Mengenal Survivorship Bias, Apa Sih Arti Sukses yang Sebenarnya?

Pemahaman Diri
Afifah Iftah Nurul Isnaini
27 Feb 2022
mengenal survivorship bias
Satu Persen - Survivorship Bias

Perseners, kalian pasti tahu Raffi Ahmad, kan? Selebritis yang punya banyak bisnis dan sering disebut “sultan”. Kalo melihat Raffi Ahmad dan nama-nama tokoh sukses lainnya, memang otomatis kisah hidupnya akan menjadi bahan motivasi banyak orang.

Nah, sebenarnya gak ada salahnya menjadikan mereka motivasi dalam menemukan arti sukses, kok. Asalkan cara pandang kita tentang sebuah proses menuju sukses itu tetap benar.

Ada orang yang beranggapan bahwa hidup enak dan kaya raya itu berarti harus jadi pengusaha. Pengusaha yang seakan bisa kerja semaunya hingga punya penghasilan 10 kali lipat dari pekerja kantoran. Bahkan, ada yang beranggapan “Kenapa harus kuliah, kalo lulusan SMA juga bisa sukses?”

Padahal, pola pikir semacam itu bisa jadi menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki tendensi survivorship bias. Cara pandang ini yang dapat membuat mereka tidak mampu melihat realitas secara keseluruhan.

Untuk memahami lebih dalam tentang survivorship bias, baca artikel ini sampai selesai, ya. Aku, Fifi, part-time blog writer di Satu Persen bakal jelasin banyak hal tentang topik survivorship bias ini ke kalian.

survivorship bias
Cr. Freepik.com

Apa itu Survivorship Bias?

Survivorship bias atau bias bertahan hidup adalah pemikiran yang cenderung hanya fokus pada keberhasilan dan mengesampingkan kegagalan. Misalnya, seseorang yang punya pemikiran ini melihat pengusaha sebagai sebuah profesi yang menjanjikan. Akibatnya, mereka lebih fokus pada para pengusaha yang sukses sebagai gambaran keseluruhan kelompok. Di sisi lain, banyak orang-orang yang gagal atau bangkrut menjadi seakan tidak terlihat.

Pemikiran ini termasuk dalam logical fallacy atau kesalahan logika berpikir. Model berpikir seperti “Kalau mereka bisa, aku juga pasti bisa” ini punya dampak yang negatif. Menurut Psikolog dari Inggris, Eva M. Krockow, cara berpikir tersebut membuat seseorang sulit melihat tingkat keberhasilan secara keseluruhan.

Melansir The Decision Lab, survival bias paling banyak terjadi dalam dunia bisnis. Motivasi-motivasi tentang kesuksesan komersial juga berpotensi mendistorsi persepsi seseorang. Mereka mungkin berharap bisa menjadi orang sukses seperti Bill Gates.

Tapi, mereka justru mengabaikan tentang kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi. Padahal, faktor kesuksesan Bill Gates ini bisa sangat kompleks yang nggak hanya terdiri dari ide-ide cemerlang, tetapi keberanian untuk menjadi berbeda dari lainnya.

apa itu survivorship bias
Cr. thedecisionlab.com
Baca Juga: Cara Menjadi Konsisten dalam Mencapai Tujuan Hidup (Tips Orang Sukses)

Contoh Kasus Survivorship Bias

1.Review buku

Beberapa dari kita mungkin akan membaca resensi atau ulasan buku sebelum membeli buku tersebut. Menurut Nassim Nicholas Taleb, penulis buku Fooled By Randomness, mengatakan bahwa membeli buku berdasarkan review orang lain menjadi salah satu bentuk survivorship bias. Pembeli jadi terpengaruh dengan review dari sisi terbaik sebuah buku.

2. Media informasi

Rasa-rasanya hampir tidak mungkin ada media informasi yang mewawancarai salah seorang pengusaha yang bangkrut. Atau aktor yang tidak berhasil lolos casting film. Banyaknya kegagalan seperti itu sering kali tidak menarik untuk dilihat.

Dalam semua pemberitaan media, lebih menarik untuk meliput para tokoh yang sukses dengan bisnisnya atau aktor yang berhasil Go International. Sering kali kisah-kisah kesuksesan ini dibarengi oleh cerita tentang pengorbanan dan usaha keras mencapai itu.

Meski menarik, Taleb menekankan potensi adanya kesalahpahaman pada perspektif penonton terhadap kesuksesan. Lantaran, jenis-jenis cerita hidup ini dapat membuat penonton merasa wajib mengikuti jejak yang persis sama agar bisa sukses.

3. Pesawat Perang Dunia II

pesawat perang dunia ii
Cr: medium.com

Salah satu cerita populer yang berhubungan dengan survivorship bias adalah kisah tentang ahli statistik bernama Abraham Wald. Ketika Perang Dunia II berlangsung, Abraham Wald diminta untuk melakukan analisis tentang kekuatan pesawat guna meminimalisir kerugian. Dari sekian pesawat yang melakukan misi penerbangan, hanya 1 pesawat yang berhasil kembali ke pangkalan.

Sembari melihat kondisi pesawat ini, Abraham Wald menemukan bahwa area kokpit dan mesin yang paling sedikit menerima dampak kerusakan. Sementara, area pesawat lainnya yang terkena serangan berat masih memungkinkan pesawat untuk terbang kembali ke pangkalan dengan selamat. Oleh sebab itu, Wald memberikan kesimpulan, yakni area yang hanya menerima sedikit serangan justru merupakan bagian pesawat yang paling rentan.

Setelah menelusuri hasil penelitiannya, Wald mengatur strategi untuk memusatkan perlindungan pada area kokpit dan mesin pesawat yang selamat. Meski mendapatkan serangan, dua sumber kekuatan utama pesawat akan tetap aman dan berjalan dengan baik. Cukup dengan memerhatikan seluruh aspek yang rusak maupun tidak rusak, penemuan Wald berhasil memenangkan perang tersebut.

Cara Mengatasi Survivorship Bias

cara mengatasi survivorship bias
Cr. Freepik.com

1.Pahami kelemahan dan kekurangan diri

Nah, hal yang pertama-tama harus dilakukan adalah mengenali diri sendiri. Kita mungkin punya impian menjadi seperti tokoh A atau tokoh B, namun yang sebenarnya perlu diperhatikan adalah potensi dan kekurangan kita. Memahami kekurangan itu penting agar kita bisa memperbaiki dan melakukan segala antisipasi.

Dengan memahami diri sendiri, tentunya kita jadi mudah menentukan tujuan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya yang perlu dilakukan. Jadi, meskipun ada yang mengatakan “Gak perlu nilai bagus, yang nilai jelek juga banyak yang sukses”, kita tidak akan terpengaruh. Lantaran, kita tahu goals apa yang kita inginkan dan bagaimana kita bisa mencapainya.

Masih bingung sama kelebihan dan kekurangan diri sendiri? Coba tes Superpower Check ini secara gratis buat tahu apa kekurangan dan kelebihanmu.

Baca Juga: 5 Tips Mengenali Diri Sendiri Untuk Hidup Lebih Baik

2. Pertimbangkan data secara menyeluruh

pertimbangkan seluruh data
Cr. Freepik.com

Selanjutnya, pertimbangkan data yang tepat supaya kita bisa mengambil keputusan yang sempurna. Ketika terbiasa melihat segala sesuatu dengan sudut pandang luas, ini akan menghindarkan kita dari kegagalan. Dengan begini, kita juga bisa mempertimbangakan segala kondisi yang mungkin terjadi. So, kita bisa punya amunisi lebih dalam mempersiapkan perjalanan menuju kesuksesan.

3. Perluas Lingkungan Pergaulan

Punya lingkungan pergaulan yang luas memberikan banyak hal positif. Dengan mengenal dan membangun komunikasi dengan banyak orang, ini bisa membantu memperluas pengetahuan tanpa membaca buku. Punya teman-teman yang satu frekuensi pasti seru. Bisa saling bertukar pikiran dan memberi masukan.

Sulit mengubah persepsi terkait arti sukses yang sebenarnya? Atau bingung bagaimana harus memulai? Kamu bisa konsultasikan keresahan dan masalahmu bareng mentor di Satu Persen. Sesi mentoring ini bisa membantu kamu mengatasi masalah sehari-hari atau masalah psikologis ringan.

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Takut rencana hidupmu bakal gagal? Coba tonton video Youtube Satu Persen ini untuk tahu tips mengatasinnya.

Referensi:

The Decision Lab. Why Do We Misjudge Groups By Only Looking At Specific Group Members? The Survivorship Bias Explained. https://thedecisionlab.com/biases/survivorship-bias/

Kroclow, E. 2021. How to Beat Survivorship Bias. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/stretching-theory/202108/how-beat-survivorship-bias

Milkman, K. 2020. The PerilsOf “Survivorship Bias”. Scientific American. https://www.scientificamerican.com/article/the-perils-of-survivorship-bias/

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.