Bagaimana rasanya jika kamu mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan pria atau wanita impianmu di sosial media? Tentu rasanya amat membahagiakan bak dimabuk kepayang. Kemudian, seiring berjalannya waktu, kalian semakin gemar bertukar kabar dan berbagi cerita—pagi hingga malam penuh dengan canda tawa dan kegembiraan. Kamu pun berharap dapat mengenalnya lebih jauh dan lebih lama.
Namun sayangnya, suatu hari, ia hilang dalam sekejap. Telepon tak diangkat, pesan tak dibalas, dan tak ada lagi kabar yang terdengar dari dirinya. Ia pergi tanpa penjelasan dan tanpa peringatan. Bagamana perasaanmu?
Menghadapi kehadiran Pemberi Harapan Palsu (PHP) tentu pahit rasanya. Bagaimana tidak, kamu sudah merasa nyaman dengan kehadirannya dan mengharapkan keberadaannya untuk terus bersamamu. Harapanmu terhadap si PHP yang harus pupus terhantam realita tentu membuatmu sangat sedih dan kecewa. Lantas, gimana sih caranya berhenti berurusan dengan si PHP? Lalu, bagaimana cara mengatasi kesedihanmu akibatnya?
Mengenal PHP
Fenomena kehadiran PHP ternyata tidak hanya populer di Indonesia, tetapi hingga mancanegara. Fenomena pemberian harapan palsu, atau dikenal dengan kata ghosting dalam bahasa Inggris, amat populer hingga kata ini terus menerus digunakan sejak kemunculannya di Urban Dictionary pada tahun 2006. Di dalam sumber tersebut, ghosting sendiri dideskripsikan sebagai “Tindakan menghilang dari teman-teman tanpa peringatan atau membatalkan janji dengan hanya memberikan sedikit atau bahkan tidak sama sekali opsi kepada pihak lain untuk berkata sebaliknya”.
Meskipun definisinya demikian, saat ini, kata ghosting atau pemberian harapan palsu lebih sering dilekatkan dengan hubungan percintaan, yaitu kondisi mengakhiri hubungan secara sementara maupun jangka panjang, secara khusus melalui sosial media. Sebenarnya, seberapa sering sih terjadinya pemberian harapan palsu? Berdasarkan survei yang dilakukan oleh YouGov, orang-orang Amerika sebagian besar mengakui telah berpengalaman melakukan ghosting, baik sebagai pelaku atau pun korban.
Kok Bisa Banyak Banget ya Korban PHP?
Menurut peneliti LeFebvre, pesatnya perkembangan teknologi, terutama sosial media, meningkatkan kesempatan untuk mengawali hubungan percintaan dan juga mengakhirinya. Hal ini tidak terkecuali kamu yang masih berusia remaja atau dewasa awal (18 s.d. 29 tahun). Bahkan, rentang umur tersebut tergolong memiliki jumlah pengguna teknologi tertinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya.
Tak heran, sebagian besar usia remaja dan dewasa awal amat mengandalkan teknologi dan sosial media untuk memulai dan mengomunikasikan perasaan dalam hubungan. Tentu saja, dibandingkan hubungan yang dibentuk berlandaskan tatap muka saja, hubungan yang dibantu dengan kehadiran sosial media terasa lebih mudah untuk dijalani. Kamu dapat menghubungi kekasihmu kapan saja, di mana saja. Sayangnya, hal ini juga membuat hubungan yang dijalani lebih berisiko untuk rusak dan berakhir dengan cepat. Beberapa kasus perpisahan bahkan hanya diakhiri melalui pesan singkat, e-mail, atau media sosial lainnya. Wah, sedih banget ya.
Padahal, perpisahan itu sangat menyakitkan dan bahkan tergolong sebagai salah satu kejadian paling menyedihkan bagi orang-orang yang merasakannya. Tak hanya itu, terkadang korban PHP juga tidak mendapatkan akhir atau penutupan yang jelas—dilanda ketidakpastian berkaitan dengan hubungannya. Pertanyaan “Sebenarnya hubungan ini masih berlanjut atau udahan sih?” tentu selalu terngiang dalam pikiran korban-korban PHP. Sebuah studi psikologi dari University of Castilla-La Mancha bahkan menyatakan bahwa orang-orang yang pernah mengalami ghosting atau pemberian harapan palsu banyak mengalami rasa ketidakpuasan dalam hidup, rasa tidak berdaya, dan rasa kesepian yang mendalam. Ternyata, efek yang terasa separah itu ya.
Jurus-jurus PHP yang Harus Dihindari
Saat ini, dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, metode mengakhiri hubungan pun jadi makin bervariasi. Dahulu, cara yang banyak dilakukan adalah dengan menyatakan secara jelas, baik melalui obrolan maupun tulisan, bahwa hubungannya sudah berakhir. Sementara itu, sekarang, telah ditemukan 43 cara mengakhiri hubungan baru yang memanfaatkan sambungan telepon, pesan singkat, dan beragam situs media sosial. Cara-cara ini dikelompokkan dalam 5 faktor. Apa saja sih faktor-faktornya?
1. Menghindar dan Mengurangi Komunikasi
Si PHP akan menjauhkan diri, memberi jarak, serta mengurangi kedekatan denganmu. Ia akan semakin jarang memberi kabar dan menghubungimu. Apabila ia memberi kabar pun, ia akan berusaha make it quick— membuat durasi komunikasi dan topik bahasan semakin sedikit. Dengan teknik ini, hubungan kalian tidak akan langsung berakhir, tetapi perlahan-lahan hingga tidak ada lagi pembicaraan di antara kalian. Sedih banget, ya.
2. Manipulasi
Dengan taktik ini, si PHP akan berusaha memanipulasi pihak ketiga untuk mendukung niatnya berpisah denganmu. Taktik ini membuatmu mungkin tidak menyadari niat sebenarnya karena ada pihak lain yang mendukung. Oleh karena itu, penting untuk memastikan situasi yang sebenarnya jika ini terjadi ya.
3. Menyalahkan Diri Sendiri
Ingat pernyataan “Kamu terlalu baik buat aku”? Pernyataan ini adalah salah satu yang sering disalahkgunakan si PHP untuk mengakhiri hubungan denganmu. Si PHP yang menggunakan taktik ini menunjukkan kesan seakan-akan sangat peduli dengan kebaikanmu dan berusaha melampiaskan seluruh tanggung jawab atas berakhirnya hubungan kepada dirinya. Terdengar manis bukan? Sayangnya, buat si PHP, niatnya hanyalah untuk membuatmu merasa baik— atau bahkan sedikit merasa bersalah— dengan perpisahan itu. Jadi, pastikan untuk selalu waspada ya.
4. Meningkatkan Perasaan Buruk
Dengan taktik ini, si PHP akan berusaha membuatmu amat merasa bersalah atas perpisahan itu. Ia akan berusaha menungkit seluruh kesalahan yang pernah kau lakukan dan menyalahkanmu sebagai penyebab utama dan satu-satunya dari perpisahan kalian. Si PHP juga aktif memicu pertengkaran di antara kalian untuk membuatmu lelah dan akhirnya, seperti yang ia inginkan, berusaha mengakhiri hubungan kalian. Berkebalikan dengan taktik sebelumnya, taktik ini seakan-akan mengisyaratkan bahwa semua ini adalah salahmu.
5. Komunikasi Jarak Jauh
Dengan taktik ini, si PHP tidak akan secara langsung menyatakan apapun kepadamu. Justru, ia menggunakan teknologi sosial media untuk mengisyaratkan berakhirnya hubungan kalian, misalnya dengan menghapus semua foto bersama di Instagram dan mengganti status Facebook.
Mengatasi Patah Hati Akibat Si PHP
Perpisahan memang sangat menyakitkan buat setiap orang. Apalagi, saat kamu mendapatkan penutupan hubungan yang buruk akibat jurus si PHP. Terus, harus gimana ya?
Menurut pakar, Lisa A. Philips, ada beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi sakitnya:
1. Kembali Menjalin Hubungan ke Dalam Diri
Ketika berada dalam hubungan, tanpa sadar kita sangat terikat dengan hubungan tersebut dan orang yang terlibat di dalamnya. Psikolog David Sbarra bahkan menyatakan bahwa terkadang perpisahan membuat kita kehilangan identitas diri. Kita merasa sulit untuk mengetahui siapa sebenarnya diri kita dan apa yang sebenarnya kita sukai. Dengan berusaha kembali menghabiskan dan menikmati waktu sendirian sembari melakukan hal yang kita sukai, kita dapat kembali mengenal diri kita. Psikolog Audrey Sherman juga mendorong kita untuk memanjakan diri kita dengan hal-hal yang kita sukai agar kita merasa lebih baik.
2. Menumbuhkan Cinta Kepada Diri Sendiri
Perpisahan memang tidak mudah untuk diterima. Terkadang, kamu merasakan banyak penyesalan atas hal-hal yang gagal kamu pertahankan dalam hubunganmu. Meskipun demikian, untuk dapat benar-benar mengatasinya, kamu perlu belajar untuk memaafkan dirimu atas hal-hal yang tidak kamu lakukan dalam hubunganmu sebelumnya. Kamu belajar menerima hubungan yang telah lalu sebagai masa lalu yang tidak dapat diubah dan memfokuskan diri untuk menjadi lebih baik di masa depan.
3. Dekatilah Teman dan Keluarga
Jangan pernah kembali berpikiran untuk menghubunginya kembali atau bahkan menanyakan keadaannya kepada teman. Psikolog Albert Walkin dan pakar lainnya sangat mendorong kita untuk benar-benar memutus segala bentuk hubungan dengan mantan. Hal ini memang sangat menyakitkan, tetapi merupakan awal dari keadaaan yang semakin baik. Rasa sakit yang kamu rasakan dapat kamu obati dengan mendekatkan diri kepada orang-orang lain yang kamu percayai, baik teman ataupun keluarga, untuk kembali mengingatkanmu bahwa kamu sangat dicintai oleh banyak orang. Hubungan ini akan membantumu kembali bangkit dan melihat perpisahan dengan lebih baik.
Ingat, tidak semua orang mampu bangkit dari rasa sakit akibat perpisahan sendirian. Oleh karena itu, jangan sungkan untuk menghubungi psikolog professional untuk membantumu menghadapi masa-masa sulit.
Nah, di Satu Persen ada layanan Konseling 1-on-1 sama Psikolog. Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi dan dilanjutkan dengan asesmen mendalam, diakhir konseling kamu bakal dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaiin sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat.
Kamu juga bisa mencoba mengetahui kualitas hubunganmu dengan pasangan dengan mengikuti Tes Kualitas Hubungan dari Satu Persen. Semoga kita dihindarkan dari si PHP ya!
Tunggu apalagi? Yuk, kalau kamu merasa butuh layanan ini bisa klik link berikut
Mengatasi kesedihan akibat PHP memang tidak mudah, tetapi perlu dilakukan. Tonton video di bawah ini untuk mengetahui cara mengatasi patah hati karena ekspektasi. Jangan lupa untuk like, comment, dan suscribe channel Youtube Satu Persen. Kalau kamu suka artikel ini, kamu bisa baca artikel lainnya di Blog Satu Persen. Kamu juga bisa follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial untuk dapat info-info menarik tentang mentoring dan kelas online. Semoga artikel ini membantumu menjadi lebih baik setidaknya Satu Persen setiap harinya.
Referensi
Koessler, R. B., Kohut, T., & Campbell, L. (2019). When Your Boo Becomes a Ghost: The Association Between Breakup Strategy and Breakup Role in Experiences of Relationship Dissolution. doi:10.31234/osf.io/nt5r4
Lefebvre, L. E., Allen, M., Rasner, R. D., Garstad, S., Wilms, A., & Parrish, C. (2019). Ghosting in Emerging Adults’ Romantic Relationships: The Digital Dissolution Disappearance Strategy. Imagination, Cognition and Personality,39(2), 125-150. doi:10.1177/0276236618820519
Phillips, L. (2015, May 04). The Blistering Break-Up. Retrieved July 31, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/articles/201505/the-blistering-break