Halo, kenalin aku Garnis, Writer Blog Intern di Satu Persen. Gimana kabar kalian? Semoga kalian baik-baik saja!
Aku baru banget nulis di blog Satu Persen dan sekarang aku berkesempatan untuk sharing pengalaman aku saat masa-masa quarter life crisis.
Kalau kamu sedang merasakan gelisah akan masa depan kamu,coba kamu baca sampai habis ya, karena aku bakal ngasih beberapa insight baru agar kamu bisa melewati masa-masa ini dengan baik :)
Labirin Hidup
Apakah kamu pernah berada di suatu kondisi gak punya tujuan hidup? Atau kamu pernah gak merasa kebingungan dengan apa yang kamu mau lakukan sekarang? dan merasa effort yang sudah dikeluarkan gak cukup untuk mencapai tujuan kamu.
Mungkin kondisi jadi semakin bikin kamu sedih ketika teman-teman sudah mulai menunjukan masa keemasannya. Mungkin teman yang satu sudah lulus kuliah, lalu teman yang lain sudah ada yang sukses bekerja, sedangkan kita? Masih gitu-gitu aja.
Ya, dalam hati cuma bisa bilang “kapan ya aku kayak dia? Kok kayaknya hidup aku gak ada spesialnya.” Atau “katanya semua orang punya waktunya yang berbeda-beda tapi kayaknya waktu aku macet deh jadi gak nyampe-nyampe”
Ditambah dengan perasaan kamu yang udah cape dan kadang mencoba untuk berpikir positif kalau keberhasilan akan datang, tapi yang datang malah kegagalan, kegagalan, dan kadang kehampaan.
Ternyata sulit ya untuk tetap berpikir positif seperti para motivator muda yang suka tampil di TV itu. Akhirnya, kamu terpaksa menjalankan hidup hanya karena dikasih hidup aja.
Bingung banget gak sih sama kondisi seperti itu? Sejujurnya, aku pernah ada di keadaan seperti ini A.K.A quarter life crisis. Rasanya ingin sekali mengubah hidup agar hidup aku bisa ‘lebih baik’ seperti orang-orang lain di media sosial, tapi percuma kalau aku masih aja terperangkap di ruang ‘ketidaktahuan’ dan ‘kehampaan’ ini.
Baca juga: Mengenal Quarter Life Crisis
Quarter Life Crisis
Fase hidup yang satu ini emang bener-bener gak enak banget sih, apalagi fase ini suka banget menyerang sama kamu yang beranjak ke usia dewasa, ada yang berusaha mau lulus kuliah, berusaha mencari kerja, atau kamu yang terjebak sama boring routine life.
Contohnya, untuk kamu fresh graduate atau calon fresh graduate mungkin akan merasa goyah ketika melihat satu per satu teman-teman kamu sudah menemukan jalannya masing-masing sedangkan kamu masih mencari-cari jalan yang pas buat kamu, atau masih aja berkutat dengan kegagalan kamu.
“Di umur 22 harusnya aku sudah jadi karyawan sukses yang kerja di *insert nama startup besar internasional*” atau “kenapa sih aku belum lulus kuliah juga dan belum bisa bantu orangtua”, dan celotehan-celotehan masalah hidup lainnya.
Well, kalau kamu sedang merasakan itu semua, selamat kamu sedang berada di fase quarter life crisis. Yang artinya kamu sudah gak lagi remaja atau kamu cukup dewasa untuk memegang kendali atau arah hidupmu.
Gak perlu untuk takut dan cemas berlebihan menghadapinya karena sebenarnya fase krisis ini memang sering dialami oleh kebanyakan orang yang memasuki usia 18 tahun sampai 28 tahun.
Quarter life crisis memang rentan terjadi pada orang-orang yang berada awal dewasa. Orang sering merasa bahwa umurnya memang sudah dewasa namun kadang masih menganggap dirinya remaja dan hal tersebut dapat menimbulkan kebingungan dan perasaan ambigu.
Orang yang mulai beranjak umur dewasa biasanya akan merasakan kesulitan dan kewalahan dalam beradaptasi dengan tanggung jawab baru di fase transisi hidupnya. Contohnya seperti tanggung jawab dalam mencari pekerjaan baru atau bahkan sampai kesulitan dalam mencari pasangan hidup, (Ungar).
Ditambah dengan arus informasi yang sangat mudah diakses, semakin mudah pula orang-orang dihadapkan dengan pilihan lain yang membuat diri mereka tidak puas dengan keadaan mereka sekarang.
Contohnya, dengan hadirnya sosial media kita memiliki banyak kesempatan untuk melihat kehidupan orang lain terlihat “lebih baik” daripada kehidupan kita. Hal tersebut dapat berdampak negatif jika kita mulai membandingkan kehidupan kita dan mulai “ikut-ikutan” kehidupan orang lain karena merasa tidak yakin dengan jalan yang kita pilih.
Namun, tidak jarang juga ketika mereka sampai suatu pilihan, malah kebingungan karena mereka gak punya petunjuk yang jelas, harus memilih jalan A atau jalan C.
Menurut Atwood&Scholtz dalam jurnalnya, sase ini disebut dengan fase state of anomie, di mana orang-orang yang beranjak dewasa merasa tidak mempunyai ‘peta’ atau arahan yang jelas untuk menentukan sikap mereka sehingga menimbulkan kebingungan dalam hidup mereka
Bagi kamu yang sedang merasakan ini, mungkin kamu akan bingung dan lelah untuk memilih bertahan atau berhenti begitu saja. Mungkin kamu bertanya-tanya jalan seperti apa yang kamu harus pilih agar sampai ke tujuan kamu?
Baca juga: Apa Itu Quarter Life Crisis? Bagaimana Cara Kamu Menghadapinya?
Kalau kamu punya pertanyaan ini dalam pikiran kamu sekarang, aku akan ngasih beberapa tips-tipsnya berdasarkan pengalaman aku dan semoga tips aku bisa membantu kamu agar kamu gak bingung mengambil jalan hidup atau kehilangan arah lagi.
Cara Menghadapi Quarter Life Crisis
Jujur, aku baru menemukan cara ini beberapa waktu belakangan ini setelah aku membaca buku karangan dari Alex Pattakos yang berjudul Prison of Our Thought, dan dengan aku menonton video-video Youtube Satu Persen yang sedikit banyak membantu aku dalam menyikapi quarter life crisis ini.
Pertama yang aku lakuin ketika aku sudah berada di jalan buntu, aku akan memilih untuk diam dan mengambil langkah mundur.
Sejujurnya gak ada cara lain yang bisa aku lalui terlebih kalau aku belum tau apa yang aku punya dan apa tujuan hidupku sebenarnya, nanti yang ada aku hanya sekadar ikut-ikut orang saja. Daripada makin nyasar, bukannya lebih baik aku diam atau bahkan putar balik?
Mengambil langkah mundur bukan untuk menyerah tapi untuk mengevaluasi hidupku sampai saat ini. Untuk melihat gambaran diriku secara lebih besar bukan dari masalah yang aku hadapi sekarang
Tonton juga: Tips Merencanakan Hidup (Memahami Tujuan Hidup)
Evaluasi apa yang terjadi bukan serta merta untuk mengkritik kesalahan yang aku buat, evaluasi diri lebih memberikan kesempatan untuk melihat lebih luas siapa diri aku sebenarnya, apa kekuatan dan kelemahan aku, apa yang membuat aku gagal dan berhasil, dan yang paling utama adalah mengetahui apa makna dan tujuan hidup aku.
Evaluasi hidup dapat membantu aku menemukan diri aku sebenarnya, dan dapat membawa aku ke dalam kebermaknaan hidup, dari sana aku dapat menyusun rencana lain yang sekiranya membantuku untuk mencapai tujuan besar hidup aku.
Salah satu cara dalam mengevaluasi hidup yaitu pertama dengan mengubah pandangan aku terhadap suatu masalah yang aku alami.
Menurut buku yang aku baca yaitu Prisoners of Our Thought, buku renungan kehidupan berdasarkan kisah hidup seorang psikiater asal Austria Victor Frankls saat berada di kamp konsentrasi Nazi.
Dituliskan bahwa sangat penting bagi manusia untuk bisa mengubah fokus dan perspektif yang terbatas dengan membuka pandangan manusia seluas-luasnya mengenai hidupnya.
Ketika aku terlalu fokus terhadap sesuatu hal yang sedang terjadi dalam hidup kita, entah itu skripsi yang gak kelar-kelar, panggilan interview kerja yang belum ada kabar, atau masalah hidup yang gak kelar-kelar, ibaratkan seperti aku sedang melihat bumi dari luar angkasa tapi yang aku lihat hanya satu awan mendung yang melayang-layang di langit.
Aku tidak melihat bahwa bumi itu sangat luas dan besar karena aku hanya terpaku melihat dari sebuah sisi kecil bumi yang gelap namun tanpa disadari bumi memiliki banyak sisi terang lainnya yang dapat aku lihat dan nikmati.
Begitupun dengan hidup, hidup aku sangat besar dan luas. Ketika aku hanya berkonsentrasi pada satu titik hitam dalam hidup, yang aku dapat hanya kehilangan kesempatan untuk melihat makna dan hal baik yang ada dalam hidup aku.
Aku mencoba untuk mengubah perspektif dari suatu masalah yang sedang aku alami. Hal tersebut dapat membantu diri aku sendiri untuk berhenti menjadi ‘self-absorbed’ atau memikirkan hal yang itu-itu aja.
Selanjutnya, dengan mengubah perspektif, aku juga dapat mendorong diri aku untuk menemukan makna hidup yang dapat membawa aku untuk melihat hal-hal yang baru atau sesuatu yang belum kita pernah lihat dan rasakan dari sisi lain kehidupan aku.
Ingat, kamu dapat menjadi dewasa dan melampaui kondisi yang membatasi kamu sekarang sehingga kamu mengidentifikasikan hal-hal yang dapat dihindari atau menemukan tujuan baru atas hidup kamu.
When we search out and discover the authentic meaning of our existence and our experiences, we discover that life doesn’t happen to us. We happen to life; and we make it meaningful - Prison of Our Thought
Mungkin kamu bertanya, apakah dengan mengubah perspektif hidup kamu bisa langsung menjadi baik?
Tidak. Namun mengubah perspektif, kamu dapat menemukan apa yang bisa kamu manfaatkan dengan baik untuk mengubah hidupmu menjadi lebih baik atau sampai ke tujuan besarmu nanti.
Contohnya, ketika kamu merasa kalut dengan keadaanmu yang masih bergulat dengan skripsi mungkin kamu harus menarik mundur hidup mu untuk beberapa saat.
Jika pikiranmu masih dipenuhi dengan perasaan gagal, tidak berguna, dan kekalahan, cobalah untuk mengambil waktu sejenak dan berpikir kenapa kamu merasakan hal demikian? Apa karena hidup kamu merasa tertinggal dari yang lain? Atau merasa telah gagal dalam mencapai target lulus kamu?
Coba kamu renungkan dulu sebelum melanjutkan membaca artikel ini.
Kalau jawabanmu hanya seputar takut tertinggal dari teman-temanmu, artinya kamu sedang merasakan egomu. Kamu tidak benar-benar mendengarkan dirimu sebenarnya, dan memberikan diri untuk mendengarkan alasan dari dirimu sendiri.
Coba ubahlah perspektif yang kamu punya dengan mendengarkan dirimu lebih sabar dan lebih hati-hati lagi. Jika kamu merasa lelah dan kewalahan dengan skripsi kamu, coba tarik diri dan ambil waktu sejenak mengevaluasi apa yang salah dengan metode pengerjaan skripsi kamu?
Ingat, kamu mempunyai waktu lebih banyak dari teman-temanmu yang lulus terlebih dahulu. Artinya, kamu masih mempunyai banyak waktu daripada mereka untuk memperbaiki dan mengeksplorasi cara kamu dalam membuat skripsi kamu menjadi lebih baik.
Jika lulus adalah tujuan yang sangat jauh dicapai untuk sekarang, cara kedua yang bisa kamu lakukan adalah breakdown tujuan besar kamu menjadi tujuan-tujuan kecil yang mudah dicapai setiap harinya.
Dulu, ketika aku masih berkutat dengan skripsi, aku akan mem-breakdown tujuan besar aku menjadi tujuan kecil yang bisa aku raih setiap harinya. Aku memulai dengan menyusun tujuan terdekat seperti ‘besok aku harus sudah selesai 5 paragraf’ atau ‘minggu ini harus sudah selesai bab 1’.
Ketika aku menentukan tujuan yang dapat aku raih setiap harinya, aku merasakan makna yang ada dalam proses pengerjaan skripsi aku. Skripsi dapat membuka wawasan aku lebih luas lagi dan dapat mempelajari hal baru setiap harinya tanpa merasa perasaan gagal karena tujuan aku jelas dan dapat dicapai (reachable).
Begitupun dengan masalah hidup yang lain, ketika kamu fokus pada tujuan, setiap rintangan dan kegagalan bukan lah sesuatu untuk dijadikan alasan untuk menyerah namun untuk kamu belajar.
“Dengan mengubah perspektif kamu atas suatu masalah dan kegagalan, kamu akan mempermudah diri kamu menemukan jalan untuk yang pas dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi kamu sekarang.”
Ketiga fokus. Simple tapi susah untuk dilakukan. Namun sebenarnya ketika orang gak fokus pada tujuannya akan jauh lebih mudah untuk mereka menjadi goyah dan menyerah dibanding orang-orang yang fokus terhadap tujuannya.
Di video Youtube Satu Persen pernah membahas hal ini.
Dalam video tersebut dijelaskan bahwa hidup itu seperti bermain game, ketika kamu bermain game pasti kamu akan fokus pada tujuan dalam permainan itu kan? Meskipun kamu sering menemukan kegagalan entah jatuh ke lubang atau game over, lantas bukannya kamu tidak langsung menyerah dan gak mau main game lagi kan?
Pasti kamu akan berusaha sekuat tenaga untuk lebih fokus dan menjadi lebih aware terhadap setiap rintangan yang dihadapi agar gak gagal lagi dan lebih fokus bagaimana cara mencapai tujuan kamu di setiap levelnya.
Nah, begitu juga dengan proses yang aku lalui, sebisa mungkin aku fokus atas pekerjaan kecil aku setiap harinya dan berusaha untuk menyelesaikan sesuai dengan target. Hasilnya, aku bisa menyelesaikan skripsi aku tepat waktu dan aku bisa menyelesaikan kuliahku selama 4 tahun.
Begitupun juga kamu, pasti kamu bisa melalui setiap rintangan yang ada layaknya bermain game aja. Pasti akan selalu ada rintangan dalam hidup, tetapi rintangan tersebut bukanlah hal yang menutupimu untuk terus maju dan meraih tujuan kamu!
Tapi jangan lupa ya untuk menikmati setiap proses yang kamu lewati dan its oke banget untuk bersedih di tengah-tengah perjalanan. Tapi inget, ayo bangun lagi, belajar lagi temukan makna atas kegagalan kamu, dan nikmati lagi prosesnya untuk sampai ke tujuan hidup kamu.
Ini hidup pertama mu, segala ketidak tahuan, kebingungan, kegagalan sangat wajar terjadi pada mu, yang salah ketika kamu tidak mau mencari tahu apa yang membuat kamu gagal dan gak mengusahakan untuk membenahi kegagalannya agar kamu dapat #HidupSeutuhnya
Bila kamu sudah melakukan hal-hal di atas dan tetap merasa bingung dan sedih, its oke mungkin kamu perlu bantuan untuk membantumu melihat hidupmu lebih besar lagi. Salah satu caranya dengan datang ke pihak professional yang akan menangani mu dengan sebaik-baiknya.
Kebetulan banget, Satu Persen membuka layanan konsultasi bersama psikolog yang ahli di bidangnya. Selengkapnya bisa kamu klik gambar dibawah ini!
Di layanan konsultasi Satu Persen, kamu bisa konsultasi masalah kamu secara one on one bersama psikolog yang memang sudah expert, kamu akan dikasih tau rumusan atau cara yang sesuai dalam menghadapi masalah kamu.
Kamu juga akan mendapatkan psikotest dan worksheet untuk membantu kamu mengenal diri kamu lebih dalam dan membantu kamu menyelesaikan masalahmu secara mandiri.
Wah satu lagi masalah terselesaikan!
---
Sekarang yuk waktunya kamu mulai bergerak, menyelesaikan apa yang membuat kamu gak tenang dan usahakan untuk menerima apa yang kamu alami sekarang. Gak perlu buru-buru kok, cukup dengan satu persen setiap harinya.
Semoga setelah kamu membaca artikel ini, kamu bisa lebih mengenal dirimu dan dapat menemukan makna dan tujuan yang tersimpan di dalam hidupmu ya! Kalau kamu masih kepo sama cara mengevaluasi hidup, tenang Satu Persen masih punya video Youtube untuk membantu kamu #HidupSeutuhnya.
“Ultimately, man should not ask what the meaning of his life is, but rather must recognize that it is he who is asked. In a word, each man is questioned by life; and he can only answer to life by answering for his own life; to life he can only respond by being responsible.”
- Viktor Frankl
References:
Atwood, J. D., & Scholtz, C. (2008). The Quarter-life Time Period: An Age of Indulgence, Crisis or Both? Contemporary Family Therapy, 30(4), 233–250. doi:10.1007/s10591-008-9066-2
Ungar, H. dkk. (2020). Examining the Phenomenon of Quarter-Life Crisis Through Artificial Intelligence and the Language of Twitter. Frontier in Psychology. Vol. 11. doi: 10.3389/fpsyg.2020.00341
Pattakos, A. (2008). Prisoners of Our Thought. San Francisco. Berrett-Koehler Publishers, Inc