Halo, aku Dyah, penulis di Satu Persen.
Bicara tentang anak sulung, kemungkinan besar dari kalian sering mendengar stigma masyarakat bahkan orang tua kamu sendiri tentangnya.
Misalnya, sering kita dengar seperti anak sulung itu harus sukses, harus sekuat baja, harus nurut orang tua, cerminan keluarga, harus sering ngalah, dan masih banyak lagi.
Hal-hal tersebut memang benar adanya, coba deh kamu cerita sama teman-temanmu yang juga anak sulung, mereka kemungkinan besar merasakan hal sama tentang masalah ini.
Menjadi anak sulung memang tidak mudah. Orang tua akan cenderung menaruh harapan-harapan dan keinginan mereka kepada kamu. Bahkan terkadang cita-cita yang orang tua gagal capai, ingin diwujudkan oleh anak pertamanya.
Sering kali anak sulung diberikan tanggung jawab untuk membantu tugas orang tua. Seperti selalu dituntut untuk menjadi dewasa, harus bisa melakukan pekerjaan rumah, atau sebagai contoh bagi adek-adeknya.
Ekspektasi-ekspektasi yang diberikan orang tua secara tidak langsung harus membuat diri kalian terlihat kuat dan bisa diandalkan atau bahkan membuat kalian merasa bersemangat karena merasa adik-adik kalian adalah tanggungan kamu. Tapi, tidak jarang juga yang merasa stres sampai depresi karena ekspektasi ini.
Sebelumnya aku mau sapa para anak sulung dulu nih, apa kabar kalian? Semoga kalian masih baik-baik saja dan masih kuat jalanin hidup ya.
Banyak di antara kalian yang capek akan ekspektasi orang tua terhadap kalian. Aku tau kalian ini anak yang kuat, tetap semangat ya! :D
Anak Sulung Harapan Keluarga
Anak sulung sebenarnya memiliki banyak keuntungan, seperti mendapatkan banyak perhatian dari orang tua. Perhatian yang penuh kasih dan perhatian yang berlimpah dari orang tua kepada anak sulungnya membantu anak untuk tumbuh dengan rasa percaya diri, dan dia dapat menjadi sangat sukses dalam hidup.
Pada saat yang bersamaan, orang tua juga memberikan harapan-harapan agar anaknya berhasil.
Mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa kita diberikan harapan-harapan itu? Sebenarnya itu karena, orang tua sangat senang ketika mereka memiliki anak pertama mereka. Orang tua kita percaya sama kita bisa mewujudkan harapan mereka.
Mereka akan merasa berhasil membesarkan anaknya, jika melihat anak sulungnya sukses. Sehingga, anak sulung juga sering dipandang sebagai tolok ukur kesuksesan orang tua oleh masyarakat.
Kalau anak sulung sukses, maka bisa dijadikan inspirasi untuk adik-adiknya. Kalau anak sulung gagal, bagaimana nasib adek-adeknya nantinya, begitulah kiranya pandangan masyarakat.
Orang tua mereka selalu memberikan yang terbaik untuk anak pertamanya, agar mereka sukses di hidupnya. Contohnya, orang tua sering mendorong anak sulung mereka untuk membaca pada usia tiga tahun, membuatnya untuk mengikuti program sekolah, dan terus-menerus diminta ikut bermacam kursus.
Di sisi lain, selain mendapatkan tekanan agar memenuhi harapan keluarga, mereka juga mendapatkan tantangan dengan lahirnya seorang adik. Mereka semakin menuntut ke anak pertamanya untuk menjadi dewasa.
Didikan orang tua pada anak pertamanya biasanya membuat mereka sosok yang independen karena terbiasa atas tanggung jawab yang diberikan, lebih peduli dengan orang lain, seorang pemimpin, dan pekerja keras.
Menurut psikolog Dr. Seda Gragossian, anak sulung biasanya dikaitkan dengan atribut kepemimpinan, dan dapat memiliki kepribadian yang kuat, cukup gigih, suka mengambil alih dan cenderung lebih teliti.
Tidak Apa untuk Memilih Jalanmu Sendiri
Terkadang para orang tua tidak sadar, bahwa harapan mereka yang berlebihan pada anak sulungnya menyebabkan masalah pada anak mereka. Tidak jarang sebagai anak sulung sering tertekan oleh ekspektasi ini.
Ekspektasi yang diberikan terkadang tidak sejalan dengan apa yang kamu inginkan atau orangtua terlalu memaksakan anaknya yang tidak mempunyai kemampuan itu.
Ekspektasi dan harapan yang ada padamu ada kalanya perlu kamu tolak, jika itu tidak sesuai dengan dirimu karena hidup ini adalah hidupmu. Walaupun kamu sebagai anak sulung dan harapan orang tua, tapi kamu harus hidup untuk dirimu sendiri dan bukan orang lain.
Kamu harus tau hal apa saya yang ingin kamu lakukan dan tidak, karena kamu yang paling mengenal dirimu dan potensi yang ada padamu. Cobalah komunikasikan baik-baik dengan orang tuamu tentang hal ini. Kamu pasti juga punya mimpi dan cita-cita.
Yakinlah ketika apa yang kamu cita-citakan itu adalah sesuatu yang baik, maka orang tuamu pasti mendukung. Karena pada dasarnya orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.
Jika kamu tidak bilang dan hanya menurut saja apa yang menjadi kemauan orang tuamu, tentu mereka tidak tahu ada yang sebenarnya kamu inginkan dan rasakan.
Kamu memilih jalanmu sendiri juga untuk kebaikan dirimu. Coba deh bayangkan jika kamu hanya menurut saja apa yang orang tuamu inginkan. Kalau kamu tidak menyukai hal itu, kamu pasti merasa tidak nyaman mengerjakannya dan mudah sekali jenuh.
Berbeda cerita kalau yang kamu pilih adalah hal yang kamu senangi, dampak bagi masa depanmu justru akan semakin baik. Kamu bisa memaksimalkan apa yang menjadi potensi kamu, sehingga kamu bisa lebih berprestasi.
Jika kamu merasa lelah
Tidak apa-apa jika kamu merasa lelah, dan jangan lupa untuk istirahat atau take a break dari semua rutinitas dan tuntutan terhadapmu.
Perlakukan diri kamu sebaik kamu memperlakukan orang lain. Kamu harus ingat bahwa kamu adalah seorang manusia yang memiliki kemampuan terbatas dalam melakukan suatu hal.
Sering kali juga anak sulung disuruh melakukan pekerjaan rumah. Misalnya, pagi tadi kamu disuruh mencuci baju, terus jam 10 disuruh belanja, siangnya disuruh bantuin ibu masak, dan sorenya disuruh bantu cuci piring.
Lelah bukan? Tapi kadang yang kita rasakan bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah mental.
Baca juga: Emotional Burn Out dan Cara Mengatasinya
Lelah karena dituntut untuk sempurna, lelah karena mikir kenapa sih aku terus kan ada adek yang gak ngapa-ngapain juga.
That’s okay, and have a break. Berilah tubuh dan pikiranmu untuk istirahat. Coba untuk melakukan hal-hal yang kamu senangi di sela-sela waktumu itu. Pergilah jalan-jalan dengan temanmu, tonton film kesukaanmu, makan makanan yang kamu pengen.
Nikmatilah waktumu sendiri dan coba refleksikan apa yang sudah aku lakukan selama ini adalah hal baik dan aku bangga akan hal itu. Dan besoknya dijamin kamu bakalan semangat lagi untuk memulai aktivitas itu.
Buat para anak sulung di luar sana, aku mau ngucapin terima kasih karena kalian sudah menjadi anak yang kuat, tidak mudah mengeluh, independen, dan dapat diandalkan oleh adek-adekmu. Aku sangat salut kalian, kalian itu anak yang hebat.
Baca juga : Cara Memotivasi Diri Sendiri Ketika Ingin Menyerah
Kalau ada masalah jangan dipendam terus yaa. Ceritain aja sama orang yang kamu percaya. Tapi, kalau kamu merasa masalahmu sudah kompleks banget dan butuh teman untuk cerita. Kamu bisa ikut kelas konseling di Satu Persen.
Di sini kamu akan diberikan assessment untuk mengenali dirimu dan dibantu untuk mencari jalan keluar dari masalah yang kamu hadapi dengan para psikolog yang ahli di bidangnya.
Dan tonton video di bawah ini untuk yang membahas tentang apakah anak sulung harus selalu kuat. Happy watching dan salam Satu Persen!
Referensi
Wallace, Meri. (2019). The Challenges Facing A Firstborn Child. Psychology Today. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/blog/how-raise-happy-cooperative-child/201902/the-challenges-facing-firstborn-child
Wollf, Carina. (2017). 7 Interesting Habits All First-Born Children Have in Common. Bustle. Retrieved from https://www.bustle.com/p/7-interesting-habits-all-first-born-children-have-in-common-7515592
Thompson, Derek. (2017). Why First-Born Children Are Better Leaders. The Atlantic. Retrieved from https://www.theatlantic.com/business/archive/2017/05/first-born-children-better-leaders/526269/