Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Lo pasti pernah kan sesekali bertengkar dengan pasangan lo, mulai dari hal-hal yang kecil sampai dengan hal yang serius. Tapi, at the end dari pertengkaran itu, salah satu dari kalian mungkin lebih memilih untuk diam aja dan menganggap semua omongan itu seperti angin berlalu? Dia sebenarnya dengar apa yang kita ucapkan tapi, dia lebih memilih untuk diam aja dan melakukan kegiatannya yang lain.
Kita sebagai pasangannya sometimes merasa kesal dengan sifatnya yang seperti itu. Dan ketika kita bertanya, mereka berdalih bahwa lebih baik diam daripada saling beradu argumen. Tapi tau gak sih, Perseners, perilaku-perilaku tersebut merupakan bentuk silent treatment? Dan jelas banget kalau perilaku tersebut sangat mengganggu dan gak dewasa.
Selain itu, perlu diketahui kalau aksi silent treatment ini masuk kategori kekerasan loh, Perseners!
Nah, di artikel kali ini gue akan membahas tentang silent treatment. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Sering Overthinking ke Pasangan Bisa Jadi Gangguan Kecemasan?
Apakah Silent Treatment adalah Bentuk Kekerasan?
Menolak untuk mendengarkan, berbicara atau menanggapi pasangan bisa disebut sebagai silent treatment. Banyak orang memutuskan pasangannya secara emosional untuk menyakiti, menghukum, atau memanipulasi mereka. Beberapa orang bahkan menolak untuk mengakui keberadaan pasangan mereka selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu, membuat pasangan merasa seolah-olah mereka bukanlah manusia, melainkan hantu.
Diabaikan sangat sulit bagi seseorang yang terisolasi oleh pelecehan, kekerasan dan kontrol paksaan, dan bergantung pada persetujuan pelaku untuk merasa berharga dan aman. Banyak penyintas korban kekerasan mengatakan mereka membenci perlakuan diam karena itu lebih dari penghinaan atau teriakan. Ketika mereka diteriaki, setidaknya mereka tahu apa yang ada di pikiran pelaku, dan bisa lebih menilai keselamatan mereka sendiri karena keheningan yang sedingin batu dapat memperkuat perasaan rentan dan takut.
Silent treatment adalah bentuk kekerasan yang sangat berbahaya karena mungkin memaksa korban untuk berdamai dengan pelaku dalam upaya untuk mengakhiri perilaku, bahkan jika korban gak tahu mengapa mereka meminta maaf.
"Ini terutama mengendalikan karena menghalangi kedua belah pihak untuk menimbang," kata Williams, profesor psikologi Universitas Purdue.
"Satu orang melakukannya kepada orang lain, dan orang itu gak bisa berbuat apa-apa," lanjutnya.
Silent treatment mungkin digunakan oleh tipe kepribadian pasif untuk menghindari konflik dan konfrontasi, sementara tipe kepribadian yang kuat menggunakannya untuk menghukum atau mengendalikan. Beberapa orang bahkan mungkin gak secara sadar memilihnya sama sekali.
“Seseorang mungkin dibanjiri perasaan yang gak dapat diungkapkan dengan kata-kata, jadi mereka diam aja,” Anne Fishel, direktur Program Terapi Keluarga dan Pasangan di Rumah Sakit Umum Massachusetts. Namun, terlepas dari alasan perlakuan diam tersebut, hal itu dapat diterima oleh korban sebagai sebuah pengucilan.
Coba Juga: Tes Kualitas Hubungan Romantis: Romantic Relationship Quality
Kenapa Beberapa Orang Melakukan Silent Treatment?
Orang-orang menggunakan silent treatment untuk beberapa alasan, termasuk di antaranya:
1. Avoidance (Menghindari)
Dalam beberapa kasus, orang tetap diam dalam percakapan karena mereka gak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.
2. Communication (Komunikasi)
Seseorang dapat menggunakan perlakuan diam jika mereka gak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan mereka, tetapi ingin pasangannya tahu bahwa mereka kesal.
3. Punishment (Hukuman)
Jika seseorang menggunakan keheningan untuk menghukum seseorang atau untuk mengendalikan atau berkuasa atas mereka, ini adalah bentuk pelecehan emosional.
Bagaimana Silent Treatment Memengaruhi Hubungan?
Dalam kebanyakan kasus, menggunakan perlakuan silent treatment bukanlah cara yang produktif untuk menangani perselisihan.
Penelitian menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita bisa menggunakan perlakuan silent treatment dalam hubungan. Namun, komunikasi yang jelas dan langsung sangat penting untuk hubungan yang sehat. Menggunakan perlakuan silent treatment bisa mencegah orang menyelesaikan konflik mereka dengan cara yang membantu.
Ketika salah satu pasangan ingin membicarakan masalah, tetapi yang lain menarik diri, itu dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan dan kesusahan. Menurut sebuah studi 2012, orang-orang yang secara teratur merasa diabaikan juga melaporkan bahwa tingkat harga diri, rasa memiliki, dan makna yang lebih rendah dalam hidup mereka. Karena itu, perlakuan silent treatment dapat berdampak pada kesehatan suatu hubungan, bahkan jika orang yang diam berusaha menghindari konflik.
Seseorang dengan pasangan yang menghindari konflik lebih mungkin untuk melanjutkan perselisihan karena mereka gak memiliki kesempatan untuk mendiskusikan keluhan mereka.
Apakah Silent Treatment Itu Kekerasan?
Seseorang mungkin menggunakan silent treatment dengan cara yang kasar, jika:
- Mereka berniat menyakiti orang lain dengan diamnya.
- Silent treatment berlangsung untuk waktu yang lama.
- Silent treatment hanya berakhir ketika mereka memutuskannya.
- Mereka berbicara dengan orang lain tetapi gak dengan pasangannya.
- Mereka mencari aliansi dari orang lain.
- Mereka menggunakan silent treatment untuk menyalahkan pasangannya dan membuat mereka merasa bersalah.
- Mereka menggunakan silent treatment untuk memanipulasi pasangan mereka atau untuk menekan mereka untuk mengubah perilaku mereka.
Baca juga: 7 Tanda Kamu Mengalami Verbal Abuse dalam Sebuah Hubungan
Bagaimana Cara Menanggapinya?
Jika perlakuan silent treatment tampaknya gak menjadi bagian dari pola kekerasan yang lebih besar, seseorang dapat mencoba pendekatan berikut:
1. Melihat situasi terlebih dahulu
Mengakui bahwa seseorang menggunakan pengobatan silent treatment. Misalnya, lo dapat mengatakan, "Aku perhatiin kamu gak nanggepin omonganku." Ini meletakkan dasar bagi dua orang untuk bisa terlibat satu sama lain secara lebih efektif.
2. Gunakan pernyataan 'Aku'
Lo dapat memberi tahu orang lain atau pasangan lo bagaimana perasaan lo dengan menggunakan pernyataan “aku”. Misalnya, lo sebagai korban dari silent treatment berkata: “Aku merasa sakit hati dan frustasi karena kamu gak berbicara kepadaku. Aku ingin menemukan cara untuk menyelesaikan ini.”
Jenis pernyataan ini berfokus pada perasaan dan keyakinan korban daripada karakteristik apapun yang mereka kaitkan dengan orang lain.
3. Mengakui perasaan orang lain
Mintalah pasanganmu untuk berbagi perasaan mereka. Ini membuat mereka tahu bahwa perasaan mereka penting dan valid, dan ini membuka jalan bagi percakapan terbuka. Hindari bersikap defensif atau masuk ke mode pemecahan masalah. Cobalah untuk tetap hadir dan mendengarkan dengan empati.
Jika pasanganmu merespon dengan cara yang mengancam atau kasar, penting untuk menjauhkan diri dari situasi tersebut sampai mereka tenang. Bicaralah dengan dokter, terapis, atau teman terpercaya untuk meminta bantuan.
4. Minta maaf untuk kata-kata atau tindakan
Seseorang gak boleh meminta maaf atau menyalahkan diri sendiri atas penggunaan perlakuan silent treatment oleh pasangan, karena diam adalah cara pasangannya memilih untuk merespon. Namun, lo mungkin perlu meminta maaf jika lo telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang mungkin menyakiti perasaan pasangan lo.
5. Atur waktu untuk menyelesaikan masalah
Kadang-kadang, pasangan mungkin memberi lo perlakuan silent treatment karena mereka terlalu marah, terluka, atau kewalahan untuk berbicara. Mereka mungkin takut mengatakan sesuatu yang memperburuk situasi.
Dalam kasus ini, akan sangat membantu bagi setiap orang untuk meluangkan waktu untuk menenangkan diri sebelum berkumpul untuk membahas masalah tersebut dengan tenang. Konselor menyebutnya "mengambil waktu istirahat."
6. Hindari tanggapan yang gak membantu
Cobalah untuk gak memanaskan situasi atau memprovokasi orang yang melakukan silent treatment untuk berbicara. Hal ini dapat menciptakan lebih banyak konflik.
Bisakah Konseling Membantu?
Pasangan yang mengalami kesulitan berkomunikasi secara efektif dapat mengambil manfaat dari konseling. Seorang terapis dapat membantu pasangan mengekspresikan perasaan mereka sehingga mereka dapat menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.
Namun, terapis dan organisasi termasuk Hotline KDRT gak merekomendasikan konseling pasangan bagi mereka yang berada dalam hubungan yang penuh kekerasan.
Hal ini karena kekerasan bukanlah produk dari hubungan yang gak sehat. Masalahnya hanya terletak pada orang yang melakukan kekerasan. Dalam beberapa kasus, berfokus pada masalah hubungan dalam terapi dapat memperkuat perilaku kasar mereka.
Seorang terapis dapat membantu mereka memulihkan harga diri mereka dan memahami bahwa mereka gak bertanggung jawab atas perilaku pasangan mereka.
Salah satu cara yang dapat Perseners lakukan adalah dengan cara lo ceritakan keluhan-keluhan yang lo rasakan yang mungkin selama ini hanya lo pendam sendirian kepada tenaga profesional dengan mengikuti layanan konseling bersama Satu Persen. Masalah-masalah terkait diri dan kehidupan percintaan yang sulit terselesaikan dapat dibantu untuk dicari jalan keluarnya dengan konseling, klik banner di bawah ini kalau lo mau kepoin dan coba layanannya, ya!
Oh iya, jangan lupa kalo lo bisa mendapatkan informasi lainnya mengenai mental health dan pengembangan diri di channel YouTube Satu Persen. Selain itu, lo juga bisa dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.
Kesimpulan
Menggunakan perlakuan silent treatment adalah cara berkomunikasi yang gak produktif dalam suatu hubungan. Kadang-kadang bisa menjadi bentuk perlindungan diri, tetapi di lain waktu, itu menunjukkan kekerasan emosional.
Orang yang secara teratur menggunakan atau mengalami silent treatment harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya. Jika ada tanda-tanda kekerasan lainnya, mungkin perlu mencari dukungan dari luar agar tetap aman.
Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue, semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya, selamat menjalani #HidupSeutuhnya!
Referensi:
Silent treatment: Is it abuse and how to respond. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/silent-treatment#summary
Silent treatment: Is it abuse and how to respond. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/silent-treatment#summary
Why the Silent Treatment Is Really About Abuse and Control | Psychology Today Canada. (n.d.). Retrieved November 9, 2021, from https://www.psychologytoday.com/ca/blog/invisible-chains/202009/why-the-silent-treatment-is-really-about-abuse-and-control