Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Ada pepatah bilang: "Tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang." Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen!
Semakin bertambahnya umur, setiap orang pasti akan mengalami namanya jatuh bangun dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah jatuh cinta. Jatuh cinta dapat dikatakan sebagai salah satu momen paling indah dan bahagia bagi setiap manusia, tetapi sebaliknya, bisa juga menjadi momen paling menakutkan.
Dalam hal tertentu, trauma akan jatuh cinta bisa dibilang hal sangat wajar sekali, loh. Akan tetapi Perseners, kalau lo takut jatuh cintanya sudah pada tahap yang sangat berlebihan berarti patut dicurigai, nih. Karena bisa jadi lo mengalami yang namanya Philophobia atau bahasa kerennya sih fobia jatuh cinta.
Nah, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran apa itu philophobia dan apa aja sih tanda-tandanya. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo, ya. Selamat membaca!
So, apa sih itu Philophobia?
Philophobia adalah rasa takut akan jatuh cinta atau menjalin hubungan dengan orang lain. Banyak orang yang menganggap jatuh cinta adalah suatu hal yang sangat indah untuk dinikmati dan dirasakan. Namun, pernyataan tersebut dapat berbeda jika penderita fobia jatuh cinta yang mengatakannya. Mereka beranggapan, jatuh cinta adalah sesuatu ketidakmungkinan secara emosional.
Menurut Psikolog Ikhsan Bella Persada, ia menjelaskan bahwa apapun fobianya, semua itu disebabkan oleh pengalaman traumatis dari suatu peristiwa. Dalam kasus philophobia, itu berarti si penderita pernah memiliki kisah cinta yang pahit.
"Dalam kasus philophobia, penderita mungkin pernah mengalami rasa sakit putus cinta ataupun jatuh cinta," kata Ikhsan. Perceraian orang tua, menyaksikan pertengkaran antara kedua orang tua, dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga sebelumnya juga dapat menyebabkan rasa takut jatuh cinta atau philophobia.
Baca juga: Apakah Semua Orang Pasti Punya Phobia?
Lalu, apa aja sih penyebab Philophobia itu?
Menurut Scott Dehorty, Direktur Eksekutif di Maryland House Detox, Delphi Behavioural Health Group, philophobia pada umumnya lebih sering terjadi kepada orang yang memiliki trauma atau luka masa lalu. Contohnya seperti orang-orang yang menyaksikan perceraian orang tua mereka di masa kanak-kanak, mengalami segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan di rumah.
Trauma inilah yang biasanya membuat mereka enggan mengembangkan hubungan atau berhubungan dekat dengan orang lain. Hal ini dikarenakan mereka memiliki rasa takut kalau orang tersebut akan melakukan hal yang sama dengan mereka.
Orang-orang ini akhirnya mengembangkan rasa takut yang menyebabkan mereka menghindari hubungan untuk menghindari rasa sakit. Namun, semakin seseorang menghindari sumber ketakutannya, maka semakin kuat pula rasa ketakutannya tersebut.
Kemudian, bagaimana cara kita tahu kalau orang tersebut mengalami gejala Philophobia?
Harus ditekankan terlebih dahulu bahwa philophobia ini bukanlah suatu ketakutan akan jatuh cinta yang biasa atau wajar, melainkan sudah pada tahap dimana pengidapnya merasa bahwa jatuh cinta adalah sebuah hal yang sangat menakutkan di kehidupannya.
Jadi, bukan hanya kekhawatiran biasa untuk jatuh cinta, tapi sudah sampai ke tahap takut. Selain itu, fobia ini sangat memengaruhi perasaan sehingga dapat mengganggu kehidupan pengidapnya.
Gejala philophobia dapat bervariasi dari orang ke orang. Tetapi secara umum, orang yang memiliki fobia jatuh cinta mungkin mengalami gejala fisik dan emosional berikut ketika mereka berpikir tentang cinta:
- Perasaan takut atau panik yang intens atau sangat berlebihan
- Menghindari untuk memiliki perasaan emosional apapun terhadap lawan jenis
- Mudah berkeringat
- Detak jantung meningkat dengan cepat
- Sulit untuk bernapas
- Sulit untuk melakukan aktivitas
- Merasa mual
Pengidapnya mungkin menyadari bahwa ketakutan mereka ini tidak wajar, tetapi mereka masih tidak dapat mengendalikannya.
Philophobia bukanlah gangguan kecemasan sosial, meskipun orang dengan philophobia juga dapat memiliki gangguan tersebut. Perbedaannya adalah bahwa orang dengan gangguan kecemasan sosial memiliki kecemasan yang ekstrim dalam situasi sosial tertentu, tetapi philophobia mencakup berbagai konteks sosial.
Baca juga: Social Anxiety Disorder: Gangguan Cemas, Gejala, dan Penangannya
Terus, bagaimana cara mengatasi philophobia?
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi philophobia. Cara mengatasinya pun bervariasi, tergantung dari tingkat keparahan fobia ini sendiri. Pilihannya antara lain melakukan terapi, obat-obatan dan perubahan pola hidup. Jadi, yuk kita bahas satu-persatu!
1. Psikoterapi
Bentuk penanganan pertama yang dapat dilakukan untuk pengidap philophobia adalah dengan melakukan psikoterapi. Psikoterapi yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan terapi khusus kognitif atau cognitive behavioural therapy (CBT) yang sudah terbukti efektif untuk mengatasi ketakutan yang cukup parah.
Dalam penanganan menggunakan CBT ini, terapis akan melakukan semua yang terbaik untuk membantu pengidap mengidentifikasi dari mana sumber ketakutan tersebut, mengubah pikiran, keyakinan, dan reaksi negatif terhadap sumber fobia. Jadi sangat perlu diingat loh, Perseners, pentingnya mengidentifikasi sumber ketakutan dan mencari tahu apakah dari perasaan terluka atau trauma adalah penyebab ketakutan.
2. Pengobatan
Dalam beberapa penanganan trauma yang cukup berat, pemberiaan obat-obatan yang tepat dan efektif dapat memberikan peran yang penting dalam perawatan kepada pengidap. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan antidepresan jika masalah kesehatan mental lainnya teridentifikasi. Obat-obatan umumnya digunakan dalam kombinasi dengan terapi.
Penting untuk diketahui bahwa perawatan ini tidak langsung berhasil pada satu sesi terapi dan tetap memerlukan perawatan lebih lanjut dengan terapis. Terapis akan melihat perawatan mana yang sesuai dengan kebutuhan pengidap. Terapis dan pasien juga harus bekerja sama untuk menentukan rencana perawatan mana yang paling efektif.
3. Perubahan gaya dan pola hidup
Selain menggunakan dua cara sebelumnya, perubahan pola hidup juga sangat membantu dalam menangani trauma yang cukup parah. Dokter merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti olahraga, teknik relaksasi, dan strategi mindfulness untuk mengatasi philophobia.
Perlu diingat ya guys, philophobia bukanlah sebuah fobia yang sangat mematikan dan harus ditakutkan karena sewajarnya pasti setiap orang pernah mengalaminya semasa hidupnya. Tapi, kalau lo merasa lo atau teman-teman lo mengalami beberapa gejala yang udah gue sebutkan diatas tadi, lo bisa segera konsultasikan ke psikolog supaya dapat cepat ditangani karena gangguan ini tentu sangat mengganggu kehidupan sosial, bukan?
Oh iya, lo juga bisa berkonsultasi dengan psikolog, loh. Salah satunya dengan Psikolog dari Satu Persen yang bisa lo coba dengan cara klik di sini. Di Satu Persen, lo akan mendapatkan 1 jam konseling dari psikolog, tes psikotes, asesmen pra-konseling, lembar kerja, dan tentu saja terapi.
Psikolog Satu Persen juga memiliki lisensi resmi loh guys, jadi jangan khawatir. Di Satu Persen juga memiliki banyak testimoni yang bisa lo baca di website-nya. Jangan biarkan Philophobia mempengaruhi hidup lo selamanya, ya.
Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konseling, lo bisa mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, lo cukup klik aja di sini.
Satu Persen mungkin belum punya video YouTube yang membahas fobia secara umum, tapi lo bisa kepoin lebih dalam tentang salah satu fobia yang kayaknya udah cukup sering lo denger. Betul, tentang social phobia atau fobia terhadap situasi sosial. Yuk, cari tahu lewat video berikut!
Sekian dulu tulisan dari gue, semoga informasinya bermanfaat, ya! Buat kalian yang lagi menderita fobia terhadap jatuh cinta, semoga bisa cepat pulih dan gak ngerasa takut lagi buat jatuh cinta karena jatuh cinta itu berjuta rasanya. :)
By the way, punya fobia bukan berarti lo gak bakalan bisa berkembang, kok! Bareng kita, yuk berkembang sedikit demi sedikit, seenggaknya Satu Persen setiap hari menuju #HidupSeutuhnya.
Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!
Referensi:
Fadil, dr. R. (2020, July 19). Kenali lebih Dekat Philophobia Atau Fobia Jatuh Cinta. halodoc. Retrieved September 29, 2021, from https://www.halodoc.com/artikel/kenali-lebih-dekat-philophobia-atau-fobia-jatuh-cinta.
Hofmann, S. G., & Otto, M. W. (2008). Practical clinical guidebooks series.Cognitive-behavior therapy for social anxiety disorder: Evidence-based and disorder-specific treatment techniques. Routledge/Taylor & Francis Group.