Halo, Perseners! Kembali lagi sama aku, Keysha!
Setelah sekian lama aku nggak muncul di Blog, akhirnya hari ini aku bisa sharing lagi, nih sama teman-teman semua! Nah, sebelumnya aku mau tanya, kalau kamu lihat judul artikel ini, apa yang ada di pikiran kamu?
Mungkin, pas lihat ada di antara kamu yang mikir “hmm, iya juga ya, sebenarnya kondisi mental aku saat ini lagi sehat nggak, sih?”
Atau mungkin malah ada juga yang kebingungan dan mikir “wah, General Health Questionnaire tuh apa, sih, sebenarnya?”
Nah, kalau di kepala kamu ada yang mikir kayak gitu, pas banget, nih. Jadi, di artikel kali ini aku akan bahas mengenai General Health Questionnaire (GHQ) beserta fungsinya. Jadi, yuk, simak penjelasan di bawah ini, ya!
Bagaimana Kondisi Mental Kamu Saat Ini?
Nah, Perseners, ada nggak, sih, di antara kamu yang merasa semenjak PSBB, penggunaan sosial media tuh makin meningkat? Hal ini seringkali bikin kita itu merasa FOMO–Fear of Missing Out.
Misal nih kamu buka Instagram dan lihat teman kamu lagi liburan, kayaknya fun banget gitu hidupnya. Sementara, kamu harus tetap kerja 9 to 5, bahkan meluangkan waktu buat kumpul bareng keluarga aja tuh kadang susah.
Banyak konsultan kesehatan mental yang berpendapat bahwa penggunaan sosial media sebagian besar memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan mental. Seringkali, yang kita lakukan ketika menggunakan sosial media adalah membandingkan kehidupan kita dengan orang lain.
Hal ini mengakibatkan kita merasa dikejar-kejar untuk selalu meraih suatu pencapaian tertentu. Padahal, yaa, sebenarnya “rasa dikejar” itu cuma ada di kepala kita. Tapi, karena kita nggak mau terlihat FOMO makanya kita merasa seperti itu.
Nah, kalau di dalam penelitian yang dilakukan oleh Satya Doyle Byock, fenomena ini dinamakan The Myth of Vertical Growth. Istilah apa, sih, itu kok kedengarannya asing?
Singkatnya, The Myth of Vertical Growth itu merupakan situasi ketika seseorang akan dianggap “tumbuh dan berkembang” apabila mereka berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi.
Nah, pemikiran ini kalau dibiarkan terus menerus bisa menyebabkan kamu mengalami rasa cemas yang berlebihan yang pada akhirnya bikin kondisi mental kamu terganggu.
Sebenarnya, Satu Persen sendiri udah pernah membahas soal ini, jadi, kalau kamu mau tahu penjelasan yang lebih detail soal The Myth of Vertical Growth, kamu bisa cek video yang satu ini atau mampir ke channel Youtube Satu Persen, ya!
Cemas Sama dengan Kondisi Mental Nggak Sehat, Apakah Iya?
Seperti yang aku jelasin di atas, kalau salah satu penyebab orang merasa cemas berlebihan itu dikarenakan penggunaan sosial media dan ini udah disetujui sama konsultan kesehatan mental.
Nah, sebenarnya, bener nggak, sih, kalau cemas itu berarti kondisi mental kita lagi nggak sehat? Eitss, tunggu dulu, jangan self-diagnosis!
Cemas emang bisa jadi salah satu tanda kalau kondisi mental kamu lagi nggak sehat. Tapi, rasa cemas di sini adalah yang udah berlebihan dan sangat mengganggu buat diri kamu.
Rasa cemas ini yang dinamakan Anxiety Disorder. Bahkan, kalau udah parah banget orang yang mengalami Anxiety Disorder juga akan merasakan tanda-tanda secara fisik.
Maka dari itu, kalau kamu mengalami rasa cemas dan kamu khawatir kalau rasa cemas itu merupakan Anxiety Disorder, ada baiknya untuk mengecek terlebih dulu. Karena, bisa aja ternyata rasa cemas yang kamu alami itu cuma sekedar perasaan takut.
Baca juga: Perbedaan Rasa Cemas (Anxiety) dan Takut Berlebih: Dampak Bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya
Mungkin, diantara kamu ada yang bertanya “Terus gimana, dong, cara memastikan apakah aku ini lagi mengalami Anxiety atau cuma sekedar takut?”
Well, yang pasti kalau kamu lagi mengalami tanda-tanda itu, ada baiknya kamu langsung minta bantuan dari tenaga ahli profesional.
Misal, kamu bisa minta bantuan ke mentor Satu Persen. Sebagai Life School terbesar di Indonesia, Satu Persen punya concern yang sangat besar terhadap isu kesehatan mental kerana emang hal ini nggak kamu dapatkan di sekolah konvensional.
Nah, di sini Satu Persen pakai suatu tes yang sangat populer namanya General Health Questionnaire (GHQ). Tes ini digunakan untuk melakukan penilaian terhadap orang-orang yang melakukan online mentoring. Salah satu indikator yang dinilai dalam tes ini adalah tingkat kecemasan kamu.
Selain itu, kamu juga bisa mengunjungi Podcast, Instagram, dan Blog Satu Persen untuk memperoleh informasi lainnya yang kamu butuhkan. Karena, membagikan informasi yang bermanfaat adalah suatu bentuk kepedulian Satu Persen untuk membantu kamu menuju #HidupSeutuhnya.
Mengenal General Health Questionnaire
Oke, sekarang kita kembali lagi ke pertanyaan di atas “GHQ tuh sebenarnya apa, sih?”. Nah, tadi udah sempet aku singgung sedikit, ya, kalau Satu Persen juga pakai kuesioner ini, nih. Kalau di Satu Persen, GHQ ini namanya Kuesioner Kesehatan Umum.
Jadi, awalnya GHQ itu dikembangkan oleh Goldberg, seorang Sarjana dari Inggris, pada tahun 1972. Tujuan si Goldberg bikin GHQ itu untuk mengidentifikasi gangguan psikologis pada masyarakat atau pasien rawat jalan medis.
Sejak dulu, isu terkait kesehatan mental itu kan emang udah jadi topik yang hangat di seluruh dunia dan ini cakupannya luas banget. Bahkan, WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan sejahtera manusia.
Ketika manusia itu sejahtera, maka mereka akan lebih bisa menyadari potensi diri sendiri, mengatasi stres, bisa bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada lingkungan sekitarnya.
Maka dari itu, banyak tenaga ahli profesional yang berlomba-lomba untuk mengembangkan berbagai macam kuesioner untuk menilai kondisi mental seseorang, atau dalam Psikologi disebut sebagai instrumen skrining. Salah satu instrumen skrining yang sampai sekarang masih populer adalah GHQ itu tadi.
Tapi, perlu diingat bahwa penggunaan GHQ ini cuma untuk mendeteksi kecenderungan awal gangguan kejiwaan seseorang. Jadi, baru kecenderungan aja, ya, belum tentu beneran mentalnya terganggu.
Instrumen ini digunakan untuk ngasih informasi apakah sekiranya kecenderungan tersebut harus dilakukan tindakan lebih lanjut atau nggak.
Penggunaan GHQ cuma boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang emang paham cara penggunaannya dan memiliki izin untuk menggunakan. Seperti peneliti, dokter, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya.
Itulah sebabnya, alat tes psikologi ini emang nggak disebarluaskan secara umum di internet atau media sosial, nggak seperti MBTI, BigFive Personality Test, atau alat tes lainnya.
Karena, akan sangat berbahaya apabila orang-orang yang nggak memiliki pemahaman yang cukup, menggunakan GHQ dan melakukan self-diagnosis.
Nah, yang kerennya GHQ bisa mengukur empat aspek sekaligus, yaitu depresi, kecemasan, gangguan sosial, dan rasa kepercayaan diri. Supaya kamu lebih ngerti, aku jelasin sedikit, ya, perbedaannya.
Baca juga: Test General Health Questionnaire (GHT)
1. Depresi
Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang tertekan secara terus-menerus atau kehilangan minat dalam aktivitas, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kalau mau pemahaman yang lebih detail tentang depresi, kamu bisa denger podcast yang satu ini, ya!
2. Kecemasan
Merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut secara berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
3. Gangguan Sosial
Merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang kesulitan dan/atau menghindari untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya yang terjadi secara signifikan, serta mengalami penurunan fungsi sosial dalam jangka panjang.
Dari penjelasan ini, aku harap kamu udah sedikit lebih paham, ya. Kalau kamu sendiri gimana, ada nggak yang pernah mengalami gejala-gejala yang sekiranya menjurus ke empat jenis gangguan mental di atas?
Kalau ada, aku saranin kamu langsung pergi ke tenaga ahli profesional seperti psikolog apabila mengalami gejala-gejala seperti penjelasan di atas. Nah, di Satu Persen ada loh layanan konsultasi dengan psikolog. Info selengkapnya bisa langsung aja klik gambar dibawah ini!
Kalau dirasa masih ragu untuk pergi ke psikolog karena takut dikira gila dan sebagainya, meskipun, sebenarnya nggak gitu, ya, pergi ke psikolog itu bukan berarti kita gila.
Kamu bisa, nih, memastikan kondisi tersebut dengan melakukan pencegahan tahap awal, misalnya dengan melakukan konsultasi bersama mentor Satu Persen.
Tenang aja, kamu nggak perlu takut untuk dijudge, kok. Mentor-mentor Satu Persen udah sangat berpengalaman dalam mengatasi lebih dari 10.000 permasalahan seperti ini.
Jadi, kamu bisa dengan bebas menceritakan permasalahan yang sedang kamu alami secara detail, ya.
Nah, selain itu, di layanan mentoring ini kamu juga akan mendapatkan banyak banget manfaat seperti worksheet, catatan konsultasi, lembar hasil psikotes, tes kepribadian, dan termasuk juga GHQ.
Baca juga: Jenis-jenis Tenaga Kesehatan Mental: Bukan cuma Psikolog dan Psikiater doang
Tapi...kalau kamu masih bingung sebaiknya ikut konseling atau mentoring, coba ikut tes konsultasi dulu ya.
Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat, ya.
Kalau kamu punya pengalaman yang ingin dibagikan seputar kesehatan mental, kamu boleh banget membagikan ceritamu dengan teman-teman di Satu Persen. Siapa tau, pengalaman kamu itu bisa bermanfaat buat orang lain yang saat ini lagi mengalami hal serupa.
See you in my next article – Stay healthy, stay safe & stay sane!
Referensi:
El-Metwally, Ashraf et al. 2018. "The factor structure of the general health questionnaire (GHQ12) in Saudi Arabia". BMC Health Services Research 18 (1). Springer Science and Business Media LLC. doi:10.1186/s12913-018-3381-6.
Sarkova, Maria et al. 2010. "Psychometric evaluation of the General Health Questionnaire-12 and Rosenberg Self-esteem Scale in Hungarian and Slovak early adolescents". University Medical Center Groningen. https://www.rug.nl/research/portal/files/14662468/03c3.pdf.
GL Assessment. n.d. "General Health Questionnaire (GHQ): Identify minor psychiatric disorders". Accessed January 18, 2021. https://www.gl-assessment.co.uk/products/general-health-questionnaire-ghq/.