Perseners, kalian punya gak temen yang hidupnya terlihat sempurna dan bahagia, tapi sebenarnya dia lagi berusaha nutupin kegelisahannya? Dia cuma pengen orang lain melihatnya sebagai orang yang santai, bahagia, dan seakan gak punya tekanan apa-apa gitu dalam hidup. Padahal, diam-diam dia juga cemas dan lagi berusaha keras buat memenuhi tuntutan hidup.
Ada gak sih orang kayak gitu? Atau justru kalian sendiri lagi ngalamin hal serupa?
Ternyata, dalam ilmu psikologi, kondisi ini dinamakan sindrom bebek atau duck syndrome. Kalian tau bebek, kan? Hewan yang berkaki dua itu, lho. Kalo kalian bingung apa hubungan bebek sama kondisi ini, aku bakal jelasin ke kalian.
Tapi, sebelum lanjut, kita kenalan dulu kali, ya. Namaku Fifi, Part-time Blog Writer di Satu Persen. Baca artikelnya sampai selesai, ya!
Apa itu Duck Syndrome?
Duck syndrome adalah kondisi dimana seseorang tampak tenang dan baik-baik saja dari luar, tapi pada kenyataannya mengalami banyak tekanan dan masalah. Kondisi ini mirip seperti bebek ketika sedang berenang. Di atas permukaan air, bebek tampaknya tenang dan melaju perlahan. Sedangkan di bawah air, kakinya mendayung dengan susah payah untuk tetap mengapung.
Istilah duck syndrome pertama kali diperkenalkan di Stanford University. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mahasiswa disana yang meski terlihat santai dan tenang, tapi mereka punya banyak tuntutan dan kecemasan. Mereka memberi tekanan pada diri sendiri untuk bisa mencapai target yang tinggi. Bahkan, 87% mahasiswa di Stanford University mengatakan bahwa mereka kewalahan dengan tanggung jawabnya sendiri.
Dalam kondisi medis, duck syndrome bukan termasuk kategori gangguan mental karena tidak ada kriteria diagnostik formal untuk kondisi ini. Tapi, kondisi ini sudah banyak diteliti oleh para ahli terhadap banyak mahasiswa. Meskipun bukan termasuk gangguan mental, duck syndrome biasanya dikaitkan dengan kondisi stres, depresi, atau kondisi mental lain. Atau dengan kata lain, gejala-gejala yang dialami juga berkaitan dengan gangguan mental lainnya.
Baca Juga: 5 Alasan Psikologis Kamu Sering Banyak Pikiran (Cara Menghilangkan Overthinking)
Gejala-Gejala Duck Syndrome
Ada beberapa gejala yang dialami ketika seseorang berusaha menyembunyikan kesulitannya. Umumnya mereka yang mengalami duck syndrome merasa bahwa orang-orang akan selalu menguji kemampuan mereka. Mereka juga kerap membandingkan diri dengan orang lain karena merasa orang lain memiliki kehidupan yang lebih baik. Tekanan terhadap diri sendiri membuat mereka merasa kewalahan seolah semua ada di luar kendali.
Dari sisi kognitif, orang yang mengalami duck syndrome lebih mudah gugup dan mudah khawatir. Keinginan untuk mencapai target yang tinggi cenderung membuat mereka jadi pelupa dan sulit konsentrasi. Gejala-gejala ini jadi berpengaruh terhadap kondisi fisik.
Selain itu, kebiasaan tidur dan pola makan jadi ikut terganggu. Energi jadi terkuras oleh pikiran sehingga mudah lelah. Duck syndrome juga bisa memunculkan perilaku yang berkaitan dengan kegelisahan, seperti mual, gugup, atau menggigit kuku.
Perlu diketahui bahwa duck syndrome banyak dialami oleh anak muda, seperti pelajar, mahasiswa atau pekerja. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya tuntutan dari lingkungan. Contohnya, nilai yang bagus, ranking, IPK, jabatan tinggi dan hal lainnya. Selain faktor tersebut, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko duck syndrome.
Faktor Risiko Duck Syndrome
1.Pola asuh
Pola asuh yang menjadi faktor duck syndrome adalah pola asuh yang selalu menuntut anak untuk mencapai hasil yang maksimal. Contohnya seperti orang tua yang menuntut anak mencapai kesempurnaan. Pola asuh seperti ini membuat anak merasa harus bisa mencapai target yang tinggi. Mereka jadi berusaha dengan sangat keras untuk bisa mencapai target.
2. Perfeksionis
Orang yang punya karakter perfeksionis ini selalu berusaha mengejar kesempurnaan dan punya standar yang tinggi. Dari rencana-rencananya sampai hasil kerja, mereka berpikir semuanya harus sempurna. Selain itu, biasanya mereka juga ingin jadi yang terbaik di antara orang-orang di sekitarnya.
Baca Juga: 3 Perbedaan Perfeksionis dan OCD, Kamu yang Mana?
3. Ekspektasi lingkungan terlalu tinggi
Pada dasarnya, lingkungan punya pengaruh yang besar buat seseorang. Untuk memenuhi ekspektasi yang tinggi dari lingkungannya, seseorang bisa jadi berusaha keras untuk tampil sempurna. Mereka mungkin bersikap seolah semua berjalan lancar. Meski, dibalik itu semua, mereka juga cemas akan kegagalan.
4. Pengaruh sosial media
Sosial media bisa berpengaruh terhadap kondisi duck syndrome. Biasanya pemicunya adalah saat melihat hidup orang lain tampak lebih sempurna dan jauh dari kesulitan. Hal ini bisa mendorong seseorang untuk memperlihatkan sisi “sempurna” dari dirinya aja dan menutupi segala kesulitan yang dihadapi.
Selain beberapa faktor di atas, masih ada kemungkinan kondisi lain yang bisa berpengaruh. Faktor yang dialami satu orang dengan lainnya bisa juga berbeda, berdasarkan kondisi masing-masing individu.
Biasanya kondisi ini banyak dialami oleh mahasiswa atau para pekerja. Alasannya karena mereka mendapat tekanan untuk bersaing dengan lingkungannya.
Meskipun mungkin dianggap sepele, tapi jika kondisi ini diabaikan, penderita duck syndrome bisa mengalami depresi berat atau penyakit mental lain.
Cara Mengatasi Duck Syndrome
Langkah paling awal yang perlu dilakukan ketika mengalami duck syndrome adalah dengan melakukan self-love. Salah satu bentuk self-love yang bisa kamu lakukan adalah dengan tidak memforsir dan memberi banyak tekanan pada diri sendiri. Selain itu, luangkan waktu untuk me time sejenak untuk mengurangi stres dan lelah.
Buat tahu tingkat self-love ala diri sendiri, yuk coba ikuti Tes Self-Love ini!
Kalau kamu merasa masalah yang kamu hadapi terlalu berat, tidak ada salahnya buat minta bantuan dan saran ke keluarga atau teman. Dengan adanya orang lain yang membantu mencari solusi, beban masalahmu juga jadi lebih ringan.
Kamu juga perlu mengubah pola pikirmu jadi lebih positif. Menganggap kehidupan orang lain lebih sempurna bisa mendorong perasaan cemas dan seolah tertinggal. Padahal, semua orang pasti pernah mengalami banyak tekanan demi mencapai impian masing-masing.
Kamu juga bisa mencari bantuan profesional jika kondisi yang kamu alami sampai menimbulkan kecemasan atau bahkan depresi. Karena kondisi tersebut akan sulit buat ditangani sendirian. Dengan bantuan tenaga profesional seperti psikolog, kamu bisa mendapat arahan untuk mengatasi masalahmu. Untuk itu, kamu bisa coba layanan konseling di Satu Persen ini.
Untuk kalian yang merasa materi ini masih kurang, kalian bisa langsung aja dengerin episode podcast Satu Persen ini biar makin paham.
Oke, thanks banget udah mampir buat baca artikelku. Sampai ketemu di tulisan-tulisanku berikutnya dan selamat menjalani #HidupSeutuhnya.
Referensi:
Edward, R. D. 2021. Duck Syndrome. Medicine Net. https://www.medicinenet.com/duck_syndrome/article.htm
Kirby, S. 2021. What Is Duck Syndrome & Are You Suffering From It? Better help. https://www.betterhelp.com/advice/stress/what-is-duck-syndrome-are-you-suffering-from-it/