Tips Mengatasi Burnout dan Stres Akibat Tekanan Kerja

Adaptasi
Product Satu Persen
28 Des 2023

Halo, Perseners!  Pernahkah lo ngalamin yang  namanya burnout akibat tekanan kerja? Tahukah lo, di era yang serba cepat dan penuh tuntutan ini, burnout bukan cuma jadi bumbu percakapan, tapi udah jadi kenyataan yang dihadapi banyak orang.

Pernah nggak sih lo merasa capek yang nggak cuma fisik? Itulah yang disebut dengan burnout. Burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebih dan berkepanjangan. Ini terjadi saat seseorang merasa kewalahan, kehabisan energi emosional, dan nggak mampu memenuhi tuntutan yang terus-menerus.

Burnout gak hanya muncul dari tekanan dalam pekerja tapi juga bisa muncul dari masalah hidup lainnya. Tanda-tanda burnout ini halus di awal, tapi lama-lama makin parah. Beberapa gejalanya termasuk kelelahan, merasa terkuras, penurunan kinerja, dan sikap negatif terhadap diri sendiri maupun orang lain. Burnout juga bisa menyebabkan gejala fisik seperti masalah perut atau usus, sakit kepala tegang, dan perubahan nafsu makan.

Penting untuk mengenali tanda-tanda burnout dan mengambil langkah untuk mengatasinya.

Cara menghadapi burnout ini beragam, mulai dari membuat rutinitas harian yang bermakna, menciptakan dan menjaga batasan, sampai mencari dukungan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan. Jika dibiarkan, burnout bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius seperti depresi.

Dampak Burnout Akibat Tekanan Kerja dalam Produktivitas Sehari-hari

Setelah mengenal lebih dalam tentang burnout, yuk kita bahas dampaknya dalam kehidupan kerja kita sehari-hari. Gue yakin, ini bakal buka mata lo tentang betapa pentingnya mengelola stres di tempat kerja.

  • Produktivitas Menurun

Burnout bisa menyebabkan peningkatan absensi, produktivitas yang lebih rendah, dan pergantian karyawan yang lebih tinggi. Ini semua berdampak langsung pada garis bawah perusahaan. Burnout di tempat kerja ditandai dengan kelelahan emosional dan fisik akibat stres pekerjaan dan/atau pribadi, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja kita.

- Hilangnya Antusiasme dan Keterlibatan

Burnout bisa membuat seseorang kehilangan semangat dan keterlibatan dalam pekerjaannya. Ini bisa berujung pada apati, pikiran negatif, dan insomnia, yang semua bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang di luar pekerjaan.

  • Gangguan Memori dan Proses Kognitif

Burnout juga dapat merusak memori jangka pendek, perhatian, dan proses kognitif lain yang penting untuk aktivitas kerja sehari-hari. Penting untuk memahami bagaimana burnout dapat mempengaruhi kemampuan kognitif kita.

  • Gejala Fisik dan Emosional yang Mendalam

Selain itu, gejala fisik dan emosional dari burnout, seperti stres berlebih, kelelahan, dan peningkatan risiko untuk penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, dapat berdampak mendalam pada kesejahteraan keseluruhan seseorang. Penting bagi kita untuk menyadari efek jangka panjang dari burnout.

Bagaiman Burnout Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental?

Perseners! Kita udah bahas tentang dampak burnout terhadap produktivitas kerja, tapi gimana dengan efeknya terhadap kesehatan mental kita? Mari kita dalami lebih jauh.

1. Kelelahan Emosional, Mental, dan Fisik

Burnout bisa menyebabkan kelelahan emosional, mental, dan fisik, yang berkontribusi pada perasaan putus asa, penarikan diri, depresi, dan kecemasan. Ini adalah efek yang serius dan perlu diperhatikan.

2. Empati dan Simpati Berkurang

Kita yang mengalami burnout mungkin memiliki kemampuan empati dan simpati yang berkurang. Ini mempengaruhi interaksi dengan orang lain, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.

3. Pandangan Negatif dan Sinisme

Burnout juga bisa menyebabkan pandangan hidup yang negatif atau sinis, mempengaruhi perspektif dan sikap seseorang terhadap segala hal.

4. Status Kesehatan Mental Terganggu

Penelitian menunjukkan bahwa burnout dikaitkan dengan peningkatan depresi, kecemasan, masalah tidur, gangguan memori, dan gejala fisik seperti nyeri leher dan punggung. Ini menunjukkan betapa pentingnya mengatasi burnout untuk menjaga kesehatan mental.

5. Dampak pada Pengambilan Keputusan dan Rentang Perhatian

Burnout dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk, rentang perhatian yang pendek, dan kurangnya motivasi, mempengaruhi fungsi kognitif dan kinerja kerja.

6. Hubungan dengan Depresi dan Kecemasan

Adanya hubungan signifikan antara burnout dengan depresi dan kecemasan, menandakan hubungan yang saling terkait antara burnout dan kondisi kesehatan mental.

Dari semua yang kita bahas, jelas bahwa burnout memiliki dampak multifaset terhadap kesehatan mental kita. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali tanda-tanda burnout dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Cara Mengatasi Burnout dan Stres Akibat Tekanan Kerja

Setelah memahami dampak burnout terhadap kesehatan mental, saatnya kita belajar cara mengatasinya. Berikut ini beberapa strategi untuk mencegah dan mengatasi burnout akibat tekanan kerja.

1. Bekerja dengan Tujuan

Menyelaraskan pekerjaan dengan nilai dan tujuan pribadi bisa membantu menemukan makna dan motivasi dalam tugas sehari-hari. Ini membantu kita merasa lebih terhubung dan puas dengan pekerjaan kita.

2. Analisis Pekerjaan

Melakukan penilaian terhadap tuntutan dan sumber daya pekerjaan dapat membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan mengelola beban kerja dengan lebih baik.

3. Perawatan Diri dan Manajemen Stres

Melibatkan diri dalam olahraga teratur, teknik relaksasi, dan aktivitas pengurangan stres sangat penting untuk menjaga kesejahteraan.ini membantu menjaga keseimbangan mental dan fisik.

4. Membangun Batasan

Membuat pemisahan yang jelas antara kehidupan kerja dan pribadi sangat penting untuk mencegah stres kerja merembes ke waktu pribadi kita.

5. Mencari Dukungan Sosial

Terhubung dengan rekan kerja, teman, atau keluarga untuk dukungan emosional dan kolaborasi bisa sangat membantu.Sangat penting untuk mecari dukungan sosial dalam mengatasi stres kerja.

6. Dukungan Kepemimpinan dan Organisasi

Mendukung kepemimpinan positif, budaya kerja yang adil, dan kebijakan organisasi yang mendukung kesejahteraan karyawan dapat mencegah burnout.

Dengan menerapkan strategi ini, kita bisa secara proaktif mencegah dan efektif mengatasi burnout akibat tekanan kerja, mempromosikan kesejahteraan dan produktivitas secara keseluruhan.

Kesimpulan

Perseners! Kita telah mengetahui, bahwa burnout sebagai kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres berlebihan dan berkepanjangan. Ini terjadi ketika kita merasa kewalahan dan kehabisan tenaga, baik secara emosional maupun fisik.

Memahami gejala burnout sangat penting. Gejala burnout bisa beragam, mulai dari kelelahan, perasaan terkuras, penurunan kinerja, sikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain, hingga gejala fisik seperti masalah pencernaan, sakit kepala tegang, dan perubahan nafsu makan.

Ketika gejala-gejala ini mulai mengganggu kehidupan sehari-hari dan kinerja kerja, kita butuh bantuan untuk mengatasinya. Buat lo yang butuh bimbingan dan bantuan untuk mengatasi burnout, lo bisa mengikuti layanan konseling yang akan membantu lo memahami penyebab masalah dan memberikan solusi yang terbaik. Dengan konseling, lo juga bisa mengidentifikasi pemicu burnout dalam kehidupan dan belajar teknik manajemen stres dan relaksasi, membuat rencana aksi untuk mengelola stres dan mencegah burnout di masa depan.

Jangan biarkan burnout mengambil alih kehidupan lo. Yuk, klik di sini untuk mendaftar dan mendapatkan bantuan profesional dalam mengatasi burnout! Ingat, meminta bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Jadikan konseling sebagai investasi untuk kesehatan mental dalam menemukan kembali keseimbangan dan kebahagiaan dalam hidup.

Referensi:

  1. Halbesleben, J. R., & Buckley, M. R. (2004). Burnout in organizational life. Journal of Management.
  2. Maslach C, Leiter MP. (1997). The truth about burnout. San Francisco
  3. Freudenberger HJ. (1974). Staff burn-out. Journal of Social Issues.
  4. World Health Organization. (2019).Burnout an "occupational phenomenon": International Classification of Diseases.
  5. Shoss, M. (2022). Employers need to focus on workplace burnout: Here's why. American Psychological Association.
  6. Montero-Marín, J., García-Campayo, J., Andrés, E., Ibáñez, V., López del Hoyo, Y., & Gascón, S. (2019). A new definition of burnout syndrome based on Farber's proposal. Journal of Occupational Medicine and Toxicology.
  7. Maslach, C., & Jackson, S. E. (1981). The measurement of experienced burnout. Journal of Organizational Behavior.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.