Halo Perseners! Balik lagi sama aku Tiffani sebagai Blog Writer di Satu Persen.
Saat tahun baru, biasanya banyak orang membuat resolusi tahun baru. Resolusi tahun baru ini bertujuan untuk membangun kebiasaan baik dan menghilangkan kebiasaan buruk. Contohnya, memulai hidup sehat, menjadi lebih produktif, atau mengurangi main media sosial.
Membentuk sebuah resolusi yang bisa menjadi kebiasaan ini dapat memberikan banyak keuntungan. Salah satunya, kita jadi bisa melakukan suatu perilaku secara otomatis tanpa perlu mengerahkan energi fisik dan mental yang terlalu besar. Hal ini juga memungkinkan kita untuk mencapai tujuanmu seperti lebih produktif dan lebih sehat.
Masalahnya, membentuk kebiasaan ini cukup tricky dan membutuhkan konsistensi. Menurut penelitian yang dilakukan di Edith Cowan University, resolusi tahun baru milik kebanyakan orang cuma bertahan sampai beberapa minggu aja. Penelitian lainnya juga mengatakan kalau cuma 8% orang yang berhasil menjalankan resolusi tahun barunya. Sayang sekali ya. Supaya kamu bisa membuat kebiasaan baru ini bertahan lama, simak tulisannya sampai selesai, ya!
Alasan Kenapa Kebiasaan Baru Kamu Gagal
Ada beberapa alasan kenapa proses membentuk kebiasaan baru kamu bisa gagal. Lalu apa aja sih alasannya?
1.Tujuan yang gak spesifik dan realistis
Alasan kenapa tujuan kamu sering gagal adalah karena tujuan tersebut gak spesifik. Contohnya, kamu memiliki tujuan untuk rutin berolahraga di tahun baru. Nah, sayangnya tujuan ini sebenarnya masih terlalu umum karena belum memiliki detail yang jelas. Tolak ukur “rajin” di sini berapa kali dalam seminggu? Berapa menit kamu akan olah raga?
Di sisi lain, tujuan kamu mungkin gagal karena gak realistis. Misalnya kamu bikin goals untuk workout 30 menit, lima hari dalam seminggu. Kalau baru pemula dalam workout, tentu wajar merasakan kewalahan dan gampang capek. Oleh karena itu, tujuan tersebut kurang realistis karena gak mempertimbangkan kemampuanmu saat ini.
Kamu bisa mulai belajar membuat tujuanmu jadi spesifik dengan metode SMART. SMART ini merupakan kepanjangan dari Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Time-Bound. Metode ini membantu membuat tujuanmu jadi konkret, dapat terukur, realistis dan dibatasi waktu agar kamu lebih terarah untuk mencapainya.
2. Prokrastinasi yang mengarah jadi “bolos”
Alasan berikutnya kenapa tujuan kamu selalu gagal adalah sering melakukan prokrastinasi atau menunda-nunda melakukan perilaku tersebut. Hal ini biasa terjadi ketika kamu lagi sibuk atau memang gak bersemangat.
Prokrastinasi yang akhirnya jadi absen ini dapat membuat orang-orang berujung menyerah untuk melanjutkan. Hal ini karena dasar pemikiran bahwa mereka sudah “gagal” sehingga pesimis untuk melanjutkan lagi perilaku tersebut.
Baca juga: Cara Menghilangkan Kebiasaan Menunda (Menghentikan Kebiasaan Prokrastinasi)
3. Fokus pada “menghilangkan” kebiasan buruk
Resolusi tahun baru yang sering dibuat bertujuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Misalnya berhenti merokok, mengurangi makan junk food, atau menghilangkan adiksi sosial media.
Sebetulnya tujuan ini tidaklah salah. Akan tetapi, sebuah riset menunjukkan bahwa tujuan menghilangkan kebiasaan buruk cenderung kurang efektif dibandingkan tujuan membangun kebiasaan baik. Hal ini karena tujuan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dinilai kurang jelas dan tidak menyelesaikan akar masalah.
Contohnya kebiasaan mengigit kuku saat sebelum presentasi merupakan coping terhadap perasaan cemas. Nah, kalau kamu berniat menghilangkan kebiaasan burukmu mengigit kuku, kamu perlu menggantinya dengan kebiasaan lain yang lebih positif untuk mengatasi rasa cemas nggak jelas.
Kamu juga bisa menonton video berikut ini untuk belajar bagaimana caranya mengurangi kebiasaan buruk.
Tips Membangun Kebiasaan Baru yang Bertahan Lama
Nah, Perseners tadi sudah mengetahui beberapa alasan kenapa membangun kebiasaan baru biasanya gagal. Lalu gimana caranya membangun kebiasaan yang bisa bertahan lama? Nah, berikut aku rangkum beberapa cara membuat kebiasaan baru yang bisa bertahan lama.
1.Identifikasi Kebiasaan Kamu Saat Ini
Kalau baru mau memulai suatu kebiasaan, coba identifikasi atau kenali dahulu bagaimana kamu melakukan kebiasaan itu. Lalu, pahami juga faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan tersebut. Misalnya, tujuan kamu adalah membangun kebiasaan bangun pagi, lakukan analisis waktu dan durasi tidur kamu. Bisa jadi kamu sulit bangun pagi karena terlalu sering begadang.
2. Buat Kebiasaan yang Spesifik dan Realistis
Agar tujuanmu bisa tercapai dan bertahan lama, buatlah kebiasaan tersebut menjadi spesifik dan realistis (tujuan yang bisa dicapai). Misalnya, kamu ternyata baru bisa workout selama 15 menit, maka cukup tetapkan kebiasaan workout 15 menit dalam sehari. Lalu, kamu akan workout di jam 5 sore setelah selesai bekerja. Jam 5 sore akan identik dengan waktu olahraga sehingga otakmu akan otomatis menyuruhmu otak melakukan workout.
3. Buat Kebiasaan Ini Mudah Dilakukan
Workout 15 menit di rumah setiap hari lebih mudah dilakukan daripada harus bepergian ke gym sambil melewati kemacetan setelah bekerja. Buat kebiasaan ini lebih mudah dilakukan agar bisa bertahan lama. Pasalnya, tubuh dan otak kita dirancang untuk menghemat energi. Oleh karena itu, ada kemungkinan kita cenderung malas untuk melakukan sesuatu yang sulit.
Baca juga: 5 Cara Menentukan Prioritas Supaya Terhindar dari The Mere Urgency Effect
4. Konsisten adalah koentji
Sesuatu akan menjadi kebiasaan (habit) kalau kamu melakukannya secara berulang-ulang dan konsisten. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa perilaku akan menjadi kebiasaan kalau dilakukan selama 21 hari berturut-turut. Sementara, ada penelitian lain yang mengatakan berbeda yaitu 12 minggu untuk bisa membangun kebiasaan. Hal ini berbeda karena menyesuaikan dengan perilaku apa yang ingin dibangun dan menyesuaikan dengan masing-masing orang.
Kamu bisa menggunakan habit tracker untuk membantu menjalani kebiasaan yang tetap konsisten. Kamu bisa menggunakan aplikasi di handphone kamu atau membuat tabel dengan checklist setelah selesai melakukan kebiasaanmu. Hal ini bertujuan agar kamu bisa memantau tiap progress-mu.
5. Fleksibel
Mungkin ada masanya di mana kamu sedang sibuk atau tidak bersemangat dalam melakukan resolusimu. Saat hal ini terjadi, lebih baik sesuaikan rutinitas kamu dengan keadaanmu saat itu. Daripada tidak workout sama sekali, kamu dapat menyesuaikan durasi workout-mu dari 15 menit menjadi 5 menit. Atau kalau kamu sedang tidak berenergi untuk olahraga kardio, kamu bisa menggantinya menjadi olahraga lain.
Membentuk kebiasaan memang membutuhkan komitmen dan konsistensi, Perseners. Namun, kebiasaan ini bisa dimulai sedikit demi sedikit. Kamu juga bisa mengembangkan potensi dirimu agar lebih produktif dengan mencoba mengikuti Tes Tipe Produktivitas ini.
Selain itu, kalau Perseners masih bingung cara membangun kebiasaan positif atau meninggalkan kebiasaan buruk, langsung ikut Mentoring Satu Persen aja. Perseners dapat berkonsultasi dengan mentor yang terlatih untuk menemukan solusi permasalahan. Selain itu, Perseners juga bisa mendapatkan psikotes untuk dapat lebih mengenal diri sendiri. Klik banner di bawah ini untuk informasi lebih lengkapnya ya.
Sekian tuliskanku kali ini. Aku berharap Perseners bisa menerapkan tips yang aku berikan agar bisa lebih produktif dan bisa #HidupSeutuhnya. Sampai jumpa di tulisanku selanjutnya!
Referensi
Clear, J. (2018). Atomic habits: tiny changes, remarkable results: an easy & proven way to build good habits & break bad ones. Avery.
Dickson, J. M., Moberly, N. J., Preece, D., Dodd, A., & Huntley, C. D. (2021). Self-regulatory goal motivational processes in sustained new year resolution pursuit and mental wellbeing. International journal of environmental research and public health, 18(6), 3084. Retrieved January 20th from https://www.mdpi.com/1660-4601/18/6/3084/htm
Luciani, J. (2015). Why 80 Percent of New Year's Resolutions Fail. Retrieved January 21st from https://health.usnews.com/health-news/blogs/eat-run/articles/2015-12-29/why-80-percent-of-new-years-resolutions-fail
Oscarsson, M., Carlbring, P., Andersson, G., & Rozental, A. (2020). A large-scale experiment on New Year’s resolutions: Approach-oriented goals are more successful than avoidance-oriented goals. PLoS One, 15(12), e0234097. Retrieved January 20th from https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0234097