Halo teman-teman! Kenalin nama aku Devika, Rangers Mental Health Satu Persen.
Di blog ini, aku bakalan ngebahas tentang self-harm atau dikenal juga dengan Self Injury.
Teman-teman, kalian udah pernah dengar tentang self-harm? Emmm, Menurut aku informasi dan penelitian tentang perilaku gangguan mental ini masih minim sih di Indonesia, karena perilaku self-harm ini sulit untuk dilihat begitu saja dan individu yang melakukan perilakunya juga cenderung menyembunyikan luka fisiknya dan melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Makanya di blog ini aku mau bahas tentang salah satu Perilaku Gangguan Mental ini, agar teman-teman semua bisa mengenal self-harm lebih dalam dan bisa lebih aware dengan salah satu perilaku gangguan mental ini.
Kalian pernah nggak sih ngeliat teman dekat atau orang disekitar kalian tiba-tiba memiliki luka sayat di kulit atau luka lebam di tubuhnya? Dan kalau ditanya pasti jawabannya aneh alias nggak masuk akal, jadi ngebuat kalian merasa ada yang disembunyikan sama teman kalian.
Terus juga teman kalian itu jadi suka mengisolasi diri dari lingkungan sosial, kaya mengunci diri di dalam kamar dan diam lama di kamar mandi. Emmm, bisa jadi itu merupakan salah satu bentuk perilaku self-harm nih, daripada mengira-ngira yuk tau lebih lanjut, kita baca blognya!
Apa sih self-harm itu?
Jadi teman-teman, self-harm itu adalah segala tindakan yang dengan sengaja dilakukan untuk menimbulkan rasa sakit dan kerusakan pada tubuh sendiri. Seperti, menyayat kulit menggunakan benda tajam, membakar kulit dengan bara api, atau menggaruk kulit sampai terluka.
Tapi nggak cuman melukai fisik saja nih, ada juga yang melakukan perilaku self-harm dengan meminum alkohol atau obat obatan secara berlebihan dan dengan sengaja melakukan hubungan seks dengan cara yang nggak aman yang bertujuan untuk meluapkan emosi negatif, alias self-harm.
Perilaku self-harm ini memberikan kepuasan tersendiri bagi individu yang melakukannya dan membuat individu tersebut lebih merasa lega. Dan juga rasa sakit yang ditimbulkan dari self-harm ini dapat menggantikan rasa sakit yang dirasakan secara emosional, yang mana rasa sakit tersebut tidak dapat dijelaskan oleh dirinya. Sehingga lebih memilih untuk menyakiti fisiknya.
Baca juga: Emosi Itu Bukan Marah! (Mari Mengenal Emosi)
Nah perlu teman-teman ketahui nih, kenapa rasa sakit fisik bisa menggantikan rasa sakit emosional?
Hal ini dikarenakan fungsi otak yang berperan dalam memberikan respon rasa sakit itu sama lho, nih misalnya kalau teman-teman sakit hati, pasti badan juga jadi ikutan sakit kan, yaaa kan! Yah kalau nggak sakit, tapi bakalan ngerasa lemas ya! Nah itu dikarenakan keduanya saling mempengaruhi.
Dan perlu teman-teman ketahui juga, kalau Perilaku self-harm itu bisa buat kita kecanduan lho!
Loh kok bisa??!
Iya! Jadi teman-teman, self-harm yang dilakukan oleh seseorang akan memberikan dampak negatif bagi dirinya sendiri, salah satunya bikin masalah baru timbul.
Loh masa sih? Bukannya self-harm bikin lega ya?
Eitss, self-harm itu nggak ada manfaatnya teman-teman. Hal itu malah bikin kita ngerasa bersalah kepada diri sendiri, jijik karena tubuh kita penuh luka, bahkan bisa menimbulkan rasa benci dan hilangnya rasa empati kepada diri sendiri. Dan dari dampak negatif yang ditimbulkan, akan mendorong kita untuk terus melakukannya lagi dan menjebak kita dalam lingkaran setan si self-harm ini.
Penyebab self-harm tuh apa sih?
Seperti yang aku bahas di atas, individu yang melakukan self-harm ini merasa bahwa dengan melukai dirinya sendiri itu dapat melepaskan rasa emosi negatifnya, seperti perasaan cemas, depresi, marah, perasaan bersalah atau sedih yang dipendamnya. Karena ketidaktahuan diri mengenai bagaimana cara mengatasi rasa emosi negatifnya, kurangnya pemahaman tentang emosi yang dia rasakan, kesulitan mengekspresikan emosi membuat individu tersebut akhirnya melakukan self-harm dan menjadikannya sebagai jalan keluar.
Nah, penyebab self-harm juga dilakukan karena ada alasan untuk menghukum diri sendiri lohh, jadi individu yang melukai dirinya sendiri merasa bahwa mereka berhak melakukannya atas dasar apa yang terjadi dalam hidup mereka, mereka tidak memiliki keterampilan mengatasi permasalahannya itu dan memilih self-harm sebagai bentuk kekecewaan terhadap diri sendiri.
Perlu teman-teman tau nih, kalau individu yang cenderung melakukan self-harm, adalah individu yang merasakan kehampaan dalam dirinya, dia merasa memiliki masalah, tetapi dia tidak tahu dan merasa bingung tentang masalah apa yang sebenarnya dia rasakan serta bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya itu.
Individu tersebut memiliki perasaan penolakan, kesepian, kebencian pada diri sendiri, kemarahan, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dan ujungnya memilih self-harm sebagai jalan keluar, agar dia bisa “merasa hidup” kembali dengan rasa sakit yang dia rasakan.
Nahh, kalo menurut Cornell University’s Self-Injury and Recovery Research and Resources (SIRRR) menjelaskan bahwa penyebab individu melakukan Self-Injury atau self-harm ini karena sebagai mekanisme coping diri, jadi self-harm ini dilakukan sebagai cara seseorang merasakan sesuatu saat mengalami mati rasa atau kehampaan dan mengalihkan perhatiannya dari depresi atau kecemasan. Beberapa individu melakukan self-harm itu untuk membuat luka yang melambangkan rasa sakit emosional mereka, sementara individu yang lain melakukan self-harm sebagai cara untuk menghindar untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang-orang terdekatnya.
Terus, cara ngatasinnya gimana?
Mencari bantuan
Buat teman-teman yang sedang berjuang mengatasi permasalahan ini, yuk mulai bicarakan perasaan dan kondisi yang sedang dialami kepada orang-orang terdekat dan terpercaya. Dengan membicarakan perasaan kamu secara langsung ,dapat membantu kamu mengurangi dorongan untuk self-harm dan bisa membantu orang terdekatmu memahami emosi kamu.
Dan untuk teman-teman yang mungkin orang terdekatnya melakukan perilaku self-harm, ditanggapi dengan penuh kasih sayang dan jangan dijudge ya. Kalian harus menyadari bahwa perilaku yang mereka lakukan tersebut adalah upaya untuk mengatasi perasaan yang menyakitkan dan dorong mereka menemukan jalan keluar untuk perasaan negatifnya.
Mengenali kondisi diri
Mengenali situasi apa yang memicu kamu untuk melakukan self-harm dan kondisi seperti apa yang mendorong kamu melakukannya.
Biasanya ada barang tertentu dan waktu tertentu yang buat kamu melakukannya. Jadi kamu harus jauhin barang-barang dan hindari kondisi tertentu yang buat kamu ketrigger!!
Misalnya, jauhin gunting, pisau, cutter dari tempat-tempat yang mudah kamu jangkau dan kalau ada situasi yang buat kamu ingin melakukan self-harm segera menghindar dan alihkan pikiran kamu itu.
Ekspresikan emosi negatif yang dirasakan
Kalau kamu lagi merasa sedih, luapkan saja semua emosi. Kamu boleh nangis, boleh teriak, dan boleh melampiaskan perasaan kamu. Tapi jangan sampai ngelukain diri sendiri dan orang lain, ingat jangan pendam perasaan kamu.
Dan lebih bagus lagi kalau kamu bisa mengidentifikasikan dan menuliskan perasaan negatif apa yang lagi kamu rasain, dengan begitu kamu bisa menyimpulkan perasaan apa yang sedang kamu rasakan.
Temukan perilaku pengganti
Kamu harus mulai mengganti perilaku negatif kamu dengan hal yang tidak berbahaya, kamu harus sibukin tangan kamu supaya bisa teralihkan dari dorongan self-harm. Pokoknya kamu ngga boleh ngebiarin tangan kamu free sampai dorongan untuk melakukan mulai mereda.
Kamu bisa mengalihkannya dengan bermain slime, menulis, bermain gitar, mencuci piring, makan, menggenggam es batu, meremas bola karet.
Dapatkan bantuan Profesional
Jika semua cara di atas sudah kamu lakukan, tetapi kamu masih mengalami kesulitan, jangan segan-segan untuk menghubungi profesional.
Perilaku self-harm ini harus segera diatasi loh, agar tidak semakin buruk bagi mental dan fisik kamu! Nah, saran aku sih kamu bisa mengikuti sesi konseling dan mentoring kepada profesional di Satu Persen.
Satu Persen memiliki layanan mentoring dan konseling bagi kamu yang sedang mengalami kesulitan, dan kamu ngga perlu takut untuk mengikuti sesi konseling ataupun mentoring, justru sesi konseling dan mentoring ini akan sangat membantu kamu menyelesaikan kesulitan-kesulitan kamu selama ini. Kamu juga bisa mencoba Tes Sehat Mental terlebih dahulu supaya kamu tahu kondisi kesehatan mental kamu belakangan ini.
Baca juga: Tips Pertama Kali Konseling Online dengan Psikolog: Apa Saja yang Perlu Dipersiapkan?
Dan untuk teman-teman, jangan lupa untuk terus ikutin konten-konten menarik tentang Mental Health dari Satu Persen. Mari luangkan waktu untuk lebih berusaha mengenal diri kita serta menjaga kesehatan mental kita dan berkembang setidaknya 1% setiap harinya!
Sekian dari aku, thanks!
#MentalHealthRangersSatuPersen #HidupSeutuhnya #SatuPersen
Referensi
Cassada Lohmann, Raychelle. (2012). A Silent Cry for Help: Understanding self-harm. Retrieved 07 February from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/teen-angst/201202/silent-cry-help-understanding-self-harm
Chesak, Jennifer. (2017). Understanding Why People Cut Themselve, Hide It, and How To Help. Retrieved 01 March from https://www.healthline.com/health/mental-health/why-do-people-cut-themselves
Pietrangelo, Ann. (2019). What You Should Now About Cutting. Retrieved 01 March from https://www.healthline.com/health/cutting