yang ku miliki. Salah satunya mengenai makna serta tujuanku menjalani hidup.
Setelah menjalani mentoring kurang lebih satu jam, akhirnya aku mendapatkan pencerahan dalam menghadapi gangguan bipolar.
Sang mentor, Evan, memberikan beberapa saran mengenai permasalahan yang kuhadapi. Di antaranya:
1. Cobalah Kurangi Overthinking
Saat overthinking, pikiranku cenderung berantakan. Seperti tidak tahu apa sebenarnya inti dari pikiranku. Itu tentu tidak baik bagi kesehatan mental karena dapat menggangguku dalam memproses suatu hal.
Dari situ, aku pun belajar bagaimana cara mengatasi overthinking dengan baik. Aku belajar untuk membedakan antara asumsi serta fakta tentang hal yang sedang diriku pikirkan.
Hal tersebut karena bisa jadi pikiran tersebut hanyalah asumsiku semata. Dalam arti lain apa yang sebenarnya aku pikirkan tidaklah sepenuhnya benar.
2. Nikmati Apa yang Telah Ada untuk Kita
Terkadang aku terlalu fokus mengejar apa yang diriku impikan dalam hidup. Sehingga mungkin lupa untuk mengambil rehat sejenak dari kehidupan.
Di samping itu, aku lupa untuk mensyukuri apa yang telah aku miliki saat ini. Mulai dari bisa makan enak, tinggal di tempat yang layak, sampai masih bisa bernapas.
Aku menyadari bahwa selama ini diriku terlalu termakan oleh pikiran sendiri. Aku pun belajar untuk tidak hidup di masa lalu. Serta berhenti mencemaskan apa yang akan terjadi di masa depan, karena sesungguhnya hal itu merupakan misteri dari kehidupan. Dalam arti lain, tidak satupun dari kita yang mengetahui secara pasti tentang itu.
Aku juga belajar untuk mencoba menikmati apa yang telah diriku miliki saat ini. Karena sejatinya masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku.
Aku pun juga tak lupa belajar menghargai orang yang berada di sekelilingku. Guna mensyukuri nikmat yang telah diri ini dapatkan.
3. Cobalah Bersikap Ikhlas akan Suatu Hal
Ada kalanya memang sulit bagiku untuk merelakan sesuatu. Rasanya, mungkin tak adil bagi karena aku harus dihadapkan dengan situasi tertentu.
Tapi, begitulah yang namanya hidup. Ada saatnya aku harus belajar melepaskan sesuatu, guna mendapatkan sesuatu yang baru.
Aku pun belajar bahwa bersikap ikhlas itu merupakan sesuatu yang penting. Dengan ikhlas, aku belajar untuk bersikap legowo dalam berbagai situasi. Hal itulah yang membuatku lebih mudah untuk menerima keadaan. Termasuk keadaan yang berat sekalipun.
Aku juga belajar untuk membedakan mana hal yang dapat diriku kendalikan atau tidak. Aku pun mencoba pula untuk tidak terlalu memusingkan sesuatu yang di luar kendali. Serta fokus menjalankan apa yang diri ini bisa lakukan. Dengan begitu, aku merasa lebih santuy dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pesan dari Thea untuk Kita Semua
Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan bagi kalian semua setelah menjalani mentoring Satu Persen. Di antaranya:
1. Tetap Semangat dalam Menghadapi Situasi Apapun
Aku berpesan kepada kalian semua untuk tidak menyerah begitu saja ketika dihadapkan dengan kesulitan. Aku paham bahwa mungkin berat bagi kita saat menghadapi suatu masalah.
Tapi, aku percaya bahwa seberat apapun situasi sejatinya terdapat jalan keluarnya masing-masing. Badai pasti berlalu, bukan?
Selain itu aku juga mengingatkan bagi kita semua untuk tetap fokus menjalani apa yang bisa kerjakan. Jangan takut untuk gagal akan sesuatu. Dari kegagalan lah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Serta akan lebih menyesal bilamana kita tidak mencobanya.
2. Bagikan Pengalaman yang Kita Miliki Kepada Orang Lain
Aku pun mengingatkan untuk jangan segan membagikan pengalaman pribadi kita kepada orang lain. Baik pengalaman yang positif maupun negatif.
Karena sejatinya pengalaman merupakan guru terbaik dalam kehidupan. Dengan begitu kita dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita.
Misalnya pengalaman depresi yang aku bagikan kepada kalian semua. Harapannya, aku dapat menginspirasi kalian semua dari pengalaman yang ku bagikan ini.
3. Menjadi Dewasa Merupakan Suatu Keharusan
Aku ingin mengingatkan kepada kalian semua bahwa apapun yang terjadi hidup akan terus berjalan. Tidak ada gunanya bagi kita terlarut dalam penyesalan tentang hal yang sudah terlewati.
Mungkin memang berat bagi kita semua dalam menjalani proses menjadi dewasa. Sebab kita harus melalui berbagai rintangan yang mungkin kita tak ketahui.
Tetapi, ingatlah, bahwa dalam prosesnya kita gak sendirian kok. Ada orang-orang yang masih peduli dan mau membantu kita. Coba perhatikan sekitarmu.
4. Kendalikan Ekspektasi
Aku mengingatkan kepada kalian semua untuk lebih mengendalikan ekspektasi akan suatu hal. Berekspektasi memang tidak ada salahnya untuk dilakukan, sebagai motivasi kita untuk meraih sesuatu. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kita juga harus siap dengan kemungkinan terburuknya agar terhindar dari rasa kecewa yang berlebih.
Kita bisa menerapkan “ekspektasi realistis”, yaitu membuat ekspektasi yang kira-kira bisa dicapai. Hal itu dilakukan guna memotivasi kita untuk mencapainya. Serta menghindari kekecewaan berlebihan jika tidak tercapai.
Tonton juga: Filosofi Stoicism (Ekspektasi dan Kebahagiaan)
5. Jangan Ragu untuk Meminta Bantuan Orang Lain
Terakhir, aku berpesan untuk jangan sungkan meminta bantuan orang lain bila kita mengalami kesulitan. Salah satunya melalui mentoring Satu Persen ini. Ada kalanya kita butuh bantuan untuk menghadapi masalah kita. Tentunya, hal demikian wajar banget kok.
Sadarilah bahwa tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Oleh karena itu, wajar apabila kita membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial, sejatinya kita membutuhkan orang lain bukan?
Coba juga: Tes Kelebihan dan Kekurangan Diri
Jangan sampai kehilangan harapan akan suatu hal. Mungkin saja harapan yang kita sematkan itu akan datang kelak nanti. Gali terus potensi diri kita agar bisa lebih semakin dekat dengan harapan itu, paling tidak satu persen setiap harinya!
Selesai.
Nah, itu dia cerita dari salah satu temen kita sob! Akhir kata, gue mau sampein kalo lo bisa ikut online mentoring Satu Persen sama seperti temen kita tadi. Di dalamnya lo bisa menceritakan kesulitan lo bersama mentor-mentor yang terlatih.
Lo bisa ikut online mentoring dengan nge-klik gambar di atas. Gue harap lewat membaca artikel ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.
Gua Fathan dari Satu Persen, thanks!