5 Cara Menentukan Prioritas Supaya Terhindar dari The Mere Urgency Effect

Produktivitas
Anggreliani Utami
26 Feb 2022
the mere urgency effect
Satu Persen - The Mere Urgency Effect

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapi dengan berbagai tugas atau pekerjaan. Belum lagi, tiap pekerjaan memiliki tingkat urgensi dan tujuan kepentingan yang berbeda-beda.

Misalnya, saat kamu dihadapkan dengan dua pilihan antara check-out belanjaan yang lagi sale  atau mulai online course, kira-kira mana yang akan kamu lakukan duluan? Mungkin kamu akan lebih memilih untuk check-out barang belajaan karena kebetulan lagi diskon, dibanding mengikuti online course yang bisa kamu mulai kapan aja.

Dalam hal ini, kamu lebih memilih untuk melakukan kegiatan yang nggak penting tapi mendesak daripada yang penting dan nggak terikat oleh waktu. Nah, kondisi ini lah yang dikenal dengan the Mere Urgency Effect.

Di blog kali ini, aku Anggi, Part-time Blog Writer Satu Persen, akan bahas lebih dalam tentang salah satu kebiasaan berpikir manusia yang satu ini. Nantinya, aku juga akan kasih tahu beberapa cara menentukan skala prioritas yang baik supaya terhindar dari the mere urgency effect. Jadi, simak terus ya ulasannya!

Apa Itu The Mere Urgency Effect?

apa itu the mere urgency effect
Photo by Meme Generator

Prioritas adalah sebuah keadaan di mana sesuatu atau seseorang dianggap lebih utama dan penting dibanding dengan yang lainnya. Terkait hal ini, the mere urgency effect adalah kecenderungan seseorang untuk lebih memprioritaskan sesuatu yang nggak penting tapi mendesak dibanding yang penting tapi nggak terlalu mendesak.

Meski paham betul bahwa kita harus fokus akan hal-hal yang penting dan memiliki dampak positif lebih besar ke depannya, seseorang cenderung mendahulukan tugas-tugas yang mendesak tanpa efek besar di kemudian hari. Demikian dapat dikatakan bahwa the mere urgency effect adalah kebiasaan kita untuk salah mengira antara kegiatan yang mendesak dan penting.

Lantas kenapa sih orang cenderung berpikir seperti ini? Kenapa kita lebih milih check-out barang belanjaan yang lagi diskon daripada mulai online course?

Penyebab the Mere Urgency Effect

Penelitian yang dilakukan oleh Meng Zhu dan rekan-rekannya dalam Journal of Consumer Research menemukan bahwa orang cenderung fokus dengan hal-hal mendesak karena adanya restricted time frame atau waktu yang terbatas. Contohnya, deadline yang jelas dan hasil instan yang bisa dirasakan akan seolah memikat orang dalam seketika.

Deadline yang singkat ini membuat kita lebih fokus akan hal-hal mendesak yang belum tentu berguna di masa depan daripada hal-hal yang nggak memiliki deadline tapi outcome-nya lebih besar.

penyebab mere urgency effect
Photo by Pinterest

Inilah kenapa kamu mungkin akan lebih memprioritaskan check-out belanjaan yang segera habis waktu promonya, dibanding mulai mengikuti online course yang bisa dilakukan kapan aja. Lantaran, kamulah yang akan menentukan target course ini, terlebih kurangnya urgensi dari pihak luar sebagai bahan motivasi.

Meng Zhu juga berpendapat bahwa the mere urgency effect lebih sering dialami oleh orang-orang yang merasa sibuk. Hal ini karena mereka terlalu terpaku pada deadline. Nah, kebiasaan ini nggak baik karena bisa buat kita merasa terlalu produktif. Padahal sebenarnya apa yang kita prioritaskan belum tentu memiliki manfaat yang bersifat jangka panjang.

Baca Juga: Burnout: Untuk Kalian yang Lagi Banyak Kerjaan

5 Cara Menentukan Prioritas Agar Bebas dari the Mere Urgency Effect

Beberapa hal yang dapat kamu lakukan di antaranya adalah:

1.Membedakan apakah pekerjaan itu penting atau mendesak.

Hal pertama yang harus kamu lakukan agar terhindar dari the mere urgency effect adalah belajar untuk membedakan mana tugas yang mendesak dan mana yang sebetulnya penting.

membedakan pekerjaan yang penting dan mendesak
Photo by Workchronicles.com

Apabila kamu sedang bekerja dan tiba-tiba atasan memintamu melakukan sesuatu saat itu juga, bagaimana cara mengetahui apakah itu hal yang mendesak atau penting? Nah, untuk mengetahuinya coba tanya tiga pertanyaan ini pada diri sendiri :

  • Siapa yang akan terpengaruh apabila aku nggak segera menyelesaikan tugas ini?
  • Apakah tugas ini akan menimbulkan efek yang besar apabila nggak segera dikerjakan? Misalnya, apakah dapat membawa pengaruh buruk bagi pekerjaan orang lain atau perusahaan?
  • Apakah tugas ini berkontribusi pada goals ku di masa depan?

Jika nggak ada yang terpengaruh dan nggak berkontribusi pada goals kamu, maka menunda bukan masalah yang besar. Jadi, fokuskan diri untuk menyelesaikan pekerjaan lain yang lebih penting.

2. Menentukan prioritas dengan Eisenhower Matrix

Ada salah satu metode yang sudah terkenal dalam menentukan prioritas kerja dengan baik, yaitu Matriks Eisenhower. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Presiden ke-34 Amerika Serikat, Dwight D. Eisenhower, dan dipopulerkan oleh Stephen Covey.

The Eisenhower matrix adalah metode mengelompokkan pekerjaan yang dapat membantu kita dalam menentukan prioritas suatu pekerjaan.

Eisenhower Matrix
Photo by Todoist

Pada model ini, keputusan kita digolongkan ke dalam 4 kategori berdasarkan tingkat urgensi dan kepentingannya:

  • Kuadran Pertama: Mendesak dan penting, artinya tugas-tugas ini harus segera kamu kerjakan dan selesaikan.
  • Kuadran Kedua: Penting, tapi nggak mendesak. Tugas-tugas pada kuadran ini bersifat jangka panjang dan tetap penting. Karena nggak ada tenggat waktu. kamu bisa menjadwalkannya untuk dikerjakan belakangan.
  • Kuadran Ketiga: Mendesak, tapi nggak terlalu penting. Di kuadran ini, ada tugas-tugas yang perlu segera diselesaikan, tapi nggak penting dan bukan prioritas kamu. Jadi, akan lebih baik jika tugas-tugas ini didelegasikan kepada orang lain. Sehingga, kamu bisa fokus dengan hal yang lebih penting.
  • Kuadran Keempat: Nggak mendesak, bukan pula tugas yang penting. Artinya, tugas-tugas ini adalah gangguan yang sebisa mungkin harus dihindari sementara.

3. Menggunakan metode time blocking

Berdasarkan Todoist, time blocking adalah metode manajemen waktu yang dilakukan dengan membagi waktu yang kamu miliki menjadi berbagai blok-blok kecil. Nah, kamu bisa lakukan time blocking agar terhindar dari the mere urgency effect.

Pertama, kamu bisa alokasikan waktu terbatas untuk tugas-tugas yang bernilai rendah. Misalnya, membuka media sosial selama 40 menit sebanyak tiga kali sehari.

metode time blocking
Photo by Meme Generator

Kedua, sisihkan 2-4 jam paling produktif per hari untuk mengerjakan tugas-tugas yang penting. Nah, pada waktu produktif itu, kamu nggak akan membuka sosial media atau menanggapi pesan yang masuk agar tidak terdistraksi.

Baca Juga: Strategi Jitu Atur Waktu: Tips Time Management


4. Membuat deadline untuk tugas yang penting

Apabila kamu adalah tipe orang yang lebih fokus dengan kehadiran deadline suatu pekerjaan, maka manfaatkan hal ini dengan baik. Berikan tenggat waktu yang singkat untuk tugas-tugas penting tetapi nggak mendesak. Dengan begitu, kamu bisa memaksa dirimu untuk fokus pada pekerjaan-pekerjaan ini.

5. Menggunakan 5-Hour Rule

The 5-hour rule adalah aturan dimana kamu harus menyisihkan minimal 1 jam dalam 1 hari kerja untuk mempelajari hal-hal secara sukarela (deliberate learning) dan tanpa paksaan apapun. Ini berarti menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian penuh pada kegiatan-kegiatan pengembangan diri, seperti berolahraga, belajar bahasa asing, atau skill lainnya. Nah, kamu bisa mempraktekkan metode ini untuk hal-hal di kuadran 2 matriks Eisenhower kamu!

Baca Juga: Cara Menjadi Konsisten dalam Mencapai Tujuan Hidup (Tips Orang Sukses)

Nah, itulah beberapa cara mengatur prioritas dengan baik supaya kamu terhindar dari jebakan the mere urgency effect. Kalau kamu merasa gampang banget terdistraksi akan hal-hal yang nggak penting, coba deh ikut Tes Produktivitas dari Satu Persen.

Masih Kesulitan Terbebas Dari the Mere Urgency Effect?

Namun, apabila kamu masih merasa kesulitan dalam mengatur prioritas dan terus-menerus terjebak dalam the mere urgency effect, tenang aja, kamu bisa ikut mentoring Satu Persen. Di sini, kamu bisa menceritakan kesulitan yang kamu hadapi bersama mentor-mentor yang terlatih. Kamu bisa ikut mentoring dengan klik gambar di bawah ini:

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Selain itu kamu juga bisa coba tonton video YouTube Satu Persen di bawah ini supaya semakin paham gimana cara biar fokus dan nggak mudah terdistraksi.

Aku harap dengan membaca artikel ini kamu bisa semakin berkembang menjadi lebih baik seenggaknya Satu Persen setiap harinya, ya! Aku Anggi dari Satu Persen, sampai jumpa di tulisanku berikutnya!

Sources:

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.