Halo Perseners! Apa kabar? Kembali lagi dengan aku, Anggi, Part-time Blog Writer Satu Persen.
Peralihan ke era new normal tentu nggak mudah bagi sebagian orang. Kita yang sudah terkurung hampir setahun penuh di rumah selama pandemi mungkin akan mengalami kesulitan dan muncul rasa takut untuk kembali menjalani kehidupan sehari-hari di luar rumah. Aku pun begitu. Rasanya seperti sulit bagiku untuk berbicara dengan orang yang bahkan aku kenal dekat karena mulai terbiasa berkomunikasi lewat media sosial aja.
Baca Juga: 11 Bulan Pandemi: Negatif Corona, Positif Gangguan Kecemasan?
Nah, belum lama ini aku menyaksikan salah satu film Netflix garapan produser terkenal Joe Wright yang berjudul The Woman in the Window.
Mungkin kalian udah nggak asing dengan film yang satu ini. Nggak cuma dibintangi oleh berbagai aktris dan aktor besar seperti Amy Adams, Gary Oldman, dan Julianne Moore, tapi The Woman in The Window juga merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel laris dengan judul yang sama milik A. J. Finn, sang penulis novel The Girl on the Train.
The Woman in the Window adalah sebuah film psikologi bergenre misteri thriller yang menceritakan tentang Anna Fox (Amy Adams), seorang psikolog anak yang menderita suatu kondisi di mana ia mengalami kecemasan yang luar biasa saat berada di luar rumah.
Mungkin serupa dengan apa yang kita rasakan selama pandemi ini, Anna juga merasa cemas saat berada di luar rumah. Bedanya, kadar cemas yang ia rasakan sudah berlebihan sampai-sampai mengganggu kehidupan sehari-harinya. Sejak mengalami kecelakaan mobil, Anna berhenti untuk keluar rumah dan cuma berani menyaksikan kehidupan tetangga-tetangganya dari balik jendela rumahnya. Hal ini terjadi karena ia mengidap apa yang dikenal dengan Agoraphobia.
Sebagian dari kalian mungkin jarang atau bahkan nggak pernah mendengar tipe gangguan kecemasan yang satu ini. Padahal, agoraphobia termasuk salah gangguan mental yang nggak bisa disepelekan, lho.
Maka dari itu, di tulisanku kali ini, aku akan menjelaskan lebih dalam beberapa hal mengenai agoraphobia supaya lebih paham dan lebih aware dengan gangguan mental yang satu ini. Jadi, simak baik-baik ya, ulasannya!
Apa Itu Agoraphobia?
Agoraphobia adalah tipe gangguan kecemasan di mana seseorang merasa takut dan menghindari tempat atau situasi yang dapat menyebabkan rasa panik, tak berdaya, atau malu.
Kecemasan ini muncul karena adanya rasa takut akan terjebak dalam situasi yang membuat penderitanya nggak mampu untuk melarikan diri atau mendapatkan pertolongan saat rasa cemas meningkat. Kebanyakan orang yang menderita agorafobia pernah mengalami satu atau lebih dari serangan panik. Sehingga, mereka menganggap bahwa dunia luar nggak aman dan menghindari tempat-tempat di mana serangan panik mungkin akan terjadi lagi.
Sederhananya, individu dengan agoraphobia takut untuk meninggalkan lingkungan yang mereka anggap aman. Nah, rumah seringkali menjadi salah satu tempat teraman bagi mereka. Hal ini membuat penderitanya nggak mau meninggalkan rumah selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Meski begitu, bukan nggak mungkin bagi pengidap agoraphobia untuk berada di situasi yang mereka takuti. Hal ini bisa aja terjadi, tapi mereka akan merasakan kecemasan yang luar biasa. Jadi, akan lebih mudah bagi mereka apabila ada seseorang, seperti teman atau keluarga, yang menemani mereka.
Lantas apa penyebab agoraphobia?
Penyebab Agoraphobia
Hingga saat ini, penyebab agoraphobia belum diketahui secara pasti. Namun, dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) American Psychiatric Association, manual diagnostik yang digunakan oleh psikiater, psikolog dan profesional kesehatan mental lainnya, ada dua jenis agorafobia, yakni agorafobia dengan riwayat gangguan panik dan agorafobia tanpa riwayat gangguan panik.
Seperti yang disinggung sebelumnya, banyak kasus yang menunjukkan bahwa agorafobia berkembang karena seseorang mengalami serangan panik dalam situasi atau lingkungan tertentu.
Tetapi, seseorang kadang dapat mengembangkan gejala agorafobia meskipun tidak memiliki riwayat gangguan panik atau serangan panik. Jenis agorafobia ini dapat dipicu oleh sejumlah ketakutan irasional (fobia) yang berbeda, seperti ketakutan akan:
- Menjadi korban kejahatan kekerasan atau serangan teroris jika meninggalkan rumah.
- Terinfeksi oleh penyakit serius jika mengunjungi tempat-tempat ramai.
- Melakukan sesuatu secara tidak sengaja yang akan mengakibatkan kamu dipermalukan atau mempermalukan diri sendiri di depan orang lain
Nggak cuma itu, peristiwa traumatik, seperti kehilangan orang yang dicintai, dan gen yang diwarisi orang tua juga dapat berkontribusi terhadap agorafobia.
Nah, kalau Anna Fox di film ini mulai mengalami gejala agorafobia tepat setelah ia mengalami kecelakaan mobil. Jadi, udah kebayang kan Anna masuk ke tipe yang mana?
Apa Gejala Agoraphobia?
Banyak yang berasumsi bahwa agoraphobia itu sesimpel rasa takut akan tempat terbuka. Padahal, tipe gangguan kecemasan ini lebih kompleks. Seseorang bisa takut akan berbagai macam situasi. Misalnya, seperti Anna di film The Woman in the Window yang selalu merasa gejala panik seperti pusing saat ia akan meninggalkan rumah.
Dilansir Mayo Clinic, gejala agoraphobia termasuk ketakutan akan:
- Meninggalkan rumah sendirian.
- Berada di kerumunan atau menunggu dalam antrian.
- Ruangan tertutup, seperti bioskop, lift, atau ruangan kecil.
- Ruangan terbuka, seperti mall, tempat parkir, atau jembatan.
- Menggunakan transportasi umum, seperti bus, kereta api, taksi, atau pesawat..
Situasi-situasi ini menimbulkan panik dan perasaan cemas akan ketidakmampuan untuk melarikan diri atau mencari bantuan jika mulai merasa panik atau berada di situasi yang memalukan. Selain itu, gejala agoraphobia di antaranya adalah:
- Merasa takut atau cemas yang hampir selalu diakibatkan oleh situasi yang dianggap tidak aman.
- Ketakutan atau kecemasan yang dirasakan tidak sebanding dengan situasi berbahaya yang sebenarnya.
- Terus-menerus menghindari situasi yang dirasa tidak aman.
- Membutuhkan pendamping saat berada di situasi yang ditakutkan.
- Merasa ketakutan yang berlebihan apabila berada di situasi yang ditakutkan.
- Mengalami tekanan atau kesulitan yang signifikan akan situasi sosial, pekerjaan, atau area lain dalam hidup karena perasaan takut, cemas, dan kebiasaan menghindar.
- Fobia dan perilaku menghindar telah berlangsung selama enam bulan atau lebih.
Beberapa orang mengalami gangguan panik bersamaan dengan agorafobia. Individu dengan agorafobia merasa cemas karena berpikir tentang mengalami serangan panik lainnya. Nah, hal ini menimbulkan gejala panik saat mereka kembali ke situasi atau lingkungan yang serupa. Tanda dan gejala serangan panik ini dapat meliputi:
- Jantung berdetak cepat
- Kesulitan bernapas atau perasaan tercekik
- Nyeri atau tekanan di dada
- Sakit kepala ringan atau pusing
- Merasa gemetar, mati rasa atau kesemutan
- Keringat berlebihan
- Sakit perut atau diare
- Merasa kehilangan kendali
- Takut mati
Baca Juga: Panic Disorder: Atasi Gangguan Panik yang Ganggu Aktivitasmu
Bagaimana Cara Mengobati Agoraphobia?
Perawatan agorafobia biasanya mencakup psikoterapi dan obat-obatan. Prosesnya mungkin akan memakan waktu, tetapi terapi akan membantu kamu menjadi lebih baik.
1. Psikoterapi
Psikoterapi meminta kamu untuk bekerja sama dengan terapis untuk menetapkan tujuan dan mempelajari keterampilan praktis dalam mengurangi gejala kecemasan yang kamu rasakan. Cognitive Behavioral Therapy atau CBT adalah salah satu bentuk psikoterapi yang paling efektif untuk gangguan kecemasan, termasuk agorafobia. CBT berfokus pada mengajari kamu keterampilan khusus untuk menoleransi kecemasan dengan lebih baik, menantang kekhawatiran kamu secara langsung, dan secara bertahap mengekspos diri kamu pada situasi yang dihindari karena kecemasan.
Misalnya, berjalan-jalan di sekitar rumah bisa terasa sangat berat dan mengerikan bagi sebagian orang dengan agorafobia, jadi dokter mungkin menyarankan untuk berjalan-jalan sebentar dengan seorang teman dan membiasakan diri untuk beraktivitas di luar rumah dengan makan siang di luar.
2. Obat-obatan
Jenis antidepresan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) sering digunakan untuk mengobati agorafobia, dan terkadang obat anti-anxiety seperti benzodiazepin digunakan dalam dosis terbatas. Benzodiazepin adalah obat penenang yang dalam dosis terbatas mungkin diresepkan dokter untuk meredakan gejala kecemasan untuk sementara. Perlu diingat bahwa obat-obatan ini hanya bisa kamu dapatkan dengan resep dokter, ya.
Agoraphobia dapat sangat membatasi kemampuan kamu dalam bersosialisasi, bekerja, menghadiri acara-acara penting, bahkan sesimpel memenuhi kebutuhan hidup kamu sehari-hari seperti pergi ke supermarket.
Coba Juga: Tes Sehat Mental
Kalau kamu merasa kamu mengalami gejala-gejala agorafobia seperti yang sudah aku sebutkan di atas, penting bagimu untuk menerima perawatan sesegera mungkin dari tenaga ahli. Dengan mencari bantuan dari profesional kamu juga bisa menghindari self-diagnosis dan risiko untuk salah diagnosis yang bisa membahayakan diri kamu.
Nah, salah satu caranya adalah dengan berkonsultasi dengan psikolog Satu Persen. Dengan psikolog-psikolog profesional di Satu Persen kamu bisa bicara mengenai kondisimu dan apapun yang kamu rasakan. Mereka juga akan membantu kamu untuk menjawab semua kebingunganmu dan meningkatkan kualitas hidup kamu. Untuk informasi lengkapnya kamu bisa klik banner di bawah ini:
Buat saat ini, Satu Persen belum punya video yang fokus membahas tentang agorafobia ini. Tapi, kamu bisa coba tonton video YouTube Satu Persen tentang kecemasan sosial kalau kamu punya tendensi merasa gak nyaman buat ketemu sama orang lain. Cek videonya di bawah, ya!
Oke, akhir kata, aku Anggi, Blog-writer Satu Persen, semoga tulisan ini bermanfaat. Sampai jumpa di tulisanku berikutnya!
Referensi:
https://www.health.com/condition/anxiety/what-is-agoraphobia
https://www.therecoveryvillage.com/mental-health/agoraphobia/
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/agoraphobia/symptoms-causes/syc-20355987
https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/agoraphobia/overview/