Halo, Perseners! Balik lagi sama aku, Fifi, Part-time Blog Writer di Satu Persen.
Aku mau tanya, nih. Kalian pernah gak ngerasa capek atau bosan sama kerjaan kalian? Padahal di awal-awal dulu kalian pernah ngerasa excited bukan ngejalaninnya. Tapi, sekarang berasa gak tertarik gitu. Misalnya, kalian udah gak semangat lagi menyelesaikan suatu pekerjaan dan lebih suka slow respon di grup.
Nah, kalo di ilmu psikologi, kondisi itu dinamakan burnout alias kelelahan secara emosional. Lelah emosional ini tuh bisa memengaruhi ke fisik juga, lho. Jadi, kalo kalian lagi ngalamin burnout biasanya juga diikuti sama kelelahan fisik.
Baca Juga: Burnout: Untuk Kalian yang Lagi Banyak Kerjaan
Apa itu Burnout?
Fenomena burnout pertama kali diteliti oleh seorang psikolog bernama Herbert Freudenberger tahun 1974. Beliau menjelaskan bahwa burnout adalah kondisi stres akut yang menyebabkan kelelahan mental, emosional, dan fisik sehingga menimbulkan hilangnya motivasi dan bahkan memunculkan rasa benci terhadap aktivitas yang dilakukan.
Herbert Freudenberger melakukan penelitian terhadap pekerja sukarelawan di sebuah klinik di New York. Hasilnya, terdapat para pekerja mengalami beberapa gejala burnout, seperti mudah lelah, tidak bersemangat, bahkan mulai merasa sinis terhadap pasien yang mereka bantu.
Pada awalnya, burnout banyak dialami oleh para pekerja yang berhubungan dengan pelayanan, seperti polisi, guru, dan pekerja sukarela. Tapi, sekarang istilah ini bukan hanya digunakan untuk mereka yang bekerja di lingkungan pelayanan. Burnout juga bisa digunakan untuk mendeskripsikan kondisi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, semua orang bisa mengalaminya dimana pun dan kapan pun.
Kalau kamu merasa lelah, tapi tidak yakin apa kondisimu termasuk burnout atau bukan, berikut ini aku jelasin secara singkat beberapa tanda-tanda seseorang yang mengalami burnout.
Tanda-Tanda Burnout
1.Kelelahan
Tanda burnout yang pertama adalah tubuh yang kelelahan. Merasa lelah secara mental dan emosional bisa menimbulkan gejala fisik, seperti sakit kepala, sakit perut, nafsu makan, dan pola tidur yang berubah.
2. Mengisolasi diri
Selanjutnya, tanda burnout juga dapat ditandai dengan kebiasaan untuk mengisolasi diri. Cenderung merasa kewalahan dengan aktivitasnya dan memilih untuk mengurangi intensitas bersosialisasi.
3. Mencari pelarian
Dalam taraf yang ringan ini, sebatas berimajinasi tentang lingkungan kerja yang nyaman tanpa tuntutan berlebih atau gangguan pekerjaan yang menumpuk. Dalam konteks yang lebih parah, pelarian yang dimaksud bisa berujung pada obat-obatan terlarang atau alkohol.
4. Sulit mengontrol emosi
Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan jadi terasa lebih berat. Masalah yang kecil pun bisa jadi memicu emosi. Terlebih, jika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana.
5. Lebih mudah sakit
Kelelahan dan stres jangka panjang bisa memengaruhi kondisi kekebalan tubuh. Tubuh jadi rentan mengalami flu, pilek, atau penyakit lainnya.
Fase burnout yang dilalui bisa jadi berbeda dari masing-masing individu. Karena kondisi ini tidak bisa disepelekan, maka penting untuk tahu fase-fase seseorang mengalami burnout.
Baca Juga: Burnout: Ini Tanda-tanda Kamu Mengalami Kelelahan Emosional
5 Fase Burnout
Jika dilihat dari beberapa sumber, ada beberapa fase burnout. Tapi, secara umum terdapat 5 fase burnout.
1. Honeymoon
Fase burnout yang pertama ini bisa kamu alami karena energi yang terlalu berlebih untuk menunjukkan eksistensi dan memenuhi ekspektasi dari atasan. Biasanya gejala yang muncul di fase honeymoon ini bisa berupa komitmen dan produktivitas kerja tinggi, kreativitas yang mengalir deras, paksaan untuk bisa membuktikan diri, dan siap menerima berbagai tanggung jawab.
Jadi, sebelum benar-benar lelah dan gak semangat karena terlalu menggebu-gebu sejak awal, penting banget buat nentuin coping strategy yang positif untuk tetap menjaga stamina tubuh.
2. Onset of Stress
Di fase burnout ini, kamu mungkin mulai ngerasa ada waktu-waktu tertentu yang berat buat dilalui. Kamu juga mulai merasakan stres karena tuntutan pekerjaan yang memengaruhi fisik dan mentalmu. Rasa percaya dirimu juga mulai menurun seiring stres yang kamu rasakan.
Gejala yang mungkin terjadi di fase ini berkisar antara sering lupa, lebih mudah cemas, sakit kepala, susah fokus, kepuasan kerja berkurang, hingga produktivitas kerja jadi lebih rendah.
3. Chronic Stress
Di fase burnout yang ketiga, motivasimu akan mulai hilang. Kamu juga merasakan stres lebih sering daripada fase sebelumnya.
Gejala-gejala yang dialami pada fase ini mirip dengan fase sebelumnya tapi intensitasnya menjadi lebih sering atau bahkan lebih parah. Gejala lainnya yang dapat muncul, yakni emosi lebih agresif dan jadi mudah marah, menghindari masalah di kantor maupun rumah, merasa tertekan, serta sering merasa lelah di pagi hari.
Coba Juga: Tes Tingkat Stres
4. Burnout
Setelah fase-fase di atas, fase burnout selanjutnya adalah kondisi burnout. Gejala-gejala yang terjadi juga semakin parah. Untuk mengembalikan perasaan seperti semula, ini akan cukup sulit dilakukan.
Selain itu, kamu juga berpotensi susah untuk fokus sehingga tidak nyaman melakukan pekerjaan. Tanda-tanda fase lainnya, yaitu lari dari tanggung jawab, merasa hampa dan kosong, pesimis terhadap pekerjaan, dan sering menyalahkan diri sendiri.
5. Habitual Burnout
Jika kondisi burnout tidak segera diatasi, maka fase burnout selanjutnya akan berubah menjadi suatu kebiasaan. Kamu mungkin akan mengalami kelelahan fisik, mental, dan emosional yang lebih signifikan.
Tapi, kamu merasa kalau ini adalah hal yang biasa kamu alami. Bukan sesuatu yang salah karena kamu mulai “terbiasa” dengan kondisi ini. Tanda-tanda ketika ada di fase ini umumnya sering mengalami sakit fisik yang lebih berat (kronis), merasa sedih yang berlarut-larut, dan mengalami gangguan psikis lainnya.
Meski sering terjadi dalam lingkungan kerja, tapi kondisi ini dapat memengaruhi segala aspek. Dalam bekerja, tentu ada tuntutan untuk memenuhi target perusahaan tapi perlu diwaspadai apabila tingkatan tuntutan tertentu mulai membuat kamu stres. Sebaiknya jangan abaikan begitu saja karena stres ringan pun mampu menyebabkan kondisi yang lebih parah.
Bagaimana Keluar Dari Fase Burnout?
Daripada terlalu berambisi untuk bisa melakukan banyak tanggung jawab, sebaiknya lakukan pekerjaan berdasarkan prioritas. Kamu bisa menyesuaikannya dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
Jika kamu merasa punya banyak beban dan tugas yang menumpuk, coba diskusikan dengan atasanmu. Jangan lupa juga untuk “memanjakan” psikismu setelah bekerja seharian, ya.
Kalo kamu ngerasa udah ada di fase burnout yang parah, sebaiknya pertimbangkan buat cari bantuan profesional. Salah satu yang mungkin bisa jadi pilihan adalah dengan melakukan sesi mentoring di Satu Persen. Mentor di Satu Persen dibekali ilmu dan skill yang bisa membantu kamu untuk mengatasi masalahmu. Kamu bebas buat curhat bareng mentor tanpa perlu khawatir.
Buat kamu yang masih penasaran tentang topik ini, kamu bisa nonton video Youtube Satu Persen tahu kiat-kiat buat atasi burnout.
Oke, Perseners. Makasih banyak udah baca sampai selesai. Aku pamit dulu ya. Sampai ketemu di kontenku yang lain dan selamat menjalani #HidupSeutuhnya.
Referensi:
Calmer. 2020. What Are The 5 Stages of Burnout? https://www.thisiscalmer.com/blog/5-stages-of-burnout
Scott, E. 2020. Burnout Symptoms and Treatment. Verywellmind. https://www.verywellmind.com/stress-and-burnout-symptoms-and-causes-3144516