Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Gue mau nanya nih guys, pernah gak sih lo semua pas lagi baca komen-komen di dunia maya khususnya media sosial nemuin satu atau dua orang yang beradu argumen? Beradu argumennya itu baik secara sehat (mengutarakan pikiran) ataupun buruk (saling menjatuhkan).
Nah, pas lo liat-liat nih, kadang ada aja beberapa orang yang ikut nimbrung buat adu argumen tapi pas lo liat argumen mereka itu gak nyambung sama sekali sama apa yang lagi didebatkan. Dan gak ada yang berusaha buat mengalihkan argumen tersebut agar gak menjadi semakin buruk.
Kalau lo semua pernah ataupun melakukan hal seperti itu nih Perseners, itu namanya disebut dengan Logical Fallacy atau dalam bahasa Indonesianya disebut sesat pikir.
Nah, di artikel kali ini gue akan membahas seputar logical fallacy. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Pikiran Negatif Merusak Hidup Positif
So, Apa Itu Logical Fallacy?
Menurut E. Sumaryono dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar Logika”, ia mendefinisikan logical fallacy atau sesat pikir sebagai suatu proses berpikir atau menalar yang sebenarnya gak logis, salah dan menyesatkan. Kesalahan penalaran ini disebabkan oleh fakta bahwa prinsip-prinsip logika berlaku terlepas dari relevansinya.
Logical fallacy atau sesat pikir merupakan fenomena yang sering kita jumpai dalam kehidupan ini. Apalagi di media sosial, debat gaya ninja apapun terkadang membuat kotak tertawa ini terpingkal-pingkal dan serasa mau habis. Tentu aja, misalnya, ketika kebenaran dibicarakan pada tataran empiris, ada pula yang menjawab kebenaran pada tataran intersubjektif. Ya, jelas aja gak akan menemukannya hehe.
Sebagai contohnya, semua orang itu bernafas, Joni juga bisa bernafas. Tiba-tiba ada yang menjawab nih, "Anjing juga bisa bernafas, kok. Apa anjing juga disebut sebagai orang?"
Yah, gue pikir itu salah satu contohnya sih. Hal lain lagi mungkin dapat lo temukan banyak di kehidupan sehari-hari lo haha.
Tapi, kali ini gue mau kasih beberapa logical fallacy yang ada di dunia maya nih, Perseners. Berikut 4 logical fallacy atau sesat pikir yang sering ditemukan dalam dunia maya.
Baca juga: Cara Menghilangkan Stres Berkepanjangan
Ad Hominem
Ad hominem adalah logical fallacy atau sesat pikir paling terkenal yang sering muncul karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan penalaran. Dalam kasus ad hominem, mereka mencoba mendiskreditkan argumen lawan dengan mengkritik penampilan atau asal usulnya, yang tentu aja gak ada hubungannya dengan perdebatan tersebut.
Sebagai contoh, sesat pikir ini pada dasarnya menyerang pribadi seseorang:
- Kamu adalah orang yang saya benci, jadi semua yang kamu katakan pasti salah.
- Kamu adalah seorang yang konservatif, jadi kamu pasti salah.
- Kamu adalah seorang sosialis, jadi kamu pasti salah
Salah satu kasus paling terkenal mungkin terjadi pada tahun 2019 ketika kaum milenial menciptakan istilah "OK Boomer" dalam perselisihan dengan generasi baby boomer. Hal itu mungkin terdengar lucu mengingat mayoritas pengguna internet adalah kaum milenial.
Tapi, hal ini ternyata menjadi "serangan ad hominem" terburuk dalam sejarah. Dalam kasus "OK Boomer," sesat pikir itu berbentuk: "Oke, kamu sudah tua, jadi kamu pasti salah."
Argumentum Ad Populum
Jika kebanyakan orang melakukannya, itu pasti benar. Nah, ini pada dasarnya adalah argumentum ad populum, sering disebut sebagai bandwagon fallacy, keyakinan sesat pikir bahwa apa yang dikejar banyak orang adalah benar. Sayangnya, logika ini digunakan dalam beberapa perdebatan paling penting dalam sejarah manusia.
Bentuk logis dari sesat pikir ini adalah:
- A itu populer.
- Hal-hal populer selalu benar.
- Karena itu, A adalah benar.
Hal ini sering dapat ditemukan dalam bentuk buzzer-buzzer politik di beberapa media sosial. Misalnya, mereka percaya bahwa kebanyakan orang memilih sosok A sebagai pemimpin mereka, jadi sosok A gak mungkin salah.
Dalam beberapa kasus, sesat pikir yang salah ini terkait erat dengan banding ke otoritas terkait dengan penggunaan pendapat seseorang yang diyakini benar sebagai bukti kesimpulan tertentu. Dalam hal ini, pendapat mayoritas atau sekelompok orang tertentu yang dianggap berkuasa harus selalu dianggap benar.
Dilema Palsu
Dilema palsu adalah kesalahpahaman sesat pikir umum yang memberi seseorang pilihan terbatas ketika gak adanya pilihan lain tersedia. Dalam kasus-kasus tertentu opsi disajikan secara eksklusif, menunjukkan opsi yang gak kita inginkan, sedangkan opsi lain muncul sesuai keinginan dan terkesan rasional.
Dengan kata lain, dilema palsu sering menempatkan bagian dari masalah dalam istilah "Hitam atau Putih" dan sering ditandai dengan istilah "Ini atau Itu." Contohnya:
- Aku; cintai atau tinggalkan.
- Jika kamu salah, aku pasti benar.
- Kapitalis atau komunis.
- "Entah kalian bersama kami (Amerika Serikat), atau kalian bersama para teroris." (George W. Bush, 2001).
- Jadi kamu lebih suka terjebak dalam pekerjaanmu yang membosankan selamanya daripada mengejar hasratmu?
Argument from Authority
Argumen dari otoritas, atau argumentum ad verecundiam, adalah jenis pemikiran yang salah di mana seseorang menggunakan pendapat otoritas tentang sesuatu sebagai bukti untuk mendukung penalaran mereka sendiri.
Contohnya adalah perdebatan sengit tentang pengucapan "GIF". Sejak GIF ada, ada diskusi di internet tentang apakah mengucapkan huruf G keras untuk "good" atau G lembut untuk "heathen".
Namun pada tahun 2013, perselisihan tersebut resmi dinyatakan selesai. Pencipta GIF, Steve Wilhite menimpali sendirian dan menulis di sisi New York Times bahwa siapapun yang mengatakan GIF dengan huruf G yang kuat selalu salah. "Penggunaan G dalam GIF adalah 'G' lembut dan diucapkan 'jif'," katanya.
Perdebatan itu tampaknya berakhir ketika kita mengetahui bahwa Wilhite telah jatuh ke dalam salah satu sesat pikir tertua, argumen dari otoritas. Bahkan, pihak berwenang sendiri gak setuju dengan pernyataannya.
Merriam-Webster, misalnya, menerima pengucapan GIF dengan huruf G yang keras. Oke, huruf "G" diikuti oleh "I" biasanya akan menjadi "lunak", tetapi G dalam "GIF" adalah singkatan dari "grafik", jadi ada argumen yang valid di kedua sisi. Kemudian lo dapat mengatakan GIF apa yang lo inginkan tanpa harus terpacu oleh pengucapan yang ada.
Nah Perseners, itu adalah 4 logical fallacy atau sesat pikir yang cukup umum disampaikan oleh orang-orang di dunia maya khususnya media sosial.
Kalo lo ngerasa lo sering melakukan logical fallacy dan itu buat lo ngerasa terganggu, mungkin lo bisa datang ke psikolog ataupun melakukan mentoring.
Nah, mentoringnya lo bisa nih ikut mentoring sama mentor Satu Persen. Buat tau detail lebih lengkap dan pendaftarannya, bisa klik banner di bawah ini, ya!
Satu Persen juga punya banyak koleksi tes online gratis nih. Salah satunya tes sehat mental yang bisa banget lo coba. Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue, semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya lo semua bisa #HidupSeutuhnya!
Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.
Referensi:
8 Logical Fallacies yang Sering Kita Temukan dalam Dunia Maya. (n.d.). Retrieved October 18, 2021, from https://www.idntimes.com/hype/fun-fact/shandy-pradana/8-logical-fallacies-yang-sering-kita-temukan-dalam-dunia-maya-c1c2/8
Tersesat di Jalan Pikiran – Fenomena Logical Fallacy - Bumi Psikologi. (n.d.). Retrieved October 18, 2021, from https://bumipsikologi.com/fenomena-logical-fallacy/