7 Tanda Kamu Mengalami Verbal Abuse dalam Sebuah Hubungan

Hubungan
Fathur Rachman
5 Nov 2021
Verbal Abuse dalam Hubungan
Satu Persen - Verbal Abuse dalam Hubungan

Hai-hai, Perseners! How’s life?

Kenalin gue Fathur, salah satu Blog Writer di Satu Persen.

Perseners, pernah gak tiba-tiba teringat dengan masa lalu lo yang membuat lo gak nyaman?

Baru-baru ini, gue sendiri juga sempat teringat dengan ucapan mantan gue di SMP yang mengatakan kalau gue itu kurus dan juga dibarengi oleh umpatan kasar gitu. Meskipun sekarang gue udah kuliah dan kejadian itu udah terbilang lama banget, tapi pesan itu tetap gak akan hilang sepenuhnya dari ingatan gue.

Saking penasarannya juga, gue coba cari-cari di internet dan baru tau kalau tindakan teman gue itu masuk ke dalam istilah kekerasan verbal (verbal abuse) dalam pertemanan. Agak serem sih, tapi semoga kejadian serupa gak menimpa lo semua, ya!

Untuk itu mending kita cari tau apa itu kekerasan verbal secara definisi dan apakah berdampak dengan kesehatan mental seseorang atau tidak.

Apa itu Kekerasan Verbal atau Verbal Abuse?

Verbal Abuse Meme
Sumber: imgflip.com

Eits, Perseners! Verbal abuse bukan berarti mukul kepala pake kamus bahasa kayak meme di atas ya. Tapi verbal abuse atau kekerasan verbal itu adalah cara seseorang menyakiti orang lain dengan menggunakan kata-kata yang kesannya melecehkan kemampuan seseorang atau menganggap orang itu sumber dari kesialan.

Misalnya, gue contohin ketika ada teman lo yang terbiasa ngerespons kesalahan lo dengan bilang kalau “lo bodoh”, “lo cerewet”, “lo kurang ajar”. Yang lebih parah lo juga bisa disuruh untuk diam agar masalah cepat selesai.

Berbeda dengan kekerasan fisik yang membuat adanya rasa sakit pada tubuh seperti luka memar atau mungkin patah tulang. Ternyata kekerasan verbal juga sama menyakitkannya dan bisa mengganggu pikiran serta emosional. Lalu, dampaknya juga dapat membuat kecemasan, ketakutan, atau depresi untuk korbannya.

Berdasarkan informasi yang gue dapet dari Psychology Today, sebagian besar orang menyadari kalau kasus kekerasan verbal dalam hubungan ini sedang menimpa dirinya. Tapi masalahnya, kita sulit untuk membedakan mana yang memang dasarnya ucapan biasa dan mana yang merupakan suatu kekerasan verbal.

Apa yang Membedakan antara Verbal Abuse dan Argumen Biasa?

Oke, daripada bingung, gue akan coba kasih contoh perbedaan antara verbal abuse dan argumen biasa. Berikut adalah contoh bagaimana ciri-ciri orang yang memiliki argumen ketidaksetujuan terhadap sesuatu.

1.    Menghindari untuk mengikutsertakan serangan yang sifatnya pribadi (ad hominem).

2.    Terjadi cuma sesekali saja dan gak akan menimpa lo setiap harinya.

3.    Argumen yang diberikan sekadar pada masalah dasar.

4.    Mencoba untuk mendengarkan dan memahami perasaan lawan bicara.

5.    Gak akan berpikiran kalau ada yang menang dan ada yang kalah dalam setiap perdebatan.

Coba deh, lo bedain dengan seorang yang biasanya sering melakukan kekerasan verbal.

1.    Terbiasa untuk menghina dan mempermalukan lo, baik di depan umum atau ketika sedang tidak ada orang lain.

2.    Selalu menyalahkan jika ada kesalahan dan memulai perdebatan.

3.    Mencoba untuk selalu membuat lo merasa bersalah di setiap perkataan yang dikeluarkan.

4.    Mencoba masuk ke ruang privasi lo dan menghalangi lo untuk menjauh dari dirinya.

5.    Sering menuduh terlalu sensitif atau sekarang mungkin dikenal dengan baperan.

Oleh karena itu, mending yuk simak bareng-bareng mengenai tanda-tanda lo terjebak dalam pertemanan yang verbally abusive. Sebelum itu, lo juga sabi banget untuk dengerin Podcast Satu Persen tentang hubungan toxic di keluarga atau teman dekat.

Satu Persen Podcast - Toxic Family or Parents

Tanda-tanda Lo Mendapatkan Verbal Abuse

Melihat ciri-ciri pelaku yang sering melakukan kekerasan verbal tentu membuat lo takut dan berhati-hati. Oleh karena itu, gue akan coba ngasih lebih banyak mengenai tanda-tanda kekerasan verbal untuk lo simak dan ketahui.

1. Gaslighting

Dalam jurnalnya, Asisten Profesor di University of Michigan, Paige Sweet mengatakan kalau kekerasan verbal berbentuk gaslighting sering dipakai sebagai strategi orang untuk memanipulasi pikiran dalam hubungan, baik ke teman atau pacar lo.

Umumnya, gaslighting akan menuduh seseorang gak rasional atau punya masalah kejiwaan sehingga korban menjadi kurang percaya diri. Selain itu juga, korban gaslighting pada akhirnya mudah dikendalikan dan menuruti apa kata pelaku gaslighting.

Untuk contohnya:

-       Lo lagi menyampaikan pendapat lo tentang suatu hal, tapi teman lo itu malah balik menyerang dan membantah semua ucapan lo.

-       Teman lo juga akan bilang ke orang lain kalau lo itu misalnya pelupa, bodoh, atau ceroboh agar lo bisa dikendalikan olehnya.

2. Sering menyalahkan

Kebiasaan menyalahkan sering dipakai seorang yang suka melakukan kekerasan verbal untuk bisa meyakinkan kalau lo itu salah karena perbuatan lo kepadanya. Kesalahannya pun berfokus pada hal-hal yang gak bisa lo kendalikan secara wajar, yang mana juga masih bisa diselesaikan baik-baik.

Untuk contohnya:

“Gue kesel banget sama lo karena tadi ceroboh banget di depan teman gue!”

“Rasanya gue pengen teriak dan memukul diri sendiri karena lo itu orangnya keras kepala banget!”

3. Membuat nama julukan

Beberapa di antara lo pasti ada yang punya nama julukan dari seseorang yang bikin lo seneng dan lalu memakainya. Tapi berbeda dengan orang-orang yang suka melakukan kekerasan verbal. Mereka bisa saja memaki lo dengan nama-nama hewan atau nama yang sifatnya merendahkan lo.

Yang lebih parah ketika si pelaku kekerasan verbal ini menggunakan nama panggilan yang merujuk pada etnis, ras, jenis kelamin, agama, atau kondisi kesehatan medis seseorang.

“Lo tuh worthless di hidup gue”

“Dasar idiot, gak punya malu dah lo!”

“Si hitam dekil baru datang, nih!”

“Gak mau deket-deket sama si TBC, ah!”

Baca juga: Ini Dia Ciri-Ciri Toxic Relationship dalam Pertemanan! (Teman Toxic)

4. Argumen yang berputar-putar

Pelaku kekerasan secara verbal identik dengan seringnya melemparkan pendapat yang berputar-putar. Padahal inti pendapatnya masih sama-sama saja. Hal ini ia lakukan agar bisa menang berdebat dari lawan bicaranya, baik itu teman atau pacarnya sendiri.

Dilansir Medical News Today, argumen ini dilakukan oleh para pelaku kekerasan verbal agar lawan bicara merasa kelelahan. Maka dari itu, lawan bicaranya pun berpotensi untuk menyetujui saja semua yang dikatakannya agar konflik perdebatan segera selesai.

Untuk contohnya gue bisa ambil contoh ketika pacar lo minta lo ngebeliin belanjaannya. Sebenarnya lo gak sanggup membelinya, tapi karena pacar lo mengatakan hal itu  setiap hari sampai ngebuat lo merasa lelah. Akhirnya lo menyerah, menyetujui pendapatnya dan memberikannya.

5. Mencoba mengancam

Siapa sih yang gak takut diancam? Nah, ancaman ini juga sering dijadikan modus oleh pelaku kekerasan verbal dalam menjalankan rencananya.

Tujuannya sendiri yaitu untuk mengendalikan emosi dan pikiran lawan bicara agar takut dengan ancaman yang diberikan dan mematuhi segala kemauan si pelaku kekerasan verbal.

Untuk contohnya:

“Kalau lo coba-coba melaporkan hal ini ke orang tua gue, gue akan sebarin video lo lagi selingkuh!”

“Gue bakal kasih tau segala keburukan lo semisal lo putusin gue sekarang!”

6. Meremehkan dan merusak

Perilaku ini terjadi ketika pelaku kekerasan verbal seringkali meremehkan atau membuat pernyataan yang tidak enak terhadap lawan bicaranya, misalnya mengkritik dan selalu tidak setuju dengan gaya berpakaian, opini, minat, atau mungkin sampai pekerjaan lo.

Tapi, ini juga akan berdampak buat lo yang gak bisa menahan perkataan pelaku kekerasan verbal tersebut. Akibatnya, lo akan menanyakan diri lo sendiri sampai-sampai rasa percaya diri lo juga akan menurun.

Untuk contohnya:

“Serius lo suka sama dia? Ternyata selera lo jelek juga, ya!”

“Opini lo jelek banget deh, mending lo diem aja untuk next time!

Baca juga: 4 Logical Fallacies yang Sering Ditemukan di Dunia Maya

7. Menuduh dan mengungkit kesalahan

Seorang pelaku kekerasan verbal bisa saja menuduh lo apa yang sebenarnya gak terjadi. In case lo menanggapi hal yang gak benar tentang diri lo, pelaku kekerasan verbal akan bisa menyerang balik dengan mengungkit masa lalu yang sudah diselesaikan sejak lama.

Untuk contohnya:

“Mungkin lo dituduh karena dulu lo juga pernah ketahuan nyuri barang teman lo!”

“Oh, lo itu pakai hijab karena pengen diliat taat beragama, ya?”

Bagaimana Cara Mengakhiri Verbal Abuse

Verbal Abuse
Sumber: imgflip.com

Director of the Brogaard Lab for Multisensory Research di University of Miami, Berit Brogaard memberikan cara ampuh untuk mengakhiri perlakuan kekerasan verbal dari seseorang. Berikut gue akan bahas cara-caranya.

Pertama, lo harus mengenali apa saja tanda-tanda kekerasan secara verbal. Misalnya dengan memahami contoh yang gue udah sebutin di atas. Setelah itu, lo perlu mengubah situasi agar pelaku bisa sadar dengan kekerasan verbal yang dilakukannya. Lo bisa mengambil pendekatan yang lebih tegas dan memaksa.

Kemudian lo harus menjaga jarak dengan pelaku, lebih baik untuk berpisah secara permanen jika memang sudah dalam tingkat mengganggu lo banget. Terakhir, terbukalah dengan orang sekitar untuk bercerita dan jangan sesekali lo merahasiakan apa yang telah terjadi antara lo dan pelaku kekerasan verbal.

Kalau lo mau tahu kualitas hubungan lo sama pasangan, lo bisa ikut tes kualitas hubungan nih. Gratis! Nah, segitu aja tips dari gue. Semoga lo bisa terbantu untuk menghadapi seseorang yang memiliki tanda-tanda perilaku yang udah gue sebutin sebelumnya.

Di sini, Satu Persen punya layanan konsultasi yang bakal ngebantu lo menyelesaikan masalah dan memberikan solusi terbaik buat lo kedepannya. Kalau lo butuh bantuan, lo tinggal klik banner di bawah ini aja, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-6

Akhir kata, gue Fathur Rachman dari Satu Persen. Selamat menjalani #HidupSeutuhnya.

Reference:

Fitriana, Y., Pratiwi, K., & Sutanto, A. V. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Orang Tua Dalam Melakukan Kekerasan Verbal Terhadap Anak Usia Pra-Sekolah. Jurnal Psikologi Undip, 14(1), 81–93. https://doi.org/10.14710/jpu.14.1.81-93

Sweet, P. L. (2019). The Sociology of Gaslighting. American Sociological Review, 84(5), 851–875. https://doi.org/10.1177/0003122419874843

Putri, A. M., & Santoso, A. (2012). Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Pada Anak. Nursing Studies, 1, 22–29.

White, M. (2020). What is gaslighting? Medicalnewstoday.Com. https://www.medicalnewstoday.com/articles/gaslighting

Legg, T. (2019). What Is Verbal Abuse? How to Recognize Abusive Behavior and What to Do Next. Healthline.Com. https://www.healthline.com/health/mental-health/what-is-verbal-abuse

Brogaard, B. (2016). The Best Way to End Verbal Abuse. Www.Psychologytoday.Com. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-mysteries-love/201612/the-best-way-end-verbal-abuse







https://www.brides.com/signs-of-an-emotionally-abusive-relationship-5112027

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-mysteries-love/201704/5-subtle-forms-verbal-abuse

https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-mysteries-love/201612/the-best-way-end-verbal-abuse

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.