Halo, Perseners! Aku Fifi, Part-time Blog Writer Satu Persen.
Siapa sih yang gak pengen sukses? Yah, semua dari kita pastinya mau sukses. Berhasil meraih apa yang diinginkan. Dapat kerjaan mapan. Tapi, ada yang sering penasaran gak, sih, sama orang-orang yang bisa dapet apa yang dia inginkan? Kira-kira gimana ya, rasanya?
Penasaran sama temen yang selalu juara di lomba-lomba yang diikuti. Sama temen yang bisa dapat prestasi internasional atau teman yang punya kerjaan mapan dengan gaji lumayan. Kira-kira apa yang mereka rasakan setelah dapat itu semua? Harusnya, sih, seneng. Tapi, ternyata ada orang yang justru takut saat mereka sukses.
Iya, takut. Takut kalau ternyata kesuksesan yang mereka raih itu cuma kebetulan. Bukan benar-benar karena mereka mampu. Cemas kalau orang-orang akan tahu kemampuannya yang sebenarnya. Nah, kondisi ini dalam psikologi disebut Impostor Syndrome.
Apa Itu Impostor Syndrome?
Impostor Syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang tidak percaya dengan kemampuan dirinya sendiri dan merasa tidak layak mendapatkan prestasi. Orang yang mengalami Impostor Syndrome biasanya merasa dirinya tidak secerdas, sebaik, dan sehebat yang orang lain lihat. Mereka merasa bahwa keberhasilan yang mereka dapatkan bukan karena mereka hebat, tapi karena faktor eksternal, seperti keberuntungan.
Bahkan, ketika orang lain memberi pujian atas keberhasilannya, mereka tetap tidak yakin bahwa mereka benar-benar mampu. Akibatnya, mereka cenderung menuntut diri sendiri untuk bekerja keras dengan tujuan:
1. Mencegah orang lain untuk mengetahui kekurangannya
2. Untuk merasa layak mendapatkan peran yang sebelumnya diyakini tidak pantas
3. Meredakan perasaan bersalah akibat “menipu” orang lain
4. Memperbaiki apa yang mereka pikir kurang
Meskipun sebenarnya mereka memiliki kemampuan yang hebat, mereka selalu merasa bahwa dirinya tidak kompeten. Kegagalan-kegagalan kecil yang dialami semakin membuat mereka yakin bahwa mereka tidak kompeten. Sehingga mengakibatkan perasaan takut apabila orang-orang menganggap mereka sebagai penipu. Maka dari itu, Impostor Syndrome juga dikenal sebagai sindrom penipu.
Baca Juga: Self-Sabotage: Perilaku Toxic ke Diri Sendiri yang Sering Gak Disadari
Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1970-an oleh psikolog Suzanna Imes dan Pauline Rose Clance. Pada mulanya, Impostor Syndrome dikenal sebagai sindrom yang biasa dialami oleh wanita karier. Dengan banyaknya penelitian, diketahui sindrom ini juga banyak dialami oleh orang-orang.
Faktor Penyebab Impostor Syndrome
1. Orang tua yang selalu menuntut prestasi
2. Lingkungan Kompetitif
3. Mendapatkan peran baru (Contoh: Pekerjaan baru dan merasa belum pantas mendapatkan jabatan tersebut)
4. Kepribadian (Rendahnya rasa percaya diri, insecure atau perfeksionis).
5 Tipe Impostor Syndrome
Seorang peneliti bernama Dr. Valerie Young menjelaskan bahwa terdapat 5 jenis Impostor Syndrome. Sindrom ini berhubungan dengan keyakinan internal mengenai makna kompetensi atau kemampuan yang mendorong tercapainya tujuan. Berikut 5 jenis Impostor Syndrome dan bentuk perilakunya:
1. The Perfectionist
Tipe ini adalah mereka yang selalu fokus untuk melakukan sesuatu secara sempurna. Tidak terbatas pada aspek pekerjaan saja, namun hampir pada setiap aspek kehidupan. Meski telah melakukan pekerjaan dengan baik, mereka selalu melihat celah untuk menyesali kekurangannya. Tipe ini cenderung menghindari tugas baru jika mereka tidak yakin akan berhasil.
2. The Natural Genius
Mereka yang tergolong ke dalam tipe ini yakin bahwa orang yang kompeten adalah mereka yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan sedikit kesulitan. Pola pikir semacam ini yang mendorong mereka untuk bisa menguasai banyak hal. Ketika mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan, mereka akan merasa gagal dan malu pada dirinya sendiri.
3. The Individualist
Individualis yakin bahwa mereka bisa dikatakan kompeten jika mampu mengatasi semua hal seorang diri. Meminta atau menerima bantuan saat ditawarkan sama saja dengan mengakui kekurangan yang dimiliki. Artinya mereka telah gagal memenuhi standar yang telah mereka tetapkan sendiri.
4. The Expert
Expert atau ahli ini harus bisa mengetahui semua hal yang berkaitan dengan pekerjaannya untuk bisa dikatakan sukses. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Mereka merasa belum sempurna ketika masih menemukan kendala atau sesuatu yang belum diketahui.
5. The Superhero
Tipe ini adalah mereka yang selalu merasa bahwa kompetensi yang baik tercermin dari kesuksesan peran yang dijalani. Sebagai siswa, teman, karyawan, atau orang tua. Mereka harus mampu menjalani perannya dengan maksimal. Meski usaha yang dilakukan mencapai batas maksimal, tapi, itu semua tidak mampu membuat mereka merasa puas. Mereka selalu memiliki evaluasi dan perasaan gagal dengan hasil yang didapatkan.
Meski tidak termasuk dalam gangguan jiwa, tapi Impostor Syndrome bisa memicu gejala cemas, tidak percaya diri, dan bisa mengarah pada depresi. Jika kamu merasa termasuk dalam salah satu dari 5 tipe di atas, berikut ada beberapa tips yang bisa kamu coba untuk mengatasi Impostor Syndrome.
Cara Mengatasi Impostor Syndrome:
1. Sadari Perasaanmu
Sebelum kamu memutuskan untuk berubah, kamu harus tahu mengenai perasaanmu. Tentu yang dimaksud adalah perasaan negatif mengenai Impostor Syndrome. Ketahui apa yang salah dengan dirimu dan apa yang ingin kamu perbaiki. Dengan demikian, kamu akan mudah menentukan langkah-langkah berdasarkan kondisimu.
2. Bangun Koneksi
Tidak semua hal bisa kamu kerjakan sendiri. Kamu perlu berbagi peran dan tanggung jawab dengan orang lain. Selain membuat tugas yang kamu lakukan lebih mudah, kamu mungkin akan mendapat bimbingan dan perspektif baru tentang suatu hal. Kerja tim juga bisa membuat kamu dan tim saling bertukar pikiran dalam menentukan strategi.
3. Beri Tantangan pada Keraguanmu
Ketika ada perasaan ragu muncul, coba tanyakan pada dirimu sendiri. Apakah selama ini kamu benar-benar tidak mampu dan tidak layak? Kamu bisa kembali mengingat momen-momen serupa dan analisis kembali apa yang sudah pernah kamu lakukan dan bagaimana hasilnya.
Hasil yang sudah pernah kamu capai sebelumnya bisa jadi bekal kamu untuk mulai melawan perasaan ragu tersebut. Buktikan bahwa keraguanmu tidak tepat. Apresiasi setiap pencapaian yang kamu raih meski sekecil apapun.
4. Berhenti Membandingkan Diri
Setiap orang memiliki kemampuan yang unik. Kamu bisa ada di posisimu saat ini karena kamu punya kompetensi yang cukup baik. Kamu mungkin tidak bisa melakukan semua hal secara sempurna, tapi bukan berarti kamu lebih buruk dari orang lain. Dari pada selalu membandingkan kekurangan diri sendiri dengan kelebihan orang lain, sebaiknya kamu fokus mempelajari apa yang menjadi minatmu.
Baca Juga: Membandingkan Diri Bikin Nggak Percaya Diri
Buat kamu yang pengen tau tentang Impostor Syndrome ini lebih dalam, kamu juga bisa nonton video dari YouTube Satu Persen di bawah ini, ya!
Coba Juga: Tes Kelebihan dan Kekuatan Diri
Usaha yang kamu lakukan perlahan dapat membuatmu terlepas dari belenggu Impostor Syndrome. Buat kamu yang merasa masih merasa kesulitan, jangan ragu untuk segera mencari bantuan. Kamu bisa memanfaatkan layanan mentoring yang disediakan Satu Persen. Dengan para mentor lulusan S1 psikologi yang terlatih, kamu akan dibantu untuk mengatasi masalahmu. Kamu bisa langsung klik banner di bawah ini buat informasi lebih lengkapnya, ya!
Sekian konten untuk tips mengatasi Impostor Syndrome. Sampai jumpa di konten-kontenku selanjutnya dan selamat menjalani #HidupSeutuhnya!
Referensi:
Raypole, C. (2021). You’re Not a Fraud. Here’s How to Recognize and Overcome Impostor Syndrome. Healthline. https://www.healthline.com/health/mental-health/imposter-syndrome#types
Cuncic, A. (2021). What is Impostor Syndrome? Verywellmind. https://www.verywellmind.com/imposter-syndrome-and-social-anxiety-disorder-4156469