Halo, Perseners! Gimana kabarnya?
Pernah gak sih lo merasa kalau nanti lo udah menikah dan punya anak, lo tuh pengen banget memberikan semua yang terbaik kepada anak lo. Baik itu secara moral maupun materiil. Salah satu contoh simpelnya adalah bagaimana cara pola asuh lo kepada anak nanti. Namun, lo semua sadar gak sih Perseners, kalau cara pola asuh kita ke anak nanti itu ternyata diturunkan dari bagaimana cara orang tua mengasuh kita, loh?
Nah, tapi lo pernah merasa juga gak sih, cara pola asuh orang tua lo tuh sometimes bukannya memberikan pola asuh yang baik, sebaliknya malah memberikan pola asuh yang buruk kepada lo. Lo sadar itu gak baik, tapi lo tau mereka itu orang tua lo, dan mau gak mau lo harus mengikuti rules mereka.
Mereka sadar kalau cara pola asuh yang mereka berikan itu terlalu berlebihan atau salah, tetapi mereka selalu bilang dan berlindung di bawah premis:
“Yang Ayah atau Ibu lakukan semua ini tuh buat kebaikan kamu nanti ke depannya. Ayah sama Ibu gak mau kamu sengsara atau masa depan kamu sia-sia.”
Dari situ, lo berpikir kalau ini tuh salah dan lo gak mau anak lo nanti ngerasain apa yang lo rasain sekarang. Karena bisa dibilang apa yang orang tua lo lakuin itu udah termasuk ke dalam Toxic Parenting.
Nah, karena lagi ngomongin tentang toxic parenting nih, di artikel kali ini gue akan membahas tentang toxic parenting dan cara agar kaum milenial dapat menghindarinya. Jadi, simak hingga akhir dan jangan lupa buat share ke teman-teman maupun kerabat lo. Selamat membaca!
Tapi sebelumnya, ada pepatah bilang, tak kenal maka tak sayang, semakin kenal tambah sayang. Jadi, kenalin nama gue Dimsyog (acronym dari Dimas Yoga). Di sini gue sebagai Part-time Blog Writer dari Satu Persen. Simak sampai habis, ya!
Baca juga: Ketika Kamu Dibanding-bandingin sama Orang Tua
So, Apa Itu Toxic Parenting?
Toxic parenting adalah istilah yang merujuk pada pola asuh yang dilakukan secara sewenang-wenang oleh orang tua tanpa menghargai perasaan dan pendapat anak. Hal ini kemudian menciptakan suasana yang sangat gak nyaman dalam kehidupan keluarga, yang berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak, terutama kondisi mentalnya.
Psikolog klinis Fifie Indayani yang juga konselor Terapi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), mengatakan pola asuh toxic ini disebabkan oleh orang tua yang memiliki sikap toxic saat membesarkan anaknya.
Dalam pandangannya, ciri-ciri orang tua yang toxic antara lain mendahulukan diri sendiri, gak bisa memperlakukan anak dengan baik, berjuang mengendalikan emosi, terlalu menguasai, dan terus-menerus menyalahkan dan menuduh anak rendah hati.
Lalu, menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, anak-anak yang menjadi korban orang tua yang toxic bisa menjadi insecure, terlalu cemas terhadap orang lain, membuat keputusan sulit, dan bahkan menjadi depresi. Kabar buruknya, lagi-lagi efek tersebut bisa berlangsung hingga anak tersebut dewasa.
Jelas, ketika lo melihat efek yang begitu besar, lo gak ingin anak-anak lo mengalami hal-hal buruk seperti itu. Sebagai calon orang tua, lo perlu benar-benar memahami langkah-langkah penting agar gak menjadi orang tua yang toxic di kemudian hari.
Gimana Cara Menghentikan Toxic Parenting?
Berikut adalah beberapa tips untuk menghentikan toxic parenting:
1. Mencari Pola Asuh yang Ideal
Menjadi orang tua bukanlah pekerjaan yang sangat mudah dilakukan, namun bukan berarti lo gak bisa melakukannya. Untuk menemukan pola asuh anak yang ideal dalam mendidik memang bukan perkara mudah dan membutuhkan proses belajar yang lumayan lama.
Menurut Anna, hal ini bisa dilakukan dengan belajar menganalisis sisi positif dan negatif dari pola asuh orang tua kita sebelumnya, membaca buku parenting, atau berkonsultasi dengan ahlinya. Selain itu, perlu dibangun kedekatan yang positif antara orang tua dan anak dalam setiap pola asuh.
Anna juga mengatakan bahwa terkadang seorang anak membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri atau untuk bertemu dengan teman-temannya. Kita sebagai orang tua juga harus memahaminya. Orang tua juga gak boleh segan-segan untuk meminta maaf kepada anak ketika melakukan kesalahan dan memuji anak ketika dia telah melakukan sesuatu yang baik.
2. Melihat Sisi Positif dan Negatif Orang Tua
Kita sadar bahwa setiap orang pasti mempunya sisi positif maupun negatif dalam hidupnya, termasuk orang tua kita. Itulah sebabnya Anna menyarankan agar kita berani menelaah sisi positif dan negatif orang tua kita.
“Seburuk-buruknya orang, pasti ada sisi baiknya, termasuk orang tua kita. Jadi kita gak boleh hanya fokus pada sisi buruknya aja. Ambil sisi baiknya dan kita akan menjadi contoh parenting di masa depan,” kata Anna.
Anna juga menambahkan, sisi negatif orang tua dapat kita pertimbangkan sebagai bahan ajar agar gak melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Beliau juga mengatakan, "Bagi yang sudah lama hidup dengan orang tua yang toxic sebenarnya sulit dan perlu bantuan psikolog klinis agar gak mempengaruhi pernikahan kalian nantinya."
3. Lakukan Konseling Sebelum Menikah
Konseling pranikah penting bagi pasangan yang memutuskan untuk menikah. Anna mengatakan konseling pranikah juga membantu pasangan yang akan menikah untuk mengatasi konflik internal.
Dalam konseling pranikah, psikolog menawarkan berbagai jenis pemeriksaan dan penanganan. Hal ini untuk mencegah pasangan suami istri mengulangi kesalahan orang tua atau pengalaman traumatis dan konflik yang gak mempengaruhi pernikahan.
Anna menambahkan kalau semua calon pasangan membutuhkan konseling karena takut akan konflik internal atau masalah pribadi yang akan mengganggu pernikahan mereka di masa depan.
“Banyak orang yang gak tahu bahwa mereka memiliki konflik pribadi di dalam diri mereka. Hal ini nantinya dapat mempengaruhi kondisi rumah mereka, dan konflik internal yang cukup merusak pernikahan adalah orang tua yang toxic,” kata Anna.
Menurut Anna, orang yang dulunya juga menjadi korban orang tua yang toxic bisa berisiko menjadi toxic bagi anak-anaknya di masa depan. Dengan memberikan konseling pranikah, hal ini dapat membantu calon orang tua mengatasi trauma atau konflik yang mungkin ada pada diri mereka.
Baca juga: Apa Itu Toxic Relationship? Bagaimana Cara Mengatasinya?
Kesimpulan dari gue, toxic parenting gak baik jika dibiarkan dan tetap menjadi tradisi. Oleh karena itu, cobalah untuk menghentikan mata rantai tersebut agar anak-anak lo dan penerus lo gak menjadi orang tua yang toxic.
Jadi, cobalah terapi dan melakukan penyembuhan mental. Terimalah masa lalu lo yang mungkin buruk karena disebabkan oleh pola asuh yang toxic, untuk memudahkan lo menciptakan hal-hal yang sehat dalam keluarga.
Tenang aja, Perseners. Cari bantuan itu gak cuma sebatas ke orang terdekat aja, kok. Mungkin lo juga butuh yang namanya konsultasi sama psikolog. Dan kabar baiknya, Satu Persen punya layanan konseling online yang pastinya cocok buat lo.
Layanan konseling online hadir buat lo yang butuh bantuan klinis dan ditangani oleh psikolog. Nantinya, lo difasilitasi dengan psikotes, worksheet, dan juga bisa mendapatkan diagnosa atas permasalahan yang lo punya. Gak cuma itu, lo juga bakal diberikan asesmen mendalam dan terapi apabila dibutuhkan. Tentunya, lo gak perlu takut mengalami toxic parenting kalo konseling sama Satu Persen.
Buat informasi selengkapnya, langsung aja klik banner di bawah ini, ya!
Kalo lo masih ragu apakah layanan konseling ini tepat buat lo atau gak, coba deh lo ikut tes konsultasi dulu. Kalo lo ngerasa pembahasan di artikel ini masih kurang, lo juga bisa cari tahu lebih dalam tentang parenting lewat video YouTube Satu Persen. Lo tinggal klik dan tonton aja video di bawah ini!
Oke, cukup segitu dulu tulisan gue kali ini. Gue harap, artikel ini bisa bermanfaat buat lo yang lagi butuh, ya. Gak perlu khawatir, semua perasaan kalian itu valid buat dirasakan, kok. Semoga bisa cepat pulih, ya :)
Gue Dimsyog dari Satu Persen, selamat mencoba untuk menjadi sahabat dan teman terbaik bagi diri lo sendiri. Thanks!
Referensi:
3 Cara Agar Tak Menjadi “Toxic Parents”, Kaum Milenial Wajib Tahu Halaman all - Kompas.com. (n.d.). Retrieved October 21, 2021, from https://health.kompas.com/read/2020/03/02/060000968/3-cara-agar-tak-menjadi-toxic-parents-kaum-milenial-wajib-tahu?page=all
5 Cara Menghentikan Rantai Toxic Parenting dalam Keluarga. (n.d.). Retrieved October 21, 2021, from https://www.idntimes.com/life/family/afifah-hanim/cara-menghentikan-rantai-toxic-parenting-dalam-keluarga-c1c2/5