Halo Perseners, balik lagi sama aku Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen.
Belakangan ini, beredar sebuah film dokumenter Netflix yang tengah menjadi perbincangan banyak khalayak karena berani menguak modus kejahatan dalam aplikasi kencan. Film berjudul The Tinder Swindler berfokus pada fenomena catfishing, yakni penipuan yang dilakukan individu secara online untuk menipu orang lain.
The Tinder Swindler sendiri menceritakan sosok seorang pria Israel bernama Shimon Hayut yang melakukan catfishing kepada banyak wanita melalui aplikasi kencan Tinder. Modus penipuannya adalah memerankan pria kaya raya untuk membuat target wanitanya terpedaya oleh kekayaannya.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking menemukan bahwa menjalin hubungan dalam aplikasi kencan sekarang ini semakin mengkhawatirkan karena berpotensi menimbulkan gangguan kecemasan sosial bahkan depresi. Seperti yang kita tahu, fenomena catfish semakin marak terjadi karena kemudahan teknologi yang membuat banyak orang memanfaatkannya untuk hal-hal buruk.
So, di sini aku mau menjelaskan lebih dalam tentang fenomena catfishing. Kalian bisa baca artikel ini sampai selesai buat dapat pemahaman yang baik soal catfishing, ya!
Apa itu Catfishing?
Istilah catfishing pertama kali muncul setelah film dokumenter bertajuk “Catfish” dirilis pada tahun 2010 silam. Catfishing kemudian dikukuhkan menjadi sebuah istilah pada tahun 2012 setelah serial “Catfish” ditayangkan. Catfishing adalah penipuan yang dilakukan oleh seseorang secara online dengan mengambil identitas orang lain untuk mengelabui orang lain.
Dalam banyak kasus, catfishing juga kerap dilakukan dalam kencan online. Shimon Hayut dalam The Tinder Swindler sempat mengaku sebagai Simon Leview, putra dari pengusaha berlian Israel. Langkah tersebut ia lakukan untuk bisa meyakinkan dan memikat para korbannya.
Awal perkenalan, Simon akan menunjukkan gaya hidup mewahnya kepada para korbannya. Ia mengajak teman kencannya untuk pergi berlibur naik jet pribadi, makan di restoran mewah, bahkan membeli apartemen untuk tinggal bersama. Barulah setelah teman kencannya itu percaya, ia memainkan modusnya dengan alasan masalah keamanan.
Catfishing termasuk dalam cyberbullying karena pelaku memainkan pikiran targetnya untuk menekan dan mengancamnya. Ditambah, pelaku akan mempelajari dan mengambil segala informasi target dengan menjalin hubungan romantis. Begitu pelaku memiliki informasi yang cukup, ia akan gunakan itu sebagai senjata apabila sewaktu-waktu kedoknya sebagai penipu terbongkar.
Baca juga: PHP Sering Terjadi, Bisakah Dihindari?
Tanda-Tanda Catfishing
1.Kehidupan yang terlalu sempurna
Pelaku catfishing biasanya akan menunjukkan kelebihan-kelebihan yang dia punya untuk menunjukkan kalau ia memiliki kehidupan yang sempurna. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian para korbannya supaya jatuh dalam jeratannya.
2. Sering meminta uang
Pelaku catfishing tak akan segan untuk meminjam atau meminta uang dengan berbagai alasan. Dalam film The Tinder Swindler, korban bahkan tidak menyadari bahwa ia telah ditipu karena terpedaya oleh kebaikan, ketampanan, dan kekayaannya.
3. Memperlihatkan sisi romantis berlebihan
Pelaku catfishing akan memperlihatkan sisi romantisnya. Itu mereka lakukan untuk membentuk kepercayaan korban. Mereka akan rutin mengirim pesan atau kata-kata yang menyentuh hati korbannya. Bahkan mereka akan membuat korban untuk mau berkomitmen dengannya.
4. Tidak Ingin Melakukan Panggilan Video atau Suara
Beberapa kasus pelaku catfishing akan menolak untuk diajak melakukan panggilan suara atau video untuk menyembunyikan identitasnya. Mereka hanya mau untuk diajak berkomunikasi lewat pesan teks.
5. Tidak Sering Menampilkan Potret Diri
Banyak pelaku yang tidak ingin mengambil risiko terlalu besar apabila banyak menampilkan potret diri. Untuk menjaga kerahasiaan identitas, mereka akan sebisa mungkin menghindari itu. Berbeda halnya dengan Simon Leview, ia tak segan untuk menujukkan potret visualnya secara terbuka kepada orang lain. Simon Leviev malah seakan terlihat ingin lebih dekat secara emosional dengan para korbannya.
Baca juga: Efek Negatif Cancel Culture bagi Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya
Cara Menghindari Catfishing
Dewasa ini menghindari catfishing bukanlah hal yang mudah, terutama ketika komunikasi dengan orang lain kini dapat dilakukan secara online. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghindari potensi terkena catfishing, terutama bagi yang sering menggunakan aplikasi kencan. Berikut akan aku jelaskan di bawah ini:
1.Selalu Berhati-hati
Utamakan untuk selalu berhati-hati saat berkomunikasi dengan siapapun apalagi dengan orang yang baru kalian kenal dalam aplikasi kencan. Jangan terlalu mudah percaya dan jangan ragu untuk meminta bantuan orang terdekat kalau kalian punya keraguan dan kekhawatiran terhadap orang tersebut.
2. Jangan Sekali-kali Memberikan Uang
Jangan pernah sekali-kali memberikan uang pada orang yang baru kalian kenal walaupun orang tersebut meminta pertolongan kalian. Apalagi jika uang yang diminta jumlahnya tidak sedikit, kalian harus lebih berhati-hati, ya!
3. Jaga Privasi
Terakhir, jangan pernah mengirim foto atau gambar pribadi kepada orang yang baru kalian kenal. Jaga privasi diri kalian dengan tidak menceritakan hal yang sifatnya pribadi atau rahasia. Kalian juga bisa menghindari catfishing dengan memproteksi akun kalian dan mengubahnya menjadi akun pribadi.
Yuk Pahami Cara Memulihkan Diri dari Catfishing Bareng Ahlinya!
Tak bisa dipungkiri bila tindakan catfishing memberikan dampak yang buruk bagi korban secara psikologis. Setelah kejadian, biasanya korban akan menujukkan traumanya dengan menunjukkan gejala tidak mudah percaya dengan orang lain. Terlebih, mereka juga bisa jadi menghindar berhubungan dengan siapapun sampai tidak ingin terekspos pada publik.
Oleh karena itu, hal yang perlu dilakukan oleh para korban adalah segera berkonsultasi ke psikolog. Konsultasi dengan psikolog bisa menjadi ruang aman untuk korban bercerita tentang masalahnya.
Bagi Perseners yang sedang merasa dalam kondisi ini, kalian bisa langsung konsultasi aja di Satu Persen. Melalui konseling, psikolog akan membantu kalian memahami dan menghadapi trauma yang mendalam dengan tepat. Ditambah para psikolog profesional akan memberikan diagnosa melalui berbagai kelengkapan tambahan seperti worksheet hingga berbagai tes pemahaman diri.
Langsung klik banner untuk melakukan konseling di sini ya!
Apabila kamu sendiri sering ngerasa takut buat dimanfaatin sama orang lain, mungkin video Satu Persen ini bisa menjawab kekhawatiranmu. Di sini, kamu akan diajak mengulik lebih dalam terkait topik trust issues dan cara mengatasinya. Selamat menyimak!
Akhir kata, semoga artikel ini bisa memberikan wawasan yang lebih baik soal pentingnya untuk melihat seseorang tidak hanya dari penampilan luar saja. Terkadang, apa yang kita lihat di media sosial, tidak bisa menjamin kebaikan seseorang di dunia nyata. Makanya, kalian harus lebih hati-hati atau waspada terhadap segala sesuatu, ya!
Sampai jumpa di artikel berikutnya. Bye!
Referensi:
Signs of Catfishing. https://www.webmd.com/sex-relationships/signs-catfishing. Diakses 16 Februari 2022.
What is Catfishing Online: Signs & How to Tell. https://www.fortinet.com/resources/cyberglossary/catfishing. Diakses 16 Februari 2022.
Catfishing. https://www.cybersmile.org/what-we-do/advice-help/catfishing. Diakses 16 Februari 2022.