Aristotle, seorang filsuf Yunani kuno, memiliki pandangan yang mendalam tentang pertumbuhan dan potensi manusia. Menurutnya, setiap individu memiliki potensi bawaan yang unik, yang jika dikembangkan dengan benar, dapat membawa kepada kebahagiaan atau 'eudaimonia'. Kebahagiaan ini tidak hanya dicapai melalui kesenangan sesaat, tetapi melalui pemenuhan fungsi atau 'ergon' yang khas manusia, yaitu penggunaan akal budi secara rasional.
Aristotle percaya bahwa manusia secara alami berkeinginan untuk mengetahui dan memiliki potensi untuk berkembang melalui pendidikan dan latihan. Ia membagi jiwa manusia menjadi tiga bagian: vegetatif (pertumbuhan dan nutrisi), apetitif (keinginan dan emosi), dan rasional (berpikir dan memahami). Bagian rasional adalah yang membedakan manusia dari makhluk lain dan menjadi kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati.
Untuk Aristotle, kebajikan atau 'arete' adalah kualitas karakter yang penting untuk mengaktualisasikan potensi manusia. Kebajikan ini tidak bawaan, melainkan hasil dari kebiasaan dan praktik yang berulang. Dengan kata lain, kebajikan diperoleh melalui pendidikan dan latihan diri dalam membuat pilihan yang baik. Ini menuntut kesadaran diri dan kemampuan untuk mengendalikan keinginan irasional demi kebaikan yang lebih tinggi.
Dalam konteks pertumbuhan pribadi, Aristotle menekankan pentingnya 'telos', atau tujuan akhir. Setiap tindakan atau keputusan harus diarahkan ke tujuan yang baik dan bermakna. Ini berarti bahwa pertumbuhan dan pengembangan diri bukan hanya tentang mencapai tujuan-tujuan spesifik, tetapi tentang perjalanan menuju pemenuhan potensi penuh sebagai manusia.
Aristotle juga mengakui pentingnya komunitas dalam pertumbuhan individu. Menurutnya, manusia adalah makhluk sosial yang pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Komunitas tidak hanya menyediakan konteks untuk praktik kebajikan, tetapi juga memperkuat identitas dan nilai-nilai individu.
Dalam konteks modern, filosofi Aristotle tentang pertumbuhan dan potensi manusia memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pendidikan holistik yang tidak hanya fokus pada pengetahuan intelektual, tetapi juga pengembangan karakter dan kebajikan. Ini menantang kita untuk melihat pendidikan sebagai proses berkelanjutan yang melibatkan seluruh aspek kehidupan, bukan hanya persiapan untuk karir profesional.
Pemikiran Aristotle tentang pertumbuhan manusia juga relevan dengan konsep 'growth mindset' yang populer saat ini. Growth mindset, atau pola pikir pertumbuhan, adalah keyakinan bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras. Ini sangat sesuai dengan pandangan Aristotle tentang kebajikan sebagai hasil dari latihan dan kebiasaan.
Prinsip-Prinsip Growth Mindset dalam Pemikiran Aristotle
Aristotle, dengan pemikirannya yang mendalam dan komprehensif, telah meletakkan dasar bagi banyak konsep modern, termasuk ide tentang 'growth mindset'. Meskipun istilah ini baru diperkenalkan dan dikembangkan dalam psikologi pendidikan modern oleh Carol Dweck dan timnya di MindsetWorks, prinsip-prinsip dasarnya dapat ditemukan dalam filsafat Aristotle yang kaya.
Membedakan Potensi dan Aktualisasi
Salah satu prinsip utama dalam pemikiran Aristotle adalah perbedaan antara potensi (dunamis) dan aktualisasi (energeia atau entelecheia). Ini sangat relevan dengan konsep 'growth mindset', di mana kemampuan dilihat sebagai sesuatu yang bisa dikembangkan dan diperluas melalui upaya dan pembelajaran. Dalam konteks modern, 'growth mindset' mendorong individu untuk melihat kegagalan bukan sebagai batasan kemampuan inheren, tetapi sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Ini menekankan pada pentingnya proses pembelajaran daripada hasil akhir.
Kebajikan sebagai Hasil Pembiasaan
Aristotle mengajarkan bahwa kebajikan (arete) bukanlah sesuatu yang kita warisi atau terlahir dengan, melainkan hasil dari pembiasaan (ethos). Ini mencerminkan prinsip 'growth mindset' di mana sikap dan kemampuan untuk berkembang dianggap sebagai hasil dari praktik dan pengalaman yang terus-menerus. Melalui proses pembiasaan ini, seseorang dapat mengembangkan karakter dan kemampuan yang lebih baik, menggambarkan bagaimana 'growth mindset' mengadvokasi untuk pertumbuhan melalui usaha yang konsisten dan berkelanjutan.
Logika dan Pembelajaran Sebagai Dasar Kemajuan
Dalam bidang logika, Aristotle dianggap sebagai pendiri, menunjukkan bahwa pemahaman yang benar dan berpikir logis adalah fundamental untuk semua jenis pembelajaran dan pengetahuan. Konsep ini beresonansi dengan 'growth mindset', yang menekankan pentingnya menantang dan memperluas pemahaman kita melalui kritik dan pertanyaan. Logika Aristotle mendorong individu untuk mengevaluasi premis dan kesimpulan secara kritis, mirip dengan bagaimana 'growth mindset' mendorong pertanyaan dan eksplorasi ide-ide baru sebagai sarana untuk pertumbuhan.
Peran Penting Pendidikan
Aristotle menekankan pentingnya pendidikan sebagai alat untuk memperoleh kebajikan dan mencapai potensi maksimal. Ini sesuai dengan prinsip 'growth mindset' yang melihat pembelajaran sebagai proses seumur hidup yang penting untuk pengembangan pribadi dan profesional. Pendidikan, menurut Aristotle, harus menargetkan seluruh jiwa dan bertujuan untuk mengembangkan individu yang utuh, menggambarkan bagaimana 'growth mindset' menghargai pertumbuhan holistik.
Melalui prinsip-prinsip ini, kita dapat melihat bagaimana pemikiran Aristotle mengantisipasi dan mendukung konsep modern 'growth mindset'. Pendekatannya terhadap potensi, pembiasaan, logika, dan pendidikan menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat menerapkan prinsip-prinsip ini dalam pengembangan pribadi dan profesional kita.
Dalam bagian selanjutnya, kita akan mengeksplorasi manfaat mengadopsi 'growth mindset' untuk pengembangan pribadi dan profesional, menerapkan wawasan dari Aristotle untuk menunjukkan bagaimana mindset ini dapat mengubah cara kita belajar, bekerja, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.
Manfaat Mengadopsi Growth Mindset untuk Pengembangan Pribadi dan Profesional
Growth mindset adalah pola pikir yang menganggap keberhasilan dan kemampuan seseorang dapat ditingkatkan melalui usaha dan ketekunan. Orang dengan growth mindset percaya bahwa keterampilan dan kecerdasan mereka dapat ditingkatkan melalui upaya dan ketekunan, mereka merangkul tantangan, bertahan melalui hambatan, belajar dari kritik, dan mencari inspirasi dari kesuksesan orang lain
Berikut adalah beberapa manfaat mengadopsi growth mindset:
1. Menghadapi tantangan dengan percaya diri
Menganggap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, tidak hanya menganggapnya sebagai masalah
2. Mengubah pandangan terhadap kegagalan.
Memungkinkan orang untuk melihat kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan siap untuk terus mencoba hingga berhasil
3. Meningkatkan potensi
Membuka pintu menuju potensi diri yang tak terbatas serta membawa kesuksesan dalam berbagai aspek
4. Membantu pengembangan diri lebih baik
5. Mendatangkan kesempatan baru
Seseorang yang selalu ingin berkembang dapat memposisikan dirinya untuk mengenali dan meraih kesempatan baru
6. Mudah menerima masukan
Memandang masukan sebagai sarana perbaikan diri langsung, bukan sebagai serangan
Untuk mengadopsi growth mindset, perlu melakukan usaha dan ketekunan, mengambil tantangan, bertahan melalui hambatan, belajar dari kritik, dan mencari inspirasi dari kesuksesan orang lain
Langkah-Langkah Praktis Menerapkan Growth Mindset Ala Aristotle
Menerapkan growth mindset, atau pola pikir yang berfokus pada pertumbuhan dan pengembangan diri, bisa sangat mempengaruhi cara kita menghadapi tantangan dan kesempatan dalam hidup. Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk menerapkan growth mindset ala Aristotle, yang mengajarkan pentingnya kebajikan, etika, dan keunggulan moral sebagai fondasi untuk hidup yang baik.
1. Kenali dan Terima Kelemahan Lo
Aristotle mengajarkan bahwa mengenali dan menerima kelemahan diri adalah langkah pertama dalam proses pengembangan karakter dan kebajikan. Mulailah dengan mengidentifikasi area dalam hidup atau pekerjaanmu di mana lo merasa kurang kuat dan terbuka terhadap kemungkinan untuk belajar dan berkembang di area tersebut.
2. Tetapkan Tujuan yang Berorientasi pada Proses
Menurut Aristotle, kebahagiaan (eudaimonia) adalah hasil dari kehidupan yang dijalani secara virtuous, bukan sekadar pencapaian tujuan jangka pendek. Tetapkan tujuan yang fokus pada proses pembelajaran dan pertumbuhan, bukan hanya pada hasil akhir. Misalnya, daripada menargetkan untuk mendapatkan promosi, fokuskan pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi lebih kompeten dalam bidang lo.
3. Berlatih Kesabaran dan Ketekunan
Aristotle mengakui bahwa kebajikan membutuhkan latihan dan ketekunan. Mengembangkan growth mindset bukanlah perubahan yang terjadi dalam semalam. Jadilah sabar dengan diri sendiri dan tetaplah tekun dalam menghadapi tantangan. Ingatlah bahwa kegagalan adalah bagian dari proses pembelajaran.
4. Cari Peluang untuk Belajar
Aristotle sangat menekankan pada nilai pengetahuan dan pembelajaran. Cari peluang untuk meningkatkan pengetahuanmu, baik melalui pendidikan formal, membaca, maupun pengalaman praktis. Jadilah seperti "spons" yang selalu siap menyerap pengetahuan baru.
5. Berikan Respons yang Konstruktif terhadap Kritik
Pendekatan Aristotle terhadap etika dan kebajikan mengajarkan kita untuk menerima kritik dengan cara yang membangun. Daripada membela diri atau merasa tersinggung, dengarkan apa yang dikatakan orang lain dan gunakan itu sebagai bahan untuk introspeksi dan pertumbuhan pribadi.
6. Rayakan Kemajuan, Besar atau Kecil
Aristotle mengakui pentingnya merayakan kemajuan sebagai bagian dari kehidupan yang baik. Akui dan rayakan setiap langkah kecil yang lo buat dalam perjalanan pertumbuhan lo. Ini akan memotivasi lo untuk terus maju.
7. Berkontribusi pada Kebaikan Bersama
Aristotle mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang kebahagiaannya terkait dengan kebahagiaan orang lain. Carilah cara untuk berkontribusi pada komunitas atau lingkungan lo. Dengan menerapkan growth mindset untuk membantu orang lain, lo juga akan membantu diri sendiri untuk berkembang.
Menerapkan growth mindset ala Aristotle bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat berkontribusi pada kebaikan bersama dan menjalani hidup yang penuh dengan tujuan dan makna.
Kesimpulan
Dari Aristotle kita belajar bahwa, Setiap tindakan atau keputusan harus diarahkan ke tujuan yang baik dan bermakna. Ini berarti bahwa pertumbuhan dan pengembangan diri bukan hanya tentang mencapai tujuan-tujuan spesifik, tetapi tentang perjalanan menuju pemenuhan potensi penuh sebagai manusia.
Untuk menggali lebih dalam tentang konsep growth mindset dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, lo bisa nonton video dari Satu Persen di YouTube. Yuk, klik klik di sini untuk mengakses video untuk memberikan wawasan yang lebih praktis dan inspiratif mengenai cara-cara mengadopsi dan memanfaatkan growth mindset untuk perkembangan pribadi dan profesional.
Referensi:
- WGU. (2019). What Is A Growth Mindset? 8 Steps To Develop One.
- Dweck, Carol. (2024). The Choice to Make a Difference.
- Dweck, C. S., & Yeager, D. S. (2021). A growth mindset about intelligence.
- I-O at Work. (2022). How a Growth Mindset Can Lead to Happiness at Work.
Decades of Scientific Research that Started a Growth Mindset Revolution