Belajar Quarter Life Crisis dari Jon dalam Film Tick, Tick... Boom!

Pemahaman Diri
Tunjung Senja Widuri
14 Des 2021
quarter life crisis dalam film tick, tick, boom!
Satu Persen - Quarter Life Crisis dalam Film Tick, Tick... Boom!

Editor's Note: Sedikit disclaimer, artikel ini mengandung spoiler dari film Tick, Tick… Boom! Jadi, buat kalian yang belum nonton dan gak suka spoiler, silakan tonton dulu filmnya buat pengalaman yang lebih menyenangkan, ya!:D


Halo, semua! Balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen. Bagaimana kabar kalian? Semoga senantiasa baik ya, Perseners!

Di awal bulan Desember ini, aku baru aja nonton film Netflix berjudul Tick, Tick….Boom! yang sukses buat aku kagum berat sama sosok Jonathan Larson, tokoh utama di film ini.  Ketertarikan awal buat nonton adalah karena film ini bergenre drama musikal autobiografi sekaligus based on true story.

Ditambah film ini mengangkat isu krisis seperempat abad (quarter life crisis). Film ini menceritakan kisah hidup Jonathan Larson (Andrew Garfield), seorang komposer dan penulis teater di Amerika yang tengah menghadapi quarter life crisis.

Quarter life crisis atau singkatnya QLC merupakan periode yang sangat rentan bagi seseorang yang berada pada usia 20-30 tahunan. QLC adalah fase yang membuat kita mempertanyakan lagi pilihan hidup yang sudah dibuat. Seperti yang dialami oleh Jon, sapaan akrabnya, yang sebentar lagi akan berusia 30 tahun, namun ia masih mempertanyakan mimpi dan arah hidupnya.

Tidak hanya kisah hidup Jon, ternyata sekarang ini sebanyak 86% dari generasi milenial juga mengaku pernah berada pada fase ini, Perseners! So, buat tau lebih lengkapnya kalian bisa simak artikel di bawah ini, ya!

Apa itu Quarter Life Crisis?

Quarter life crisis dapat diartikan sebagai periode pencarian jati diri yang biasa terjadi di usia 20-30 tahun. Biasanya hal ini ditandai dengan munculnya kebingungan dengan mempertanyakan kemampuan yang dimiliki serta kembimbangan akan masa depan yang tidak pasti. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pilihan hidup yang harus dipilih.

Seseorang yang mengalami quarter life crisis mungkin merasa terjebak dalam pekerjaan buntu sementara teman-teman lainnya sudah mencapai karir yang diinginkan. Atau kisah asmara yang tidak mulus di mana seharusnya pada usia tersebut sudah membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis.

Tick, Tick…Boom! menceritakan kisah hidup Jon, diperankan oleh Andrew Garfield, yang bimbang dengan tujuan hidupnya di usia yang sudah tidak lagi muda. Seperti yang sudah diketahui, Jon sebentar lagi akan menginjak usia ke-30 tahun. Usia di mana menurut sebagian besar orang merupakan tahap kematangan menuju kesuksesan dalam hal asmara, finansial, hingga karir.

Namun, ia justru dihadapkan pada dilema antara bersikap realistis terhadap dunia atau berjuang untuk mimpinya menjadi komposer teater. Jon terjebak dalam situasi tidak menguntungkan. Di usianya sekarang, ia masih setia bekerja sebagai pramusaji di restoran. Jon tidak kunjung menyelesaikan karya musikalnya yang sudah ia kerjakan bertahun-tahun. Bahkan Jon mendapat penolakan dari sejumlah perusahaan.

Belum lagi masalah dengan orang-orang di sekelilingnya. Mulai dari pacar Jon yang mendesaknya untuk berbicara tentang masa depan mereka. Lalu ada sahabatnya yang terus mendorongnya untuk mendapatkan pekerjaan layak. Teman Jon lainnya juga tengah terbaring di rumah sakit. Semuanya permasalahan itu menghambat Jon untuk fokus berkarya menulis lagu.

Baca juga: Apa Itu Quarter Life Crisis? Bagaimana Cara Kamu Menghadapinya?
film tick tick boom quarter life crisis
Cr. netflix.com
tick, tick... boom! quarter life crisis
Cr. netflix.com

Fase-Fase Quarter Life Crisis

Menurut Harvard Business Review, terdapat empat fase dalam quarter life crisis:

1. Merasa terjebak dalam beberapa komitmen

Fase pertama adalah merasa terjebak dalam beberapa komitmen baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Seperti masalah yang dialami oleh Jon, ia terjebak dalam kehidupan pribadi dengan pacar dan sahabatnya yang terus menanyakan kejelasan masa depan Jon. Serta karier profesional Jon sebagai komposer teater yang tidak jelas akan seperti apa.

2. Memasuki periode isolasi

Fase kedua adalah memasuki periode isolasi untuk merenungkan keberadaan atau eksistensinya. Fase ini juga memungkinkan seseorang mengubah atau mempertahankan rencana hidup. Jon di tengah krisisnya memilih untuk mempertahankan karier komposernya dengan menyiapkan lagu penutup untuk karya musikalnya.

3. Menjelajahi jati diri baru

Fase ketiga ini adalah proses menjelajahi jati diri baru, lalu bereksperimen  dengan berbagai kebiasaan baru. Jon berusaha untuk mendapat ide lagu dan akhirnya dapat menyelesaikan lagu penutup teaternya. Ia mendapat ide untuk lagu penutup drama saat berenang.

4. Menjalani hidup sesuai dengan pilihan yang sudah ditentukan

Fase terakhir adalah menjalani hidup sesuai dengan pilihan yang sudah  ditentukan, dan bukan atas sesuai standar kemauan orang lain. Hal itu terjadi pada Jon saat usianya tepat menginjak 30 tahun, presentasi teater musikalnya akhirnya diterima oleh produser meski sebelumnya sempat ditolak.

Baca juga: Dampak Quarter Life Crisis terhadap Diri Kamu
film tick tick boom quarter life crisis
Cr. netflix.com
Film tick tick boom quarter life crisis
Cr. netflix.com

Pelajaran Hidup yang Bisa Dipetik dari Jon di Film Tick Tick…Boom!

1. Jangan Meremehkan Mimpi Orang Lain

Jon sempat tidak didukung oleh orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, sahabatnya sendiri menyuruh Jon berhenti membuang waktu untuk drama musikalnya. Namun, Jon memiliki keyakinan untuk bisa mengubah dunia melalui karyanya. Dan hal itu akhirnya terwujud meski Jon harus menyusuri jalanan yang sangat terjal.


“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” - Andrea Hirata


tick tick boom quarter life crisis
Cr.netflix.com

2. Usia Tidak Menjadi Tolak Ukur Kesuksesan

Jon sempat dilanda kecemasan saat memikirkan pencapaian kariernya yang belum menemui ujung. Hal ini terbukti dari lirik yang Jon lantunkan dalam film Tick..Tick Boom! bahwa ia lebih tua dari Stephen Sondheim saat pertunjukan Broadway pertamanya. Dia lebih tua dari Paul Mccartney saat menulis lagu terakhirnya bersama John Lennon. Dan dia tidak seperti orang tuanya yang di usia 30 tahun sudah punya 2 anak, karier dengan gaji tetap, dan hipotek.

Namun, akhirnya Jon berhasil membantah pernyataan itu. Bahkan sampai sekarang, karya Jon tetap dikenang semenjak kepergiannya akibat penyakit aneurisma aorta atau penonjolan abnormal pada dinding aorta.

3. Jangan Membandingkan Kesuksesan Diri Sendiri dengan Orang Lain

Jon berhasil dengan caranya sendiri. Dan benar kata orang, kalau kita sebaiknya tidak membandingkan kesuksesan diri kita dengan orang lain. Perjalanan Jon tidak mudah untuk mencapai mimpinya. Hal yang bisa kita teladani adalah di saat krisis yang melanda Jon, ia masih mempertahankan mimpinya menjadi komposer teater.

4. Jangan Takut Untuk Gagal

Jon sempat mengalami krisis kepercayaan diri. Karya yang ia kerjakan selalu ditolak oleh perusahaan maupun produser. Kegagalan demi kegagalan ia tempuh. Namun, satu hal yang dapat kita petik dari Jon, bahwa kegagalan akan membuahkan hasil asal kita tidak pernah berhenti memperjuangkannya. Jadi, jangan takut untuk gagal, ya!

Coba Juga: Tes Quarter Life Crisis

Oh iya, Buat Perseners yang merasa mengalami gejala-gejala QLC seperti yang dirasakan Jon, kalian tidak usah khawatir. QLC menjadi suatu tanda bahwa kalian menginginkan perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Perlu diingat juga bahwa hal ini merupakan proses dalam hidup yang harus dilewati.

Yuk, tonton juga video dari YouTube Satu Persen ini buat mengenal quarter life crisis lebih dalam lagi!

Buat kalian yang perlu bantuan profesional untuk menyelesaikan masalah QLC ini, kalian bisa kok mentoring dulu bareng Satu Persen dengan klik banner di bawah ini!

Mentoring-5

Mentoring membantu kalian untuk menyelesaikan masalah bersama. Kalian bisa bareng-bareng cari solusi bersama mentor terlatih Satu Persen. Kalian akan dibantu mengenal diri kalian lebih baik, mengatasi masalah kecemasan dan kebimbangan melalui worksheet yang dibuat sesuai sama masalah kalian.

Dan buat Perseners yang pengen cobain tes online gratis, kebetulan banget nih Satu Persen punya Tes Quarter Life Crisis yang bisa kamu coba secara gratis dengan KLIK DI SINI!

So, sekian dulu dari aku, semoga artikel ini membantu buat kalian yang sedang melewati fase QLC. Sampai jumpa di artikel berikutnya ya, Perseners!

Referensi:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7068850/

https://onlinedegrees.bradley.edu/blog/understanding-the-quarter-life-crisis/

https://satupersen.net/blog/quarter-life-crisis-bagaimana-kamu-menghadapinya

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.