Halo, Perseners! Gimana kabar kalian? Semoga dalam keadaan sehat selalu, ya.
Kembali lagi dengan aku Anggi, Part-time Blog Writer Satu Persen.
Siapa sih yang nggak pernah merasa malas?
Dari sekian banyak hari yang kamu lewati untuk kerja, sekolah, atau melakukan berbagai aktivitas lainnya, pasti akan ada hari di mana kamu nggak mau melakukan apapun. Mungkin kamu cuma mau rebahan sambil nonton film atau malah cuma tidur aja seharian.
Well, it is very understandable, indeed. Setiap orang butuh waktu untuk beristirahat, yang mana salah satu caranya adalah dengan nggak ngapa-ngapain.
Tapi, hal yang mesti diperhatikan adalah seberapa sering kamu melewatkan hari kamu cuma buat bermalas-malasan?
Misalnya, waktu yang harusnya kamu pakai buat nyiapin bahan rapat, menyelesaikan tugas, atau bersih-bersih rumah malah habis dipakai untuk rebahan nonton video-video TikTok atau YouTube. Trus, ujung-ujungnya kamu malah merasa bersalah sendiri karena terus-terusan menurutin sifat malas ini (walaupun merasa bersalahnya tetap dalam posisi rebahan hihi).
Nah, perlu diwaspadai nih, kalau sudah kelewatan sampai mengganggu kehidupan sehari-harimu gini. Ini bisa menjadi sebuah tanda akan suatu hal yang lebih serius.
Karena faktanya, nggak ada orang yang benar-benar terlahir pemalas. Seperti halnya procrastination atau perilaku menunda-nunda, kemalasan adalah gejala, bukan penyebab. Kemalasan dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti terlalu lelah atau tidak berenergi untuk melakukan aktivitas, ketakutan akan suatu hal, dan sebab-sebab lainnya. Seringkali kita nggak menyadari penyebab-penyebab ini dan berpikir bahwa kita cuma merasa malas.
Tonton Juga:
Dilansir PsychCentral, setidaknya ada 8 voices of laziness atau 8 suara kemalasan yang dapat memengaruhi perilaku seseorang, yakni:
- Confusion: “Aku nggak tahu apa yang aku lakukan.”
- Neurotic Fear: “Aku nggak bisa.”
- Fixed Mindset: “Aku khawatir aku akan gagal atau terlihat bodoh.”
- Lethargy: “Aku terlalu lelah. Aku nggak punya energi.”
- Apathy: “Aku nggak tahu tentang apa pun.”
- Regret: “Aku terlalu tua untuk memulai. Aku sudah terlambat untuk mencobanya.”
- Identity: “Aku seorang pemalas”
- Shame: “Aku seharusnya nggak terlalu malas.”
8 suara kemalasan ini lah yang biasanya muncul ketika kamu ingin melakukan sesuatu yang produktif. Nah, dengan memahami kedelapan suara ini, kamu bisa menangkap apa yang sedang coba diungkapkan oleh rasa malasmu dan menanganinya sesegera mungkin. Penasaran? Yuk, kita simak ulasannya.
8 Suara Kemalasan dan Cara untuk Mengatasi Rasa Malas
Delapan suara kemalasan dan apa yang coba dikatakannya kepada kamu:
1. Confusion: “Aku nggak tahu apa yang aku lakukan.”
Confusion, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti kebingungan, adalah ketika kamu mendengar pikiranmu seakan-akan berkata: “Aku nggak tahu harus berbuat apa,” atau “Aku nggak tahu apa yang sebenarnya aku lakukan.” Nah, suara-suara ini seringkali muncul saat kamu akan memulai suatu pekerjaan atau tugas baru.
Saat pikiran ini muncul, kamu mungkin akan merasa kewalahan dan mulai merasionalkan pikiran ini. Biasanya ini seringkali terjadi pada orang-orang yang perfeksionis. Mereka ingin segalanya cepat selesai, tapi terlalu takut untuk memulainya.
Untuk mengatasi rasa malas karena hal ini, kamu perlu sadari bahwa kita semua belajar dari kesalahan. Kamu nggak perlu tahu segalanya untuk memulai hal yang baru. Jadi, mulailah dan coba untuk temukan jawaban seiring prosesnya.
Baca Juga: Perbedaan Perfeksionis dan OCD
2. Neurotic Fear: “Aku nggak bisa.”
Rasa malas bisa juga datang dari ketakutan-ketakutan yang ada di dalam kepalamu. Misalnya, alih-alih berusaha dengan keras untuk belajar mengendarai mobil, kamu malah berpikir: “Dahlah, aku emang nggak bisa. Ntar malah membahayakan orang lagi,” dan menerima pikiran ini seakan-akan ini adalah faktanya. Jadinya, kamu akan menunda-nunda untuk masuk kursus mengemudi dan membuatmu stuck atau nggak berkembang.
Nah, untuk menghilangkan rasa malas karena ketakutan neurotik, kita harus melakukan apa yang kita takuti. Ingatlah bahwa nggak apa-apa merasa takut karena semua orang pasti merasakannya. Jadi, jangan biarkan ketakutan yang belum tentu terjadi ini mempengaruhi dirimu.
3. Fixed Mindset: “Aku khawatir aku akan gagal atau terlihat bodoh.”
Fixed mindset adalah konsep yang dipopulerkan oleh psikolog Carol Dweck pada bukunya yang berjudul Mindset: The New Psychology of Success. Individu dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan dan kecerdasan itu berasal dari bawaan lahir dan nggak bisa diubah. Oleh dari itu, mereka jadi nggak mau untuk mencoba hal baru karena takut gagal dan terlihat bodoh.
Demikian, growth mindset adalah solusinya. Individu dengan growth mindset paham bahwa kemampuan dan kecerdasan mereka dapat berkembang seiring dengan banyaknya latihan. Nah, jika kamu mendengar suara ini, katakan pada dirimu bahwa, “Aku membuat kesalahan, tapi aku belajar dari kesalahan itu.”
Baca Juga: Growth Mindset: Kepribadian Itu Ternyata Bisa Diubah
4. Lethargy: “Aku terlalu lelah. Aku nggak punya energi.”
Salah satu penyebab utama dan paling sering dari rasa malas adalah lelah atau capek. Kamu pasti pernah deh, lanjut tidur padahal alarm-mu udah bunyi. Bukan karena nggak denger, tapi karena kamu merasa bahwa tubuhmu capek banget dan butuh waktu tidur tambahan. Namun, gimana kalau ternyata kamu sudah tidur dengan cukup, tapi masih merasa lelah? Sayangnya, ini hanyalah kebohongan belaka dan merupakan salah satu suara kemalasan.
Untuk mengatasi pikiran ini, kamu harus bisa memaksa dirimu melakukan hal yang kamu anggap nggak bisa kamu lakukan karena terlalu capek. Nah, jika kamu berhasil. Artinya, kamu selalu punya energi untuk melakukan sesuatu yang memang harus kamu lakukan.
5. Apathy: “Aku nggak tahu tentang apa pun.”
Apati, atau sikap tak acuh, bukanlah sikap yang baik untuk ditemui dalam diri seseorang. Bahkan, seringkali dianggap sebagai sumber dari gangguan depresi. Kamu merasa seakan-akan kamu nggak peduli akan apapun. Padahal nyatanya kamu cuma belum menemukan apa yang benar-benar kamu sukai.
Misalnya, saat kamu malas belajar Matematika, sebenarnya kamu bukan malas belajar. Kamu hanya nggak menyukai pelajaran itu. Tapi, saat kamu suka membaca novel, mungkin pelajaran bahasa Indonesia akan menjadi favoritmu.
6. Regret: “Aku terlalu tua untuk memulai. Aku sudah terlambat untuk mencobanya.”
Nggak bisa dipungkiri, penyesalan akan selalu menjadi bagian dalam kehidupan orang dewasa. Saat ada kesempatan baru yang sebelumnya kamu lewatkan, mungkin kamu akan otomatis berpikir bahwa kamu sudah terlalu tua atau terlalu terlambat untuk memulainya dari awal.
Kamu percaya banget dengan suara-suara ini seakan-akan itu adalah kebenarannya. Padahal, suara-suara itu hanyalah alasan bagimu untuk nggak memulainya saat ini juga. Jadi, jangan dengarkan. Penyesalan akan membuat kamu terikat dengan masa lalu dan mencegah dirimu perkembang di masa depan. Kamu masih punya banyak waktu. Kamu bisa mulai saat ini juga karena nggak pernah ada kata terlambat untuk mencoba hal-hal baru.
7. Identity: “Aku seorang pemalas.”
Saat lagi merasa sakit dan nahasnya tinggal jauh dari orang tua, aku selalu menanamkan dalam pikiranku bahwa aku baik-baik aja. Menariknya, metode ini selalu berhasil, sehingga membuatku yakin bahwa pikiran kita itu sangat kuat.
Seperti yang aku singgung sebelumnya, nggak ada orang yang terlahir pemalas. Melainkan, apa yang kamu pikirkan tentang dirimu lah yang sebenarnya menentukan kebiasaan dan perilakumu. Sekali aja kamu berpikir kalau kamu adalah seorang pemalas, maka hal-hal di sekitarmu otomatis mengkonfirmasi pikiran ini. Jadi, usahakan untuk tidak mendefinisikan dirimu dengan hal-hal yang bermakna negatif, ya!
8. Shame: “Aku seharusnya nggak terlalu malas.”
Suara terakhir dari rasa malas adalah shame atau rasa malu. Maksudnya, saat kamu sadar bahwa kamu lagi malas-malasan, kamu malah mengkritik dirimu habis-habisan dengan berpikir: "Aku tuh nggak seharusnya malas-malasan!" atau "Bisa-bisanya aku merasa malas!!!"
Kritik pada diri sendiri dapat memperkuat perilaku yang nggak diinginkan seperti kemalasan. Maka dari itu, daripada menyalahkan dirimu, akan lebih baik kamu berpikir bahwa nggak masalah untuk menjadi malas sekali-sekali. Bukan cuma kamu, tapi semua orang pasti pernah merasa malas dalam melakukan suatu hal. Bermalas-malasan sekali nggak otomatis membuat kamu jadi seorang pemalas yang perlu dihakimi. Terkadang mengatasi kemalasan semudah menerima bagian dari dirimu ini.
Coba Juga: Tes Aktivitas Fisik, Kamu Tim Rebahan?
Gimana? Sekarang jadi lebih paham kan kalau sifat pemalas yang kamu rasakan itu bukan bawaan lahir, tapi ada penyebabnya, kan?
Mungkin memang nggak mudah buat kamu untuk melawan rasa malas. Butuh tekad yang kuat dan usaha yang maksimal untuk benar-benar meninggalkan kebiasaan yang satu ini. Tapi inget deh, usaha nggak akan menghianati hasil. Selama kamu terus mencoba, aku yakin kamu akan berhasil walaupun membutuhkan waktu yang lama dan perjalanan yang panjang.
Dan kalau kamu udah berusaha secara maksimal banget, tapi tetap gagal dan merasa kesulitan untuk menghilangkan kemalasanmu. Kamu bisa coba konsultasi kesulitan yang kamu hadapi dengan mentor di Satu Persen. Caranya, kamu bisa ikut online mentoring dengan klik gambar di bawah ini.
Aku harap melalui artikel ini kamu bisa semakin berkembang ke arah yang lebih baik, seenggaknya satu persen setiap harinya, ya. So, aku Anggi dari Satu Persen, sampai jumpa di tulisanku yang lainnya!
Referensi:
Jeffrey, Scott. (2017). The 8 Voices of Laziness and How to Overcome Them. PsychCentral. Retrieved December 13, 2021, from https://psychcentral.com/blog/the-8-voices-of-laziness-and-how-to-overcome-them
The 8 Voices of Laziness and How to Deal with Them. (d, n). Still I Rise Foundation. Retrieved December 13, 2021, from https://stilliriseorganisation.com/2020/07/30/the-8-voices-of-laziness-and-how-to-deal-with-them/