Hello Perseners!
Kamu lagi stress gak? Bentar, bentar, kok jadi gitu pertanyaannya. Oke, gini aja, kamu pernah gak sih, merasa hidupmu itu lagi benar-benar kacau? Kayak, apapun yang kamu lakukan itu seperti tidak teratur, dan semakin hari semakin menjenuhkan.
Kamu merasa butuh bantuan, tapi kamu gak mau self-diagnose. Di sisi lain, kamu juga gak mau lebih lama lagi hidup dengan kondisi buruk seperti itu. Duh, enaknya gimana? Kalau mau konsultasi ke psikolog, nanti bisa dicap aneh-aneh sama masyarakat. Duh, duh duh!
Oke, pertama-tama, aku mau bilang padamu bahwa there’s no shame in seeking help! Kamu tidak perlu takut ketika merasa butuh pergi konsultasi ke psikolog. Pertanyaannya sekarang adalah, kapan kamu harus pergi ke psikolog?
Apa yang Harus Kamu Ketahui?
Sederhananya begini, jika kamu merasa butuh berbicara empat mata dengan orang lain. Terutama tentang masalah hidup. Nah, pergi untuk konsultasi ke psikolog. Atau jalin hubungan dengan keluarga, teman, lingkungan sosial, atau bahkan mencari jati diri.
Konsultasi ke psikolog bukan sekedar curhat doang, loh. Kamu bisa mendapatkan feedback mengenai masalah yang sedang kamu hadapi. Kamu bisa merasa dimengerti oleh mereka dan actually getting your problems addressed ketika ngomong ke psikolog.
Sedangkan ketika kamu mengalami penyakit mental yang sudah mengganggu rutinitas dan kehidupan sehari-harimu. Atau kamu ingin berbicara mengenai medikasi yang tepat, kamu dapat pergi ke psikiater.
Jika kamu masih ragu, ada baiknya bertanya pada orang-orang terdekat atau sedekar berdiskusi dengan psikolog/psikiater yang kamu tahu untuk memastikan langkah apa yang sebaiknya kamu lakukan ke depannya.
Kalau aku pribadi, biar gampang mengingatnya, psikolog itu tanpa medikasi, psikiater itu dengan medikasi. Oke lanjut, kapan kamu harus berhenti menghadapinya sendiri dan konsultasi ke psikolog?
Kamu Merasa Semuanya Penuh Tekanan
Tentu saja kita sering merasa sedih dan gelisah, tapi tidak jarang perasaan tersebut hanya kekhawatiran sementara. Namun jika kamu merasakan emosi-emosi tersebut dalam intensitas yang mengganggu rutinitasmu, kurasa sudah waktunya kamu pergi membicarakannya dengan seseorang.
Ketika kamu merasa hal-hal dalam hidupmu membuatmu menghindari banyak hal, dan dengan kamu menghidari hal tersebut hidup semakin rumit dan malah membuatmu overthinking serta merasa hidupmu sangat teratur, seorang psikolog akan sangat membantumu.
Yang utama adalah, ketahui limitmu sendiri. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa kamu tidak kuat dalam menghadapi masalah hidup, hanya saja, mohon untuk memperhatikan kesehatanmu sendiri.
Don’t be too harsh on yourself!
Kamu Mencari Pelampiasan
Game, makan, belanja, atau bahkan bekerja. Apapun bisa jadi pelampiasan. Kamu mencari hal-hal yang dapat membantumu untuk menekan perasaan yang kamu rasakan.
Contohnya dulu aku sempat pergi ke warnet untuk meredam isi kepalaku, karena dengan bermain game, aku dapat sejenak log out dari dunia nyata dan hidup dalam kebahagiann fana yang sementara. Tentu saja aku merasa senang, tapi tidak ketika aku kembali tersadarkan bahwa hidupku masih berlanjut dan masalah tersebut masih ada.
Yang ada, aku malah semakin gak karuan. Huh. Pelampiasan itu ada kadarnya tersendiri, kalau kamu merasa sudah dalam frekuensi yang tidak sehat, ding ding it’s time to go see a psychologist or just talk about your problems!
Kamu Mengalami Penurunan Performa
Wow, udah kayak apa aja, ‘penurunan performa’. Anyways, kadang hidup sudah terlalu rese sehingga kamu serta isi kepala dan hatimu senantiasa memperlambat performamu baik di dunia kerja, sekolah, maupun lingkungan sosialmu.
Kamu jadi susah fokus ketika belajar, kamu tidak merasakan kebahagiaan lagi ketika melakukan hal-hal yang biasanya kamu suka, hubunganmu dengan orang lain terasa memudar, dan your overall life experience feels numb.
Apakah kamu pernah mencapai titik tersebut? Titik jenuh yang benar-benar jenuh? Kalau sudah pernah, apa yang kamu lakukan? Kuharap kamu paling tidak curhat dengan teman atau membicarakannya dengan seseorang. Kalau kamu masih saja memendam semuanya sendiri, hentikan.
Hentikan tindakan yang merusak diri itu. Mungkin kamu berpikir bahwa dengan kamu menceritakannya pada orang lain, kamu akan merepotkan. Sesungguhnya tidak! Kalau kamu masih bersikeras demikian, maka konsultasilah ke psikolog terdekat.
Sungguh, lebih baik untuk membicarakan masalah yang kamu miliki ketimbang menyimpannya sendiri, karena suatu saat nanti endapan masalah-masalah tersebut akan meledak ketika kamu benar-benar mencapai batas. Kamu mungkin akan mendapati dirimu menangisi mie goreng yang jatuh ke wastafel atau susu yang tumpak ke lantai karena benar-benar sedang dalam kondisi yang tidak baik.
Jangan sampai seperti itu, ya!
Teman-Temanmu Mengkhawatirkanmu
Aku pribadi merasa ini yang paling jelas. Ketika teman-temanmu -tidak perlu yang terdekat- merasa ada yang aneh denganmu, that’s a big sign.
Mungkin kamu merasa baik-baik saja, namun kadang pendapat orang lain sangat bisa membantumu untuk menilai keadaan. Kamu terkadang butuh, loh, orang-orang dari luar untuk melihat hal-hal yang tidak bisa kamu sadari dari dalam diri sendiri.
Yup, kurasa sampai di sini saja. Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna ya! Oh iya, kalau kamu ingin konsultasi, Satu Persen menyediakan layanan konseling loh! Kamu bisa mengunjunginya dengan klik gambar dibawah ini yah! Kalau masih ragu, coba deh ikut tes konsultasi dulu supaya kamu menemukan layanan yang cocok untuk kondisi kamu.
Semoga harimu menyenangkan!
References
Bhatia, P. (2020, November 23). Should You See a Psychiatrist or a Psychologist First? Retrieved from Pacific Health System: https://pacifichealthsystems.com/blog/should-you-see-a-psychiatrist-or-a-psychologist-first/
Muller, G. (n.d). How do you know if you should see a Psychologist? Retrieved from The Psych Professionals: https://psychprofessionals.com.au/signsyouneedapsychologist/