Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Sebelum lo membaca artikel ini, gue mau ngasih trigger duluan kalau beberapa hal yang gue bawain disini bakalan mengandung bahasan yang sensitif. Jadi, buat lo yang mudah ke-triggered mungkin bisa persiapkan diri lo lebih dulu atau bisa juga coba baca artikel-artikel yang lain aja, ya.
Di zaman sekarang yang serba susah ini, permasalahan hidup pasti ada aja. Mulai dari masalah pekerjaan, rumah tangga, kehidupan, atau percintaan. Apalagi saat ini, kita berada di tahun-tahun terberat yang mana corona virus masih melalang buana hampir 2 tahun dan sudah merenggut segala aspek kehidupan setiap manusia. Salah satu aspek yang mengalami dampak ini adalah para remaja.
Dalam 2 tahun belakangan ini juga, banyak dari teman-teman gue yang merasa kalau beban hidup yang mereka jalani semakin berat karena mostly mereka anak kuliahan yang baru lulus. Mereka merasa lebih susah untuk mencari pekerjaan yang ada dan kehidupan sosial mereka menjadi terbatas karena peraturan yang ada. Akhirnya banyak dari teman-teman gue yang merasa stres banget.
Saking stresnya, ada yang bilang ke gue kalau mereka sampai menyakiti diri sendiri atau self-harm untuk melampiaskan stres itu. Tapi, self-harm yang mereka lakukan itu gak berlangsung lama karena mereka tahu kalau itu salah dan cara yang mereka lakukan untuk berhenti dari self-harm adalah dengan mengikuti sebuah kampanye sosial yang bernama "The Butterfly Project."
Karena lagi ngomongin tentang the butterfly project nih, di artikel kali ini gue akan membahas tentang the butterfly project dan sekilas tentang self-harm. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman - teman maupun kerabat lo. Selamat membaca.
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Mengenal Self-Harm: Penyebab dan Cara Mengatasinya
So, Apa Itu Self-Harm?
Menurut Psychology Today, self-harm, atau self-injury, adalah tindakan yang disengaja untuk menimbulkan rasa sakit dan luka pada tubuh sendiri. Self-harm atau menyakiti diri sendiri paling sering mengacu pada menyayat kulit dengan benda tajam, membakar kulit dengan bara api, menggaruk kulit sampai terluka atau lebih buruknya sampai berdarah, dan bentuk lain dari cedera eksternal.
Selain itu, perilaku self-harm juga dapat dilakukan dengan cara seperti mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan dalam jumlah yang banyak atau dengan sengaja melakukan hubungan seks yang tidak aman untuk meluapkan emosi yang ada.
Baca juga: Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi)
Tapi selain dari dua hal tersebut, ternyata perilaku self-harm dapat ditimbulkan karena tontonan yang berbau kekerasan di media sosial loh, Perseners. Loh, kok bisa?
Seorang psikolog, Fajri M. Badrudin, mengaku sedih dengan tren self-harm di media sosial saat ini. Salah satu kliennya yang melakukan self-harm mengaku mengikuti tutorialnya di jejaring sosial.
Fajri juga menambahkan bahwa self-harm berkaitan erat dengan self-diagnosis, yaitu di mana orang mendiagnosa dirinya sendiri dengan gangguan jiwa tertentu tanpa berkonsultasi langsung dengan ahlinya. Keduanya harus dihindari dan harus pergi ke profesional yang memahami mereka lebih baik.
Apa Hubungan Self-harm dengan Butterfly Project?
Seiring berjalannya waktu, kepedulian tentang melukai diri sendiri atau self-harm semakin meningkat, dan banyak orang mulai terlibat dalam mengurangi tindakan self-harm. Salah satu kampanye yang dilakukan adalah the butterfly project.
Butterfly Project adalah sebuah gerakan atau kampanye sosial yang bertujuan mengajak masyarakat untuk melawan keinginan melukai diri sendiri atau self-harm. Kampanye ini dilakukan karena kasus kesehatan mental yang erat kaitannya dengan self-harm atau melukai diri sangat sering terjadi.
Di Indonesia sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa di Indonesia setidaknya 2 hingga 3 orang melakukan bunuh diri dalam satu hari. Data terbaru WHO menyebutkan jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 orang per tahun.
Kegiatan ini merupakan bentuk aksi kepedulian terhadap self-harm yang diprakarsai oleh Demick melalui badan amal Inggris Ncompas. Proyek ini sudah ada selama 5 tahun. Demick, menyampaikan kampanye ini dengan melakukan sosialisasi di berbagai sekolah dan universitas.
Butterfly project dapat dilakukan dengan menggambar kupu-kupu di pergelangan tangan lo kapan pun lo merasa ingin melakukan tindakan melukai diri sendiri atau self-harm dengan spidol atau alat menggambar lainnya.
Kemudian gambar kupu-kupu tersebut diberi nama orang yang lo sayangi dan dapat menggunakan kata-kata motivasi yang dapat menguatkan diri. Kemudian kupu-kupu bisa menghilang dengan sendirinya. Kupu-kupu diibaratkan sebagai simbol transformasi yang dapat dianalogikan dengan suatu masalah, dan jika kita belajar menerima keadaan, maka masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Jika butterfly project yang udah lo lakuin ternyata masih kurang efektif dan lo tetap mengalami kesulitan, jangan segan-segan untuk menghubungi profesional, ya!
Seperti yang gue bilang sebelumnya, hanya psikolog yang dapat mendiagnosis seseorang dengan self-harm. Oleh karena itu, hindari self-diagnosis, alias juga dikenal sebagai mendiagnosa diri sendiri.
Jika lo merasakan gejalanya, cobalah meminta bantuan kepada psikolog. Dengan begitu, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gangguan yang lo miliki, sob! Misalnya dengan ikut layanan konseling bareng Psikolog di Satu Persen.
Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konsultasi, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.
Perilaku self-harm ini harus segera diatasi loh, agar tidak semakin buruk bagi mental dan fisik lo!
Akhir kata, sebaiknya jangan menjadikan self-harm sebagai penghambat hidup lo. Dia harus diatasi supaya lo bisa lebih menikmati hidup dan #HidupSeutuhnya!
Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.
Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!
Referensi:
Butterfly Project - The Trauma & Mental Health Report. (n.d.). Retrieved October 22, 2021, from https://trauma.blog.yorku.ca/2019/12/butterfly-project/
Self-Harm | Psychology Today. (n.d.). Retrieved October 22, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/basics/self-harm