Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Gue mau nanya nih guys ke kalian, khususnya buat orang-orang yang secara seksual aktif, kalian pernah gak sih ngerasa kalau sehabis melakukan masturbasi, menonton konten pornografi, dan yang lainnya selalu merasa kalau itu semua tuh kurang? Atau lebih parahnya lagi kalian jadi menyimpan banyak sekali konten pornografi di smartphone kalian?
Nah, kalau dari beberapa hal yang gue sebutkan di atas ternyata lagi kalian alami, mungkin ini yang harus diwaspadai nih, Perseners. Waspada karena mungkin ini bisa saja perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual.
Karena lagi ngomongin tentang compulsive sexual behavior nih, di artikel kali ini gue akan membahas seputaran tentang compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Jadi simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo, selamat membaca.
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Sexual Consent: Hal yang Wajib Dibicarakan Sebelum Berhubungan
So, Compulsive Sexual Behavior Itu Apa?
Ada banyak jenis gangguan seksual yang bisa menyerang seseorang. Salah satu yang paling berbahaya adalah compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Kenapa sih gangguan ini dapat dibilang paling berbahaya? Karena orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sering mengalami kesulitan mengendalikan gairah seksual mereka. Selain itu, untuk mencapai kepuasan seksual juga gak mudah, dan mereka kehilangan keinginan untuk memiliki hubungan pribadi dengan siapa pun selain yang berhubungan seks.
Meskipun gak pernah ada bukti bahwa compulsive sexual behavior atau hiperseksual menyerang sejak lahir atau disebabkan oleh faktor genetik, itu gak berarti bahwa kemungkinan serangan compulsive sexual behavior atau hiperseksual ini minimal, Perseners.
Menurut data dari Medical News, Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengategorikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM 5). Gangguan ini didefinisikan sebagai gangguan impuls, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengontrol dorongan seksual yang intens dan berulang.
Baca juga: Hubungan Seksual Sebelum Menikah: Perspektif Satu Persen
Lalu, Gejalanya Apa Aja, Sih?
Orang dengan gangguan ini memiliki perilaku seksual yang kompulsif dan beragam. Beberapa orang mungkin mengalami dorongan yang sangat kuat untuk masturbasi dan merasakan dorongan untuk berhubungan seks dengan beberapa pasangan yang berbeda pada hari yang sama.
Menurut MayoClinic, berikut merupakan beberapa tanda seseorang adalah compulsive sexsual behavior atau hiperseksual:
- Memiliki fantasi, dorongan, dan perilaku seksual yang intens dan berulang
- Mendesak untuk terlibat dalam perilaku seksual tertentu, tetapi merasa bersalah atau menyesal setelah melepaskannya
- Kesulitan mengurangi atau mengendalikan fantasi, dorongan, dan perilaku seksual
- Perilaku seksual kompulsif sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah seperti kesepian, depresi, kecemasan, atau stres
- Kemungkinan menularkan penyakit menular seksual kepada orang lain, mengganggu hubungan sosial, masalah aktivitas sehari-hari, kesulitan keuangan, masalah hukum
- Kesulitan mengembangkan dan memelihara hubungan yang sehat dan stabil dengan orang lain.
Penyebab Seseorang Mengalami Compulsive Sexual Behavior
Meskipun penyebab compulsive sexual behavior atau hiperseksual gak ditemukan di DSM-5 dan belum dipahami dengan baik, para ahli kesehatan mental di Amerika menyarankan bahwa compulsive sexsual behavior atau hiperseksual dapat disebabkan oleh stres yang berlebihan, gangguan mental, dan perubahan suasana hati.
Kemudian, pengalaman traumatis yang dialami semasa kecil atau remaja terwujud, yang dapat diakibatkan oleh kekerasan fisik, emosional atau seksual juga bisa menjadi penyebabnya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dan mendorong seseorang untuk menjadi hiperseksual adalah ketidakseimbangan hormon Androgen. Androgen adalah hormon seks yang memengaruhi libido.
Ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon androgen, hal tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang menjadi compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Senyawa kimia di otak juga ditengarai menjadi penyebab compulsive sexsual behavior atau hiperseksual.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan compulsive sexual behavior atau hiperseksual mungkin memiliki perbedaan neurokimia di pusat otak. Bahan kimia ini dilepaskan selama hubungan seksual dan menciptakan kecanduan yang mirip dengan penggunaan obat-obatan atau alkohol.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Menurut data dari MayoClinic, gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual dapat diobati dengan psikoterapi dan penggunaan obat-obatan. Tujuan pengobatan adalah untuk membantu pasien mengendalikan impuls mereka, mengurangi perilaku berlebihan, dan berpartisipasi dalam aktivitas seksual yang sehat.
Berikut ini adalah metode yang berbeda untuk mengobati gangguan compulsive sexual behavior atau hiperseksual:
1. Penggunaan obat-obatan
Selain psikoterapi, pasien juga dapat menerima obat untuk mengontrol bahan kimia di otak yang berhubungan dengan perilaku kompulsif. Obat yang diberikan dapat berupa antidepresan, penstabil mood, atau antiandrogen untuk mengurangi efek biologis hormon seks.
2. Psikoterapi
Psikoterapi mengajak mereka yang terkena untuk berani mengatakan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Tujuan terapi adalah untuk membantu mereka mengontrol perilaku compulsive sexual behavior atau hiperseksual. Nah, psikoterapi ini sendiri di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi ini membantu pasien untuk mengidentifikasi keyakinan dan perilaku negatif dan menggantinya dengan cara yang lebih positif dan adaptif.
2. Terapi penerimaan dan komitmen
Terapi ini menekankan penerimaan pikiran dan keberanian untuk terlibat dalam aktivitas yang dapat mengalihkan pikiran dari aktivitas seksual kompulsif.
3. Terapi psikodinamik
Terapi psikodinamik berfokus pada peningkatan kesadaran pikiran dan perilaku bawah sadar. Pikiran korban menjadi persepsi baru untuk meredakan ketegangan psikologis pikiran seksual. Ketiga terapi ini dapat dilakukan secara individu, kelompok, keluarga atau pasangan.
Ingat, hanya psikolog yang dapat mendiagnosis seseorang dengan compulsive sexsual behavior atau hiperseksual. Oleh karena itu, hindari self-diagnosis, alias juga dikenal sebagai mendiagnosa diri sendiri.
Jika lo merasakan gejalanya, cobalah meminta bantuan kepada psikolog. Dengan begitu, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi gangguan yang lo miliki, sob! Misalnya dengan mengikuti layanan konseling di Satu Persen. Buat informasi lebih lengkap dan pendaftarannya, lo bisa langsung aja klik banner di bawah ini.
Jika lo masih ragu untuk mengikuti layanan konsultasi, lo dapat mencoba tes gratis dari kita terlebih dahulu. Dengan tes ini, lo akan tahu layanan konsultasi mana yang terbaik untuk masalah lo. Caranya gampang banget, cukup klik aja di sini.
Akhir kata, sebaiknya jangan menjadikan compulsive sexual behavior atau hiperseksual sebagai penghambat hidup lo. Dia harus diatasi supaya lo bisa lebih menikmati hidup dan #HidupSeutuhnya!
Jangan lupa juga buat follow Instagram @satupersenofficial dan Channel YouTube Satu Persen buat dapat informasi menarik tentang kesehatan mental dan pengembangan diri.
Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!
Referensi:
Compulsive sexual behavior - Symptoms and causes - Mayo Clinic. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/compulsive-sexual-behavior/symptoms-causes/syc-20360434
Compulsive Sexual Behavior dan Resikonya - Lifestyle Fimela.com. (n.d.). Retrieved October 17, 2021, from https://www.fimela.com/lifestyle/read/3840228/compulsive-sexual-behavior-dan-resikonya