Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Lo mungkin udah akrab dengan kisah Peter Pan bukan? Bocah laki-laki yang tinggal di tempat ajaib bernama Neverland sehingga dia tidak perlu tumbuh dewasa. Terlepas dari betapa menyenangkannya jika tidak perlu membayar tagihan atau menjadwalkan janji dengan dokter, ini adalah hal yang sangat nyata yang lo lakukan sebagai orang dewasa.
Mungkin tumbuh dewasa bukanlah salah satu hal yang menyenangkan karena banyak sekali tanggung jawab yang harus dilakukan. Semakin kita dewasa, semakin banyak halangan dan rintangan yang menghadap.
Akan tetapi, semua itu harus kita lalui agar kita dapat menemukan makna dari hidup. Bagaimana kalau kita menghindari semua ini? Bagaimana kalau kita masih denial kalau ternyata kita sudah tumbuh dewasa dan bukan anak-anak atau remaja lagi?
Kalau lo berusaha menghindari itu semua dan beranggapan lo itu masih anak-anak, mungkin aja lo bisa dikatakan mengidap sindrom Peter Pan. Dimana yang kita tahu, Peter Pan menghindari tanggung jawab sebagai orang dewasa dengan segala yang dimilikinya, dan orang-orang dengan sindrom Peter Pan cenderung melakukan hal yang sama.
Karena lagi ngomongin tentang Peter Pan nih, di artikel kali ini gue akan mencoba membahas tentang sindrom Peter Pan & 6 ciri-ciri umum orang yang memilikinya. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Buat Lo yang Suka Merasa Gak Pantes (Cara Mengatasi Impostor Syndrome)
Sejarah Istilah Sindrom Peter Pan
Berasal dari nama tokoh anak laki-laki yang tidak pernah tumbuh dewasa, istilah "sindrom Peter Pan" pertama kali terlihat dalam buku psikoanalisis Dan Kiley tahun 1983 berjudul The Peter Pan Syndrome: Men Who Have Never Grown Up. Istilah tersebut menggambarkan fenomena orang dewasa yang menua secara fisik, tetapi tidak secara emosional.
Orang dewasa dengan sindrom Peter Pan, juga kadang-kadang disebut sindrom kegagalan, menghindari tanggung jawab pribadi dan profesional sebagai orang dewasa. "Mereka hanya orang-orang yang benar-benar tidak ingin tumbuh dewasa," kata Babita Spinelli, L.P., psikoterapis dan pakar hubungan mengatakan "Dan mereka menemukan tanggung jawab orang dewasa benar-benar menantang."
Kiley mungkin berfokus pada pria dalam penelitiannya, tetapi sindrom Peter Pan dapat berlaku untuk semua jenis kelamin. "Di zaman sekarang ini, kami tidak memiliki stereotip gender semacam itu, jadi kami benar-benar ingin lebih terbuka dalam menerapkannya," tegas Spinelli.
Sindrom Peter Pan bukanlah diagnosis resmi atau kondisi kesehatan mental yang diakui oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5). Namun, ada baiknya memberi nama pada ciri-ciri sindrom Peter Pan yang mungkin kita lihat pada orang-orang di sekitar kita atau dalam diri kita sendiri.
Nah, berikut ini 6 tanda umum seseorang memiliki sindrom Peter Pan.
6 Ciri-Ciri Sindrom Peter Pan yang Umum
Sulit untuk mengetahui apakah lo atau seseorang yang lo kenal menderita sindrom Peter Pan karena sindrom ini tidak ada gejala resminya. Tetapi ada beberapa cara umum dan, mungkin akrab bagi lo yang mana hal itu muncul dalam kehidupan. Berikut adalah beberapa cara sindrom Peter Pan muncul dalam hidup, dan tidak setiap orang yang memilikinya menampilkannya dengan cara yang sama:
1.Bermasalah dengan rencana jangka panjang
Ciri-ciri sindrom Peter Pan yang pertama adalah ketika seseorang mungkin merasa sulit untuk berada dalam hubungan jangka panjang, entah romantis atau platonis. Gaya keterikatan mereka sama sekali tidak aman, dan mereka mungkin tidak dapat berkomitmen secara emosional dengan orang lain.
Ini bukan berarti bahwa setiap orang yang tidak menginginkan hubungan jangka panjang memiliki sindrom ini. Tetapi jika rasa takut memikul tanggung jawab hubungan yang sehat atau tidak ingin tumbuh adalah alasan untuk putus, maka mungkin saja mengalami sindrom Peter Pan ini.
2. Mengandalkan orang lain untuk merawat atau menjaganya
Sudah menjadi sifat alami bagi seseorang dengan ciri-ciri sindrom Peter Pan untuk bergantung pada orang tua atau keluarga mereka. "Mereka tidak dapat melakukan apa pun yang akan membantu diri mereka sendiri dengan cara yang berarti atau benar-benar terpisah dari keluarga asal mereka," kata Gauri Khurana, M.D seorang psikiater anak dan dewasa. Khurana juga mengatakan bahwa mereka lebih menikmati orang lain yang merawat mereka.
3. Tidak tertarik pada perkembangan diri
Ada pemahaman umum bahwa seiring bertambahnya usia, lo tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan kuat. Pertumbuhannya mungkin bisa minimal, tapi itu tetap saja pertumbuhan.
Tetapi ketika seseorang memperlihatkan sindrom Peter Pan, rasanya seolah tidak ada alasan untuk tumbuh. Pasalnya lo menikmati hidup seperti biasanya dan tidak melihat ada yang salah dengannya.
4. Sulit membuat keputusan
Rata-rata orang membuat lebih dari 35.000 keputusan setiap hari. Bisa dibilang itu adalah bagian utama dari menjadi dewasa. Seseorang dengan ciri-ciri sindrom Peter Pan dapat menghindari hal ini dengan meminta orang lain untuk memimpin. "Seringkali mereka takut akan dipandang negatif, sehingga mereka bingung dalam mengambil keputusan," kata Spinelli.
5. Sulit mengatur keuangan
Tidak semua orang cerdas dalam mengatur keuangan mereka. Lo mungkin hanya memikirkan keuangan lo ketika lo membelanjakan uang atau memeriksa rekening lo. Namun, bagi seseorang dengan ciri-ciri sindrom Peter Pan, mengatur atau melacak keuangan pribadi bukanlah prioritas. Bahkan, mungkin sesuatu yang mereka hindari sama sekali sampai tidak ada saldo sama sekali di rekening mereka.
6. Menghindari konflik dan konfrontasi
Seseorang dengan ciri-ciri sindrom Peter Pan mungkin masih memiliki kematangan emosional seorang anak. Jadi ketika menyangkut konflik dan konfrontasi, mereka menghindarinya sebaik mungkin, kadang-kadang melarikan diri ke realitas mereka sendiri dan di lain waktu menyerbu dan mengunci diri di kamar tidur.
Baca juga: Empty Love: Berada di Sebuah Hubungan Tanpa Adanya Rasa
Penyebab Sindrom Peter Pan
"Sebagai seorang psikoanalis, kami selalu mencari hubungan dengan masa kecil kami," kata Spinelli. "Sedikit gambarannya, tentu saja, kita kembali ke apa yang dimodelkan oleh orang tua kita."
Katakanlah lo memiliki helicopter parents (orang tua helikopter) yang selalu ada dan sangat terlibat dalam hidup lo. Mereka mengurus segalanya dan cenderung sedikit overprotektif. Mereka mungkin telah menyemangati lo dan membuat lo tetap aman, tetapi mereka juga menciptakan fondasi yang goyah untuk diri lo yang dewasa—di mana lo merasa tidak yakin atau cemas ketika tiba saatnya untuk membuat keputusan atau melakukan sesuatu untuk diri lo sendiri.
Di ujung lain spektrum, katakanlah lo dibesarkan di rumah tangga yang kasar atau lalai di mana lo selalu tertutup. "Sekali lagi, lo tidak pernah benar-benar belajar bagaimana menjadi dewasa," kata Spinelli. Ketakutan dan ketidakamanan yang bertumbuh merupakan bentuk manifestasi orang dewasa yang tidak yakin pada diri mereka sendiri dan takut melakukan hal yang salah. Jadi mereka menghindari melakukan apa pun.
Dan jika lo berasal dari tempat yang mengalami kesulitan ekonomi atau emosional, di mana lo tidak pernah belajar bagaimana menangani uang atau hubungan, gagasan untuk tetap berada dalam keadaan di mana hal-hal itu tidak terlalu penting. Pada akhirnya, semua bermuara pada apa yang lo pelajari sebagai seorang anak, dan apa yang dicontohkan oleh orang tua atau wali lo untuk lo.
Cara Menghadapi Sindrom Peter Pan
1.Jika lo menyadari bahwa lo memiliki sindrom Peter Pan:
Jika lo memperhatikan gaya hidup menyenangkan malah merembes ke area lain dalam hidup lo, menyebabkan masalah serius dalam hubungan lo ataupun kehidupan kerja, Spinelli menyarankan untuk memulai terapi atau pembinaan kehidupan.
Manfaat terapi sendiri dapat membantu seseorang yang memiliki ciri-ciri sindrom Peter Pan untuk lebih merasakan kesejahteraan.
2. Jika lo bersama seseorang yang mengalami masalah sindrom Peter Pan:
Jika salah satu dari ciri-ciri sindrom Peter Pan ternyata terdengar seperti seseorang yang sedang menjalin hubungan dengan lo, luangkan waktu sejenak dan pertimbangkan langkah lo selanjutnya. Komunikasi dapat menjadi penjembatan hubungan: Pastikan lo berada di jalan yang sama tentang bagaimana lo melihat hubungan, ke mana arahnya, dan dinamika seperti apa yang lo inginkan di antara lo dan pasangan.
"Apa yang tidak ingin lo lakukan adalah mengurangi kecenderungan sindrom Peter Pan mereka," kata Khurana. "Menjadi dewasa bagi hanya akan mendorong mereka lebih jauh ke dalam watak kekanak-kanakan mereka."
Baca juga Philophobia: Mengenal Rasa Takut Jatuh Cinta karena Trauma
Kesimpulan
Sindrom Peter Pan bukanlah diagnosis resmi. Ini lebih seperti pola perilaku, ideologi, dan sifat yang dimiliki bersama di antara sekelompok manusia yang belum siap untuk membuat langkah tak terelakkan menuju kedewasaan dan tanggung jawab yang menyertainya.
Jika lo merasa hubungan lo dengan pasangan ataupun orang terdekat yang memiliki sindrom Peter Pan di dalamnya, mungkin inilah saatnya untuk berbicara. Nah, salah satu cara yang mungkin dapat lo lakukan adalah dengan mengunjungi psikolog untuk melakukan konseling.
Jika lo bingung mau cari bantuan dari profesional lewat cara apa, lo bisa coba layanan Konseling dengan Psikolog dari Satu Persen.
Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapat worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.
Lo bisa klik aja gambar di bawah buat cari tau lebih lanjut dan mendaftarkan diri untuk layanan konseling ini.
Kalau lo masih ragu, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.
Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental di channel YouTube Satu Persen. Contohnya, kayak video satu ini, nih. Pas banget buat tahu cara mendewasakan kepribadian yang kekanak-kanakan.
Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.
Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!
Referensi:
Peter Pan Complex: Signs and Behaviors of the “Eternal Boy.” (n.d.). Retrieved January 7, 2022, from https://psychcentral.com/health/peter-pan-syndrome#lets-recap
Peter Pan Syndrome: Signs, Causes, and Dealing with It. (n.d.). Retrieved January 7, 2022, from https://www.healthline.com/health/peter-pan-syndrome#takeaway
Peter Pan Syndrome: What Is It, 6 Common Signs & How To Deal. (n.d.). Retrieved January 7, 2022, from https://www.mindbodygreen.com/articles/peter-pan-syndrome