Apa Itu Komitmen? Kunci Membangun Hubungan Agar Terhindar Toxic Relationship

Hubungan
Ade Chandra Gita Kusuma
20 Apr 2021
Komitmen: Kunci Membangun Hubungan Agar Terhindar Toxic Relationship
Satu Persen - Apa Itu Komitmen?

Halo, Perseners! Tulisan ini dibuat oleh Chandra, writer Satu Persen.

Umumnya setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya jatuh cinta, ingin memiliki pasangan, dan membangun suatu hubungan yang bisa bertahan lama. Berbagai cara pasti sudah kamu lakukan tapi tak sedikit yang gagal dalam membangun sebuah hubungan.

Nah, kalo kamu sedang merasakan hal tersebut dan ingin memiliki hubungan dengan pasangan yang bisa bertahan lama, maka kamu sedang membaca artikel yang tepat!

Setiap pasangan memiliki caranya masing-masing dalam menjalankan suatu hubungan agar bisa bertahan lama, mulai dari yang pacaran sampai membangun sebuah rumah tangga.

Tetapi ada satu cara yang sama dilakukan oleh setiap pasangan yaitu setiap pasangan memiliki sebuah komitmen dalam hubungan. Di mana komitmen ini adalah salah satu bentuk usaha untuk saling menjaga dan mempertahankan satu sama lain.

Komitmen dalam Hubungan adalah...

Komitmen dalam bahasa latin adalah commiter yang berarti mempercayakan, menyatukan, mengerjakan, dan menggabungkan.

Sehingga arti dari kata komitmen dalam sebuah hubungan bagi saya pribadi adalah suatu keputusan untuk memiliki keterikatan yang melahirkan sikap setia dan tanggungjawab terhadap semua janji yang melibatkan diri sendiri atau dua orang dalam satu ikatan.

Komitmen dibutuhkan dalam mencapai tujuan bersama, menyatukan visi misi dalam suatu hubungan sehingga tercipta persamaan pemikiran dan sudut pandang antar pasangan. Hal inilah yang nantinya menjadi faktor kunci dalam mempertahankan suatu hubungan ke depannya.

Takut Komitmen Dalam Pacaran (Mempertahankan Hubungan)

Akibat Hubungan Tanpa Komitmen

Apakah bisa menjalin suatu hubungan tanpa dilandasi oleh komitmen? Yap jawabannya tentu saja bisa! Tetapi, permasalahan lainnya akan muncul yaitu seberapa banyak kah hubungan yang berhasil tanpa adanya komitmen?

Seperti yang kita ketahui bersama, banyak sekali di luar sana yang menjalin hubungan tanpa dilandasi oleh komitmen berubah menjadi toxic relationship dan berakhir pada kegagalan. Hal ini disebabkan oleh:

1. Masih ingin bebas dan tidak percaya kepada pasangan

Jika kamu hanya datang saat butuhnya saja dan masih ingin bebas tanpa peraturan atau diatur-atur oleh pasangan. Sebaiknya jangan memberanikan diri untuk menjalankan sebuah komitmen dengan seseorang.

Hal ini cepat atau lambat akan menghilangkan kepercayaan yang diberikan oleh pasangan dan ini akan berpengaruh terhadap kualitas suatu hubungan.

2. Banyak perbedaan

Komitmen hadir untuk menyatukan berbagai perbedaan dalam satu ikatan. Karena banyaknya perbedaan merupakan salah satu penyebab retaknya suatu hubungan.

3. Menjalin hubungan tidak serius

Pasangan yang tidak memiliki komitmen akan dengan mudahnya mengumbar janji-janji tanpa bisa ditepati karena di awal tidak ada usaha nyata menjalin hubungan ke tahap serius seperti pernikahan.

Tipe pasangan yang seperti ini ada, mungkin karena hanya ingin sekadar menghilangkan rasa kesepian atau hanya ingin bersenang-senang, tanpa ingin menanggung risiko yang akan muncul dari kata komitmen diawal.

Apakah kamu yang membaca termasuk ke dalam salah satunya?

4. Menjadi orang lain

Ketika tidak ada komitmen dalam suatu hubungan, kamu pasti akan berusaha menunjukan segala kelebihanmu sampai pada sisi terbaikmu dan hanya ingin melihat segala kelebihan pasanganmu.

Makanya ada pepatah yang berkata masa pendekatan lebih menyenangkan dari masa pacaran, lalu tak sedikit yang berkata kenapa masa pacaran lebih indah daripada saat menikah.

Hal ini akumulasi dari menjadi orang lain di awal, padahal bisa menerima kelebihan dan kekurangan pasangan akan menjadikan kamu dalam versi terbaik dirimu yang sebenarnya.

Apa Itu Toxic Relationship? (Pacaran Tapi Sakit Hati)

Bagaimana Caranya? Ketahui Komponennya Terlebih Dahulu!

Menurut Psikolog Robert Sternberg, dalam Triangular Theory of Love di mana dalam teorinya salah satu komponennya yaitu membahas terkait komponen komitmen yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek yang bersifat jangka panjang dan aspek yang bersifat jangka pendek.

1. Aspek jangka panjang

Komponen komitmen pada aspek ini di mana suatu pasangan menjalin sebuah komitmen dalam hubungannya untuk mempertahankan cinta.

Contohnya, pasangan yang sudah lama berpacaran akhirnya memutuskan untuk berkomitmen melanjutkan cintanya ke pernikahan. Menurut DeGenova, komitmen adalah salah satu kualitas penting bagi keberhasilan pernikahan.

2. Aspek jangka pendek

Pada aspek ini komponen komitmen suatu pasangan dalam menjalin sebuah hubungan hanya sebagai komitmen untuk mencintai.

Contohnya, para remaja yang pertama kali merasakan jatuh cinta, umumnya mereka menjalankan hubungannya atas dasar cinta dan saling suka.

tes_bahasa_cinta_5_love_language

Komitmen Tapi Masih Gagal Juga, Kenapa?

Pernah gak kamu bertanya-tanya dalam diri, kok banyak pasangan yang sudah melebeli hubungannya dengan dasar komitmen tetap berakhir pada kegagalan.

Yap, masalah ini juga sedikit banyaknya terjadi, tapi coba kita analisa lagi faktor-faktor yang memengaruhi, di mana faktor terakhir bikin mengelus dada.

1. Mental belum siap

Pada saat ini banyak pasangan yang tidak ingin disebut pacaran tapi lebih nyaman menggunakan kata “kita cuma saling menjaga komitmen satu sama lain”

Ayo ngaku apa kamu salah satu orangnya?

Nah, masalah di atas muncul akibat pasangan di era sekarang dengan mudahnya memberi suatu komitmen kepada pasangannya. Padahal, secara mental belum siap untuk menjalin suatu komitmen, sehingga menjalin hubungan hanya berlandaskan cinta dan saling suka.

2. Belum dewasa

Menurut Ahmetoglu, Swami, dan Chamorro-Premuzic dalam penelitiannya terkait hubungan antara kepribadian, dimensi cinta dari Sternberg menyatakan responden yang memiliki usia lebih tua memiliki komitmen yang lebih tinggi dan hubungan yang jauh lebih lama daripada responden yang berusia lebih muda.

Fakta ini telah membuktikan bahwa usia salah satu faktor kunci dalam menjalin suatu komitmen.

3. Belum jodohnya

Faktanya kematian, rejeki, dan juga jodoh adalah misteri Sang Maha Kuasa. Terkadang banyak pasangan yang sudah menjalin hubungan lama, tetapi pada akhirnya kandas juga. Begitu pun sebaliknya.

Maka berusalah untuk memperbaiki dan mempersiapkan diri, karena pasangan yang akan menjadi jodoh kita kelak adalah cerminan dari diri kita sendiri.

Baca Juga: Tips Menemukan Pasangan yang Tepat

Jadi jika kalian memang belum siap untuk berkomitmen saran aku sih coba perbaiki diri dulu, bisa dengan cara lebih mencintai diri sendiri, mengasah kemampuan diri, dan hal lainnya yang bisa mengembangkan diri kamu.

Kalau memang susah untuk kamu cari tau sendiri, aku ada solusi nih untuk kamu agar bisa berkembang setiap harinya.

Caranya bisa dengan merencanakan tujuan hidupmu dan pasangan. Kamu dan pasanganmu bisa mencoba bersama-sama memahami tujuan hidup masing-masing dan pada akhirnya bisa saling mengerti satu sama lainnya. Kamu juga bisa nih konsultasi ke mentor dengan ikut layanan mentoring Satu Persen jika kamu merasa butuh bantuan dalam hal komitmen.

Atau, kamu dan pasanganmu juga bisa ikut Kelas Online Satu Persen. Klik gambar di bawah ini, ya!

Komitmen dan Tujuan Hidup Bersama

Segitu dulu dari aku, akhir kata aku mau mengingatkan, hidup bukan perlombaan yang segala sesuatunya harus berjalan bercepatan. Sukses, menikah, wisuda, punya anak dan lainnya semua punya waktunya masing-masing.

Kenalilah diri kamu dan jadilah standar versi terbaik diri kamu bukan standar terbaik menurut versi orang lain.

Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana menemukan versi terbaik dirimu, tonton video Satu Persen di bawah ini.

Aku harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat kamu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Thanks!

komitmen kunci suatu hubungan

Referensi

Ahmetoglu G, Swami V, & Chamorro-Premuzic T. (2008). The relationship between dimensions of love, personality, and relationship length. Arch Sex Behave. (39): 1181-1190.

Sternberg, R J. (1986). A triangular theory of love. Psychological Review 1986. 93 (2): 119-135

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.