Siapa nih disini yang punya teman, tapi nyebelin? Suka merugikan kita, bahkan sering bikin kita stress gara gara kelakuan mereka? Wah, kalau kamu punya teman seperti itu, perlu waspada dan super hati-hati. Bisa jadi mereka masuk ke dalam kategori toxic relationship dalam pertemanan atau teman toxic!
Hubungan pertemanan memang penting banget untuk kita sebagai makhluk sosial. Tapi nggak semua orang harus kita jadikan teman loh. Namanya juga pertemanan, harus ada hubungan mutualisme. Jangan sampai cuma ngerugiin dan memberi dampak negatif di kehidupan kita. So, kalau kamu punya teman toxic dalam kehidupan, jangan ragu deh untuk pergi jauh jauh!
Memang Apa Sih Toxic Relationship dalam Pertemanan?
Suzzane dalam Psychologytoday.com, menggambarkan pertemanan yang toxic sebagai hubungan pertemanan dengan teman yang beracun. Terus apa itu beracun? Misal: Sering kali datang hanya ketika butuh, juga berusaha mengisolasi seseorang dari kawan-kawannya yang lain, selalu merasa iri, memfitnah orang lain demi menjaga eksklusivitas pertemanan, dan hobi berkompetisi.
Sejalan dengan Suzzane, Gilliard (2016) juga menjelaskan bahwa toxic relationship dalam pertemanan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti menyebabkan stress, rambut rontok, berat badan berkurang, berat badan bertambah, kecemasan yang berlebihan, depresi, kemarahan dan masalah kesehatan lainnya maka itu disebut beracun. Jika teman kamu membuatmu harus merasa menyakiti orang lain maka jelas kamu terjebak dalam hubungan yang beracun.
Sederhananya, toxic relationship dalam pertemanan merupakan hubungan pertemanan yang tidak sehat. Terlalu banyak aura negatif selama menjalin hubungan pertemanan dan membuat kamu merasa tidak nyaman.
Coba deh ingat ingat dalam kehidupan kamu atau rasakan di sekitar circle pertemanan kamu, ada nggak sih orang orang yang masuk dalam kriteria teman yang toxic?
Apa Sih Ciri-Ciri Toxic Friendship?
Katanya, ada tidaknya kita dalam sebuah toxic relationship pertemanan tergantung dari bagaimana sudut pandang kita. Tapi jangan salah, toxic relationship dalam pertemanan juga punya beberapa ciri. Menurut Yager Ph.D dalam bukunya When Friendship Hurts: Mengatasi Teman Berbahaya & Mengembangkan Persahabatan yang Menguntungkan ada 4 ciri-ciri. Coba deh baca sampai akhir, kira-kira ada nggak sih teman kamu yang seperti ini?
1. Bilangnya sih teman, tapi hobi banget kritik!
Mulai dari kritik keputusan-keputusan besar dalam hidup kita, bahkan kritik untuk hal hal sepele seperti baju yang kita pakai atau makanan yang kita makan. Semuanya dikomentari! Kalau kritiknya membangun, it's okay, tapi kalau sekadar pendapat negatif yang justru bikin kita kepikiran dan nggak pede? SAY NO!
Kritik dalam kehidupan sehari-hari emang nggak bisa dihindari. Tapi percaya deh, kalau kamu berada di hubungan pertemanan yang sehat, kamu akan menerima kritik yang membangun dan membuat kamu semakin baik!
2. Teman sih, tapi cuma datang waktu butuh doang!
Hayo hayo, sering nggak sih kita denger sindiran ini, “Datang kok cuma kalau pas butuh doang” Hmm, kalau kondisinya kita bisa bantu sih it's okay yah, tapi kalau kita belum bisa bantu terus dipaksa-paksa membantu? Ini nih yang repot! Atau kalau mereka lagi butuh, langsung tuh chat kita, giliran kita yang butuh? Hilang tidak tau kemana...
Selain datang ketika butuh, teman toxic cenderung bergantung pada diri kita, apa-apa selalu minta dibantu, minta ditemenin, minta ini dan itu yang mempermudah hidup mereka dan nggak jarang bikin kita kerepotan sendiri. Nggak bisa mandiri dan jatuhnya malah bisa menyusahkan diri kita sendiri. Haduh, seperti benalu deh!
3. Katanya teman, tapi dikasih masukan nggak mau
Singkatnya sih keras kepala. Maunya menang sendiri dan anti di kritik-kritik club. Kesel jugakan ya kalau punya teman kaya gini? Kalau kata orang sih “Batu banget dikasih tau” saking keras kepalanya.
Orang-orang yang keras kepala, selalu merasa pendapatnya paling benar, nah yang kaya gini nih biasanya nggak mau mengakui kesalahan. Sekali-dua kali mungkin masih bisa sabar punya temen kaya gini, tapi kalau udah keterusan? Haduh, elus dada yang ada
4. Nggak punya empati sama kamu, kok dibilang teman?
Nah ini paling ngeselin sih, ngakunya teman tapi ketika kita lagi susah sama sekali nggak peduli. Jangankan membantu kesusahan, peduli aja engga. Sifat egois dan acuh bercampur jadi satu. Tidak bisa memberikan rasa turut berduka, sedih, atau sudah ketika kita merasakan hal tersebut. Males banget sih kalau punya temen yang sikapnya seperti ini.
Padahal kan ya, ketika kita sedang susah tentu kita butuh yang namanya teman berbagi, jangan berlebihan membantu deh, sekadar mendengarkan keluh kesah rasanya udah cukup. Tapi kalau teman kita nggak punya empati untuk sekadar mendengarkan? Hm...
Jadi, siapa nih yang punya teman dengan ciri-ciri diatas? Ngaku-ngaku...
Temen aku ada yang kaya ciri nomor satu kak, tapi satu aja, bisa dibilang toxic nggak sih kak?
Coba deh kamu refleksikan lagi, benar-benar mengganggu hidup kamu kah? Selama kamu merasa nggak nyaman yang berlebihan dan mengganggu aktivitas kamu, itu sudah toxic ya guys! Yuk pelan-pelan kita hindari hubungan pertemanan seperti itu. Paham kok itu nggak mudah banget, tapi yakin deh pasti bisa. You deserve to have a healthy friendship!
.
Inget, yang namanya Toxic nggak cuma ada di hubungan pasangan pacaran atau suami-istri loh, tapi juga di pertemanan.
Baca Juga : Apa Itu Toxic Relationship? Bagaimana Cara Mengatasinya?
Pengen Banget Ngejauh, Tapi Takut Nggak Punya Temen Lagi
Sering banget pemikiran ini menjadi penghalang untuk kita move on atau menjauh dari hubungan toxic friendship. Terlebih hubungan pertemanan yang sehari-hari ketemu, sehari-hari berkomunikasi. Memang tidak mudah untuk bisa langsung lepas, tapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa ya! Butuh niat, keberanian dan kesungguhan yang kuat.
Ada pepatah bilang, lebih baik teman sedikit daripada banyak teman tapi jadi benalu aja alias ngerugiin kita. Teman sedikit tapi berkualitas. Iya nggak? Kalau kamu mau tahu kualitas pertemananmu dengan teman-temanmu, coba deh ikut tes kualitas pertemanan, gratis dari Satu Persen.
Kalau kamu butuh bantuan untuk mengatasi kebingungan dan meyakinkan diri apakah kamu benar-benar berada di toxic friendship, bisa banget loh ikut layanan online mentoring yang disediakan Satu Persen. Kamu bisa cerita sepuasnya dan sejujurnya gimana kondisi pertemanan yang dijalanin untuk dapat pendapat objektif. Online mentoring Satu Persen menawarkan berbagai pilihan paket yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan. Selain itu, kamu juga akan dapat psikotes dan worksheet yang bisa bantu untuk berkembang. Klik disini untuk ikut online mentoring Satu Persen!
Di Akhir, coba dong ceritain seberapa toxic teman kamu dan gimana cara kamu menghadapinya!
Referensi:
- Yager, Ph. D, Jan. (2006). When Friendship Hurts Mengatasi Teman Berbahaya & Mengembangkan Persahabatan yang Menguntungkan. diterjemahkan oleh Arfan Achyar. Tangerang: AgroMedia Pustaka
- M. Gilliard, Joyce.( 2016). The Little Book About Toxic Friends, How to Recognize a Toxic Relationship. Xlibris