Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Pernah gak sih lo semua ngerasa setiap habis putus cinta itu rasanya tuh berat dan sedih banget, seakan-akan hari esok tuh kelabu dan gak ada harapan baru. Berbagai kenangan manis yang lo lalui bersama mantan pacar lo seakan sia-sia karena pada akhirnya semuanya berakhir. Udah gak ada lagi nih kata “kita”, sekarang cuma ada “aku” dan “kamu” dan “bukan siapa-siapa lagi.”
Kalau kata anak-anak TikTok, sih:
"From strangers to friends
Friends into lovers
And strangers again?"
Nah di fase ini pula, lo merasa butuh waktu untuk menenangkan diri dan mengintropeksi diri lo atas kegagalan hubungan lo dengan dia. Tapi, at the end of the day, lo harus tau bahwa rasa sedih dan perasaan ingin menyendiri lo itu merupakan hal sangat sangat normal loh, Perseners. Pasalnya, kedua hal tersebut termasuk ke dalam 5 fase yang akan dialami oleh siapa aja saat putus cinta.
Nah, karena lagi ngomongin putus cinta, di artikel kali ini gue akan membahas tentang 5 fase putus cinta. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Patah Hati Akibat Putus Cinta? Ini Solusinya
Stage 1: Denial (Melakukan Penyangkalan)
Ini gak mungkin benar. Ini gak mungkin terjadi! Lo gak bisa hidup tanpa mantan lo. Rasanya seperti lo udah memasukkan semua yang lo miliki ke dalam hubungan ini. Dia adalah dunia lo, hidup lo. Lo gak bisa menerima kalau semua ini udah berakhir.
Lo menyalurkan setiap harapan terakhir untuk menyelamatkan hubungan ini, bahkan dengan mengorbankan kesejahteraan hidup lo. Lo menunda perasaan lo untuk bersedih karena pada akhirnya itu terlalu menyakitkan untuk dihadapi kalau lo dan dia udah selesai. Dengan melakukan penyangkalan itu, lo untuk sementara menggagalkan rasa bersedih lo dengan menggantinya dengan harapan yang gak realistis bahwa hubungan ini masih bisa diselamatkan.
Stage 2: Anger (Merasa Kesal)
Ketika penyangkalan dapat dianggap sebagai coping mechanism (mekanisme koping), sementara kemarahan adalah efek penyembunyian. Kemarahan menyembunyikan banyak emosi dan rasa sakit yang lo bawa. Kemarahan ini dapat diarahkan pada orang lain, seperti pada keluarga, mantan lo, atau bahkan teman-teman lo.
Lo bahkan mungkin mengarahkan kemarahan lo pada benda mati. Padahal, alam bawah sadar lo tahu bahwa objek kemarahan lo itu gak bisa disalahkan. Namun, perasaan amarah lo saat itu terlalu kuat untuk memikirkannya.
Kemarahan dapat menutupi dirinya dalam perasaan seperti kepahitan atau kebencian. Ini mungkin bukan kemarahan atau kemarahan yang jelas. Gak semua orang akan mengalami fase ini, dan beberapa mungkin berlama-lama atau terjebak di sini. Namun, saat kemarahan mereda, lo mungkin mulai berpikir lebih rasional tentang apa yang terjadi dan merasakan emosi yang telah lo singkirkan.
Stage 3: Bargaining (Berharap)
Selama kesedihan, lo mungkin merasa rentan dan gak berdaya. Pada saat-saat emosi yang intens itu, gak jarang mencari cara untuk mendapatkan kembali kendali atau ingin merasa bahwa lo dapat merubah keadaan. Pada fase bargaining, lo mungkin mendapati diri lo menciptakan banyak pernyataan "bagaimana jika" dan "jika aja."
Juga gak jarang orang-orang yang “beragama” mencoba membuat kesepakatan atau janji kepada Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi sebagai imbalan atas kesembuhan atau kelegaan dari kesedihan dan rasa sakit. Serem juga ya kalau dipikir-pikir, Perseners. Bargaining adalah garis pertahanan melawan emosi kesedihan. Ini membantu lo menunda kesedihan, kebingungan, atau sakit hati.
Stage 4: Depression (Depresi)
Sementara anger dan bargaining bisa terasa sangat "aktif", depresi mungkin terasa seperti fase putus cinta yang "tenang."
Pada fase awal kehilangan, lo mungkin lari dari emosi, mencoba untuk tetap selangkah lebih maju darinya. Namun, pada titik ini, lo mungkin dapat merangkul dan mengatasinya dengan cara yang lebih sehat. Lo juga dapat memilih untuk mengisolasi diri lo dari orang lain untuk sepenuhnya mengatasi kehilangan.
Namun, itu gak berarti bahwa depresi itu mudah atau terdefinisi dengan baik. Seperti fase putus cinta lainnya, depresi bisa menjadi sulit dan berantakan. Itu bisa terasa luar biasa. Lo mungkin merasa foggy, heavy, dan bingung.
Depresi mungkin terasa seperti titik pendaratan yang gak terhindarkan dari kerugian apa pun. Namun, jika lo merasa terjebak di sini atau sepertinya gak bisa melewati fase ini, bicarakan dengan ahli kesehatan mental. Seorang terapis dapat membantu lo mengatasi fase ini.
Stage 5: Acceptance (Ikhlas)
Ikhlas belum tentu merupakan fase putus cinta yang membahagiakan atau membangkitkan semangat. Itu gak berarti lo telah melewati kesedihan atau kehilangan. Namun, itu berarti bahwa lo telah menerimanya dan telah memahami apa artinya dalam hidup lo sekarang.
Lo mungkin merasa sangat berbeda dalam fase ini. Itulah sepenuhnya yang diharapkan. Lo telah mengalami perubahan besar dalam hidup lo, dan itu mengubah cara lo merasa tentang banyak hal. Lihatlah penerimaan sebagai cara untuk melihat bahwa ada lebih banyak hari baik daripada hari buruk, tetapi mungkin saat ini adalah hari buruknya—and that’s OK.
Akhir kata dari gue, no feeling lasts forever. Bagaimana pun lo merasa sedih, menderita dan kecewa karena putus cinta, lo harus meyakini bahwa kebahagiaan sebentar lagi akan datang menghampiri. Rasa sakit akan berkurang seiring berjalannya waktu. Ingatlah, bahwa hubungan yang gagal akan membawa lo lebih dekat ke hubungan yang lebih baik, aamiin.
Tapi, kalau lo masih merasa kesulitan dan akhirnya jadi mengganggu kehidupan lo, baiknya lo segera cari bantuan ke profesional.
Nah, kebetulan Satu Persen juga menyediakan layanan Konseling dengan Psikolog. Di konseling ini lo bakal dapet tes psikologi supaya lo bisa tau gambaran kondisi lo saat ini. Berikutnya, lo juga akan dapat asesmen mendalam dan sampai akhirnya lo dapet worksheet dan terapi yang bakal disesuaikan sama hasil tes dan asesmen supaya bisa ngebantu lo secara tepat. Kalau lo masih ragu, lo bisa ikut tes konsultasi terlebih dahulu. Gratis!
Selain itu, lo juga bisa mendapatkan informasi lain mengenai kesehatan mental dan pengembangan diri di channel YouTube Satu Persen. Dan jangan lupa buat dapetin informasi menarik lainnya di Instagram, Podcast, dan blog Satu Persen ini tentunya.
Akhir kata, sekian dulu tulisan dari gue. Semoga informasinya bermanfaat, ya! Dan pastinya selamat menjalani #HidupSeutuhnya!
Referensi:
5 Stages of Recovery After a Breakup. (n.d.). Retrieved November 23, 2021, from https://www.domesticshelters.org/articles/taking-care-of-you/5-stages-of-recovery-after-a-breakup
Stages of Grief: General Patterns for Breakups, Divorce, Loss, More. (n.d.). Retrieved November 23, 2021, from https://www.healthline.com/health/stages-of-grief#acceptance
The 7 Stages of Grieving a Breakup | Psychology Today. (n.d.). Retrieved November 23, 2021, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/me-we/201406/the-7-stages-grieving-breakup