Counterfactual Thinking: Cara Mengatasi Overthinking Terhadap Masa Lalu

Pemahaman Diri
Anggreliani Utami
5 Feb 2022
counterfactual thinking: cara mengatasi overthinking terhadap masa lalu
Satu Persen - Counterfactual Thinking

Pernah nggak sih saat sedang terdiam, tiba-tiba aja pikiranmu flashback  ke peristiwa-peristiwa di masa lalu? Kemudian kepalamu seakan-akan memainkan berbagai macam skenario yang mungkin bisa mengubah kenyataan yang sesungguhnya.

Kamu bertanya-tanya pada diri sendiri, "Apa yang mungkin terjadi seandainya waktu itu aku melakukan hal yang berbeda? Akankah menjadi lebih baik? Atau malah lebih buruk?"

counterfactual thinking
Source: Pinterest

Dalam psikologi, kecenderungan untuk menciptakan skenario-skenario berbeda ini dikenal dengan counterfactual thinking atau pemikiran kontrafaktual.

Namun nggak hanya persoalan masa lalu, terkadang kepala kita juga dipenuhi akan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan. Contohnya, ketika kita terus-menerus memikirkan resiko dari pilihan yang kita ambil di masa kini.

Meski sadar bahwa masa lalu bukanlah hal yang bisa dikendalikan, tetap aja rasanya tuh sulit banget terlepas dari pemikiran kontrafaktual. Karena sebenarnya, pikiran kayak gini memang normal dialami banyak orang. Bahkan, sering kali muncul secara otomatis dan tanpa sadar saat seseorang mengalami peristiwa negatif.

Dalam beberapa kejadian, counterfactual thinking bisa bikin overthinking, bahkan bad mood apabila dibarengi dengan penyesalan akan realita di masa lalu yang nggak sesuai harapan.

Nah, kalau kamu merasa sering overthinking akan masa lalu, maka kamu berada di blog yang tepat. Kali ini aku Anggi, Part-time Blog Writer di Satu Persen, akan membahas tentang counterfactual thinking dan bagaimana cara mengatasi overthinking terhadap masa lalu. Yuk, kita simak ulasannya!

Apa itu Counterfactual Thinking?

apa itu counterfactual thinking
Source: Center for Advanced Hindsight

Penelitian psikologis mengenai counterfactual thinking dimulai pada awal 1980-an. Hal ini dipicu oleh kesadaran bahwa penting bagi manusia untuk memahami masa lalu dan memprediksi masa depan.

Counterfactual secara harfiah berarti kontras atau berlawanan dengan faktanya. Apabila didefinisikan, counterfactual thinking adalah kecenderungan untuk berpikir tentang kemungkinan atau konsekuensi berbeda dari peristiwa yang telah atau akan terjadi.

Pemikiran ini sering kali muncul dalam skenario-skenario “What if”. Contohnya ketika kamu membayangkan apa yang mungkin bakal terjadi saat ini seandainya waktu itu kamu melakukan hal yang berbeda.

Nah, kebiasaan ini bisa sangat mempengaruhi emosi, keyakinan, dan perilaku seseorang. Dalam beberapa kasus, counterfactual thinking bisa buat kita jadi lebih bersyukur dan belajar dari kesalahan, seperti saat berhasil lolos dari musibah.

Namun, di sisi lain, counterfactual thinking bisa sangat menyakitkan. Ini karena saat hal-hal di hidup kita nggak berjalan sesuai harapan, biasanya muncul emosi negatif berupa rasa penyesalan. Contohnya adalah saat kamu berpikir bahwa kecelakaan tragis nggak akan menimpa sahabatmu apabila kamu mengingatkannya untuk memakai sabuk pengaman.

Lantas, apa pemicu counterfactual thinking?

pemicu counterfactual thinking
Source: Pinterest

Setidaknya ada tiga keadaan yang bisa membuat seseorang mengalami pemikiran kontrafaktual. Tiga keadaan itu adalah adanya situasi yang mengecewakan, peristiwa yang nyaris terjadi, dan realita yang nggak sesuai harapan.

Walau begitu, pemicu paling umum dari counterfactual thinking adalah peristiwa yang mengecewakan. Dalam hal ini maksudnya kebiasaan merenungkan pertanyaan-pertanyaan tentang gimana peristiwa buruk bisa dihindari kalau aja kita mengambil jalan yang berbeda.

Coba Juga:  Tes Overthinking (Rumination)

Jenis-jenis Counterfactual Thinking

Neal J. Roese, seorang psikolog dari Northwestern University, menyatakan bahwa setidaknya ada 2 jenis counterfactual thinking berdasarkan arah perbandingannya. Dua jenis itu adalah upward counterfactual dan downward counterfactual.

jenis-jenis counterfactual thinking
Source: Memebase

Upward counterfactual adalah pemikiran tentang gimana situasi bisa menjadi lebih baik. Misalnya, seorang yang merasa gagal dalam karirnya mungkin berpikir: “Seandainya aku mengambil pekerjaan lain 10 tahun yang lalu, hidupku pasti akan jauh lebih baik”. Dalam hal ini, kamu berpikir bahwa hidup kamu bisa jadi lebih baik apabila melakukan pilihan yang berbeda.

Sebaliknya, downward counterfactual adalah pemikiran tentang gimana situasi bisa menjadi lebih buruk dari kenyataannya. Misalnya, saat kamu berhasil datang tepat waktu ke sekolah, kamu mungkin berpikir: “Untung aja tadi aku nggak lewat jalan biasa, kalau nggak aku akan terlambat". Di sini, kamu melihat gagasan bahwa kalau membuat pilihan yang berbeda, hidup kamu nggak akan sebaik saat ini.

Sisi Positif dan Negatif dari Counterfactual Thinking

Sebetulnya, counterfactual thinking bisa sangat menguntungkan kalau kita nggak terus-menerus terjebak dalam pola pikir “what if”. Karena pola pikir tersebut cenderung membuat kita terlalu fokus akan masa lalu. Yang mana segala sesuatunya udah berlalu dan nggak bisa diubah.

Downward counterfactual, misalnya, bisa buat kamu jadi lebih bersyukur, sekaligus menenangkan diri kamu secara emosional. Maksudnya, dengan menyadari bahwa situasinya bisa aja lebih buruk, kita jadi merasa lega karena sudah berhasil menghindarinya.

Upward counterfactual juga bisa sangat bermanfaat. Salah satunya adalah bisa buat kamu terus berkembang menjadi lebih baik. Contoh, saat kamu kejebak macet di satu rute, kamu jadi sadar kalau kamu harus mencari rute lain yang lebih lancar. Kamu jadi belajar dari pengalaman, kan?

sisi positif dan negatif counterfactual thinking
Source: Dopl3r

Tapi, sisi negatifnya adalah upward counterfactual bisa sangat menyakitkan. Sebuah studi menemukan bahwa membayangkan “hasil yang lebih baik” berkaitan dengan penyesalan, dan ini berkaitan dengan gangguan depresi. Rasa sesal akan realita yang nggak sesuai harapan juga kadang bisa buat bad mood, pesimis, dan hilang motivasi.

Baca Juga: Penyesalan Tidak Selamanya Buruk: Cara Memaafkan Diri Sendiri

Cara Mengatasi Overthinking akan Penyesalan di Masa Lalu

Lantas, gimana cara mengatasi overthinking akan penyesalan di masa lalu?

Berikut hal-hal yang bisa kamu lakukan:

1.Menerima kesalahan dan kenyataan

Mengatasi overthinking karena masa lalu bisa kamu mulai dengan menerima bahwa kamu adalah manusia yang nggak sempurna dan nggak luput dari kesalahan. Mulailah belajar untuk memaafkan diri sendiri. Kamu nggak bisa terus-menerus tenggelam dalam penyesalan karena waktu akan terus berjalan. Karenanya, akan lebih baik kalau kamu fokus ke masa depan dan memanfaatkan waktumu untuk hal-hal yang lebih baik.

menerima kesalahan dan kenyataan
Source: @Tinnzac

2. Jadikan kegagalan sebagai sarana untuk berkembang

Dengan munculnya counterfactual thinking saat kamu mengalami kegagalan, hal ini secara nggak langsung menyadarkan di mana letak kesalahanmu. Maka dari itu, jadikan kegagalan ini sebagai sarana untuk berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik setidaknya satu persen dari hari sebelumnya.

3. Belajar hal-hal praktikal yang bisa mengurangi kebiasaan overthinking

Sebenarnya nggak ada salahnya kalau kita memikirkan suatu hal. Tapi  jangan sampai berlebihan hingga membuat kamu cemas dan overthinking. Karena kebiasaan ini juga kurang baik untuk kesehatan.

Maka dari itu, coba untuk mulai mengenal lebih dalam lagi perihal overthinking dan cara menghilangkan  kebiasaan ini. Salah satunya dengan baca blog ini: Arti Overthinking: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Selain itu, supaya semakin paham tentang counterfactual thinking, kamu bisa coba tonton video di bawah ini, nih. Video ini juga telah merangkum secara jelas mengenai counterfactual thinking dan cara menghindari overthinking karena penyesalan di masa lalu.


Namun, apabila kebiasaan ini udah mengganggu banget, mungkin kamu bisa coba mencari bantuan para mentor ahli di Satu Persen. Mereka akan membimbing untuk benar-benar keluar dari kebiasaan overthinking dan terbebas dari penyesalan di masa lalu. Nggak cuma itu, kamu juga bisa belajar untuk mengenal diri kamu melalui berbagai psikotes dan worksheet yang akan kamu dapatkan.

Caranya kamu bisa klik gambar di bawah ini:

CTA-Blog-Mentoring-5-5

Nah, berakhir sudah pembahasanku mengenai counterfactual thinking. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di tulisanku yang berikutnya, ya!

Referensi:

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.