Mungkin kamu pernah —atau sedang— mengalami yang namanya sakit hati. Siapa sih, yang belum pernah merasa sakit hati? Entah itu karena putus cinta, kehilangan sahabat, kehilangan seseorang yang berharga bagimu, atau mungkin gagal mendapatkan pekerjaan yang sudah kamu dambakan. Sayangnya, sakit hati itu hal yang umum terjadi pada kita semua.
Kita sering menyadarinya ketika kita sedang sakit hati, namun seringnya kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan ketika sedang sakit hati. Mungkin kamu pernah mengalami sakit hati dan ketika ditanya apa yang kamu lakukan untuk menyembuhkan luka tersebut, kamu akan menjawab “Time heals”
I mean, yeah sure. Tapi, kamu mungkin akan terus kesulitan ketika mengalami sakit hati. Oleh karena itu, mari kita sama-sama membahas tentang sakit hati dan cara-cara untuk menyembuhkan luka dalam diri kita.
Kenapa Kita Bisa Sakit Hati?
Kira-kira kenapa, ya, ketika kamu merasakan rasa sakit emosional, tubuhmu ikutan merasa sakit? Padahal ‘kan tidak ada orang yang memukul kita atau mencubit atau semacamnya. Ternyata, otak kita menerima sinyal dari rasa sakit emosional sama persis dengan caranya menerima sinyal dari rasa sakit fisik (Queensland Health, n.d). Jadi tidak heran jika kamu sering merasa sakit yang dahsyat di dadamu ketika kamu merasa sakit hati.
Lalu bagaimana sih, cara yang tepat untuk bisa cepat menyembuhkan sakit hati? Sayangnya tidak ada rumus jitu atau obat yang bisa kamu minum tiga kali sehari untuk menyembuhkan sakit hati. Namun jika kamu merasa bahwa kejadian yang membuatmu sakit hati sudah cukup menguras tenagamu dan benar-benar mengganggu keseharianmu, sudah waktunya kamu mulai melakukan sesuatu tentangnya. Mungkin kamu bisa memulainya dengan memaafkan dirimu atau dirinya.
Bagaimana Cara Menyembuhkan Sakit Hati?
1. Sibukkan Diri
Seperti yang sudah sempat kusebut di atas, kamu bisa mencoba untuk mengisi waktumu dengan hal-hal yang kamu sukai. Masuklah ke dalam dunia yang kamu sukai dan lakukan hal-hal yang sudah menjadi passion-mu. Tapi ini bukan berarti kamu melarikan diri ya, kamu juga harus sadar bahwa ketika kamu mengalami sakit hati, hal yang sebaiknya kamu lakukan pertama kali adalah menentukan apakah kamu mau menghadapi luka tersebut atau kabur darinya.
2. Rasakan Emosi yang Ada Dalam Dirimu dan Lakukan Self-Care
It’s okay to be not okay. Cepat atau lambat, kamu akan melewati perasaan ini, maka rasakanlah emosi yang ada. Entah itu rasa bersalah, kesal, sedih, apapun itu. Jangan ditekan, jangan disembunyikan, apalagi lari dari fakta bahwa luka itu ada. Mungkin kamu akan mulai mengurung diri dan melakukan “Me Time” untuk beberapa saat. Itu tidak apa, namun kamu harus ingat, ketika kegiatan me time-mu sudah mulai terasa mengganggu dan malah menghasilkan perasaan buruk terhadap hidupmu, it’s time to stop. Selain itu, kamu juga bisa mencoba self-healing!
Tidak ada waktu spesifik untuk menentukan selama apa kamu harus menenggelamkan diri dalam self-care. Jadi, ketika kamu sudah merasa bahwa self-care yang kamu lakukan sudah mulai tidak sehat, kamu harus berhenti dan kembali masuk ke dalam rutinitasmu. Untuk memahami cara terbaik menerapkan self-care, kamu bisa mencoba tes self-care terlebih dahulu ya.
3. Fokus ke Masa Depan
Kamu boleh bersedih, namun jangan memfokuskan dirimu terlalu lama pada kejadian yang membuatmu sakit hati. Kamu harus menyadari bahwa ketika kamu sakit hati, kamu tidak bisa menghindari proses penyembuhan luka tersebut. Maka dari itu, sebaiknya kamu fokus pada apa yang dapat kamu lakukan pada dirimu di masa datang.
Sampaikanlah kepada orang lain apa yang kamu butuhkan, cobalah untuk keluar, buatlah kebiasaan baru, kelilingi dirimu dengan orang-orang yang suportif, apapun itu. Fokuslah pada dirimu dan bagaimana kamu bisa menyembuhkan diri, bukan pada kejadian yang melukai hatimu. Kamu pernah dengar tentang filosofi teras? Hal tersebut juga dapat membantumu dalam menghadapi sakit hati, loh!
4. Jangan Cari Pelarian Tapi Jangan Menunggu Terlalu Lama
Sekali lagi, sayangnya tidak ada rumus jitu untuk menentukan berapa lama kamu harus menunggu sebelum memulai hubungan yang baru. Namun terburu-buru mencari hubungan baru kadang tidak berakhir dengan baik, karena ketika kita mencari pelarian, terkadang kita menganggap bahwa orang berikutnya sudah pasti lebih baik, dan kita cenderung untuk melebih-lebihkan apa yang kita lihat dalam orang tersebut (Degges-White, 2019). Apalagi ketika kamu mencari pelarian untuk balas dendam, bisa jadi kamu malah akan tetap marah pada pasanganmu seperti kamu marah pada pasanganmu. Itu tidak sehat
Jadi single untuk sesaat mungkin adalah pilihan yang bagus, karena dengan begitu, kamu dapat memberi waktu bagi dirimu untuk kembali mengenali dirimu sebagai diri sendiri, bukan ‘seseorang yang ditinggalkan’. Terlalu lama menunggu juga tidak terlalu baik, karena kamu bisa saja meyakinkan dirimu bahwa ‘kamu tidak akan menemukan pasangan lagi untuk selamanya’. Take your time, dan kembalilah ke dalam rutinitas dan usaha dalam mencari pasangan ketika kamu sudah benar-benar siap.
5. Bayangkan Analogi The Ball and The Box
Rasa sakit hati itu valid. Jangan biarkan orang-orang memberitahu bahwa kamu terlalu lemah ketika kamu sedang sakit hati dan berusaha untuk menyembuhkan luka tersebut. Sakit hati dan duka yang kamu rasakan itu tidak bisa kamu hindari, jadi siapkanlah dirimu untuk hal-hal yang tidak terduga. Analogi ini mungkin akan membantumu, The Ball and The Box.
Bayangkan hidupmu adalah sebuah kotak, dan di dalam kotak tersebut ada tombol yang akan mengaktifkan rasa sakit pada dirimu. Dalam kotak tersebut juga ada rasa duka yang disebabkan oleh sakit hati, dalam bentuk bola. Bola ini, ketika awal terbentuk, ukurannya sangat besar sehingga sering menekan tombol rasa sakit yang ada. Ini membuatmu sering merasa sakit yang intens ketika awal kejadian. Seiring hidup berjalan, seiring kamu berusaha menyembuhkan sakit hatimu, bola ini akan semakin mengecil; bola yang semakin mengecil itu akan mengurangi kemungkinan dia akan menyentuh tombol rasa sakit yang ada, namun bukan berarti tidak sama sekali. Kadang kamu mungkin akan mengingatnya di masa depan, namun rasa sakitnya tidak sebesar dan sesering ketika awal kamu mengalami sakit hati.
Bagaimana menurutmu? Apakah sakit hati yang kamu rasakan sudah sembuh? Atau mungkin kamu baru saja sakit hati? Apapun jawabanmu, aku harap kamu akan selalu berusaha untuk menyembuhkannya ya!
Jika kamu sudah merasa bahwa sakit hatimu sangat mengganggu kehidupan sehari-harimu, ada baiknya kamu mencari bantuan profesional, misalnya dengan mencoba layanan konseling Satu Persen! Akhir kata, semoga tulisanku ini berguna, ya!
Referensi
Borchard, T. J. (2018, July 8). 10 Tips to Mend a Broken Heart. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/10-tips-to-mend-a-broken-heart/
Degges-White, S. (2019, April 19). Break-Up Recovery 101: How to Heal from Heartbreak. Retrieved from Psychology Today: https://www.psychologytoday.com/us/blog/lifetime-connections/201904/break-recovery-101-how-heal-heartbreak
Grohol, J. M. (2019, September 11). Coping with Grief: The Ball & The Box. Retrieved from PsychCentral: https://psychcentral.com/blog/coping-with-grief-the-ball-the-box/
Ilovi, A. (2020, September 30). How to Heal a Broken Heart: Why It Hurts Bad and How to Recover. Retrieved from Lifehack: https://www.lifehack.org/articles/communication/how-heal-broken-heart-and-the-science-behind-2.html
Lamothe, C. (2019, September 20). The Practical Guide to Healing a Broken Heart. Retrieved from healthline: https://www.healthline.com/health/how-to-heal-a-broken-heart
Queensland Health. (n.d). The science behind a broken heart. Retrieved from Queensland Government: https://www.health.qld.gov.au/news-events/news/science-behind-a-broken-heart