Halo, Perseners!
Selama pandemi ini banyak banget gak sih orang yang jadi punya rutinitas baru? Dari mulai belajar masak, belajar melukis, les bahasa asing, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Waktu awal-awal pandemi yang mengharuskan kita di rumah aja, gue sih mulai rajin ikut webinar, gitu. Dari webinar art therapy, tentang sex education, atau se-simple webinar gratis yang bahas tentang hubungan romantis.
Suatu hari, ada salah satu platform gitu ngadain beasiswa leadership training selama dua bulan. Saat itu gue ngerasa acara ini keren banget, nih kalau gue bisa ikut. Gue ngerasa dengan ikutan program ini gue bisa bikin diri gue tuh jauh berkembang dan bisa punya pengalaman yang berkualitas juga. Siapa tau dengan ikut program ini bisa menunjang gue untuk jadi leader juga, kan?
Setelah daftar ternyata ada seleksinya dalam bentuk essay gitu. Udah yakin banget dong dengan effort yang gue keluarkan pasti gue diterima. Pas pengumuman ternyata gue gak diterima. Saat itu gue ngerasa gak adil banget, sih. Karena kenapa orang pengen berkembang kok dibatasi gitu, ya? Bukannya bikin maju satu langkah, tapi malah mundur.
Semua orang pasti pengen dong membuat dirinya berkembang. Tapi coba bayangin saat lo udah punya semangat untuk bikin diri lo berkembang, tapi ternyata lo gak dikasih kesempatan berkembang kayak cerita gue tadi? Kecewa pasti ada, tapi mau nyalahin siapa? Bingung juga.
Mungkin ada dari lo yang punya pengalaman sama kayak gue atau merasakan hal yang sama. It's ok, itu wajar dan lo gak sendiri. Pasti salah satu dari lo ada yang melakukan pengembangan diri itu sebagai cara untuk mencapai tujuan hidup lo. Atau cuma pengen meningkatkan pengalaman aja, biar keren aja gitu pernah ikutan training A, B, C. Which is good.
Tapi, coba renungkan, apakah itu yang lo butuhkan? Apakah dengan pengembangan diri yang lo lakuin tujuan hidup lo udah tercapai? Apakah waktu dan energi yang lo keluarkan untuk pengembangan diri ini bikin lo puas? Kalau jawabannya gak semua, lo wajib baca tulisan gue ini sampai akhir.
Well, kalau dalam proses pengembangan diri itu sulit buat lo jalanin, bikin lo stres, dan kadang bikin kecewa, mungkin lo ada di jalur yang salah. Dan tanpa sadar, pengembangan diri yang lo lakukan justru bisa berdampak buruk buat lo.
Banyak orang termasuk gue juga, selalu merasa kurang, selalu merasa ingin memperbaiki diri, sampai kadang hilang fokus sama tujuan yang sebenernya ingin dicapai. Kadang kita juga lupa kalau kita ini adalah makhluk yang lengkap. Semua dari kita sudah dianugerahi akal, pikiran, dan perasaan.
Gue yakin semua dari kita pasti punya kemampuan, cuma ada beberapa orang yang belum bisa gali aja kemampuan dirinya itu apa. Kita juga adalah makhluk yang akan selalu berkembang. Dan sebagai makhluk yang berkembang, sebenarnya diri kita udah punya apa yang kita perlukan, tanpa perlu kita improve diri kita.
Tapi kadang kita memendam keyakinan itu, yang akhirnya bawa diri kita sendiri ada di jalur yang salah. Bikin kita fokus sama pencapaian orang lain yang bikin kita ingin mencapainya juga.
“Kuncup tidak lebih rendah dari pada bunga, hanya tahap perkembangannya aja yang beda” -Suzanne Eder
Mungkin ada dari lo yang mikir kalau kita bisa bahagia dengan menjadi orang yang penuh skill, terlihat pintar karena banyak pengetahuan, dan berpengalaman di berbagai bidang. Demi mewujudkan semua itu, kita lupa bahwa kadang kita bikin hal itu menjadi terlalu memaksa diri. Sampai akhirnya kita sendiri juga yang kesulitan ngejalaninnya. Jadi gak ngerti sama diri sendiri, gak tau mau apa. Lost connection aja gitu sama diri sendiri.
Kalau kita ngerasa kepuasan hidup akan didapat ketika kita mencapai suatu tujuan hidup, ini mungkin bisa merampas kepuasan kita saat ini. Saat kita menjalani prosesnya sekarang ini. Karena kita terlalu fokus sama hasil akhirnya dan lupa ada proses yang harus kita jalanin juga. Mungkin ini yang bikin orang suka ngerasa gak puas sama hidupnya.
Kita juga suka membandingkan diri kita dengan orang lain. Kok orang lain udah dapet kerja aja padahal belum lulus kuliah. Kok orang lain udah pake mobil pribadi ya? Kok ini, kok itu.
Akhirnya, bikin kita terlalu menekan diri kita untuk setara dengan orang lain. Maksa diri kita untuk terus berkembang biar bisa mencapai apa yang orang lain capai tanpa melihat kapasitas yang kita punya. Gue rasa dengan cara itu, lo gak akan pernah dapet kepuasan sih. Mungkin cara itu cuma bikin lo cape aja.
Gue juga pernah dapet cerita dari salah satu mentor Satu Persen. Mentor ini handle mentee yang ngerasa gagal. Dia bercerita kalau selama beberapa bulan terakhir, dia merasa dirinya semakin membaik. Akan tetapi, satu hal terjadi dan dia merasa mengalami penurunan dan merasa dia telah gagal berkembang.
Di sini dia punya ekspektasi kalau seseorang berkembang itu ya maju terus, gak boleh salah, gak bisa nurun. Padahal, berkembang juga gak selamanya stabil, ada ups and downs juga. Dan sebenernya, itu wajar, bukan?
Pengusaha sukses kayak Jack Ma aja tuh gak langsung tiba-tiba sukses. Bahkan sebelum sukses kayak sekarang, Jack Ma pernah 10 kali ditolak bekerja di KFC. Pernah gagal juga waktu mau daftar jadi polisi. Tapi, semua kegagalan yang udah dilalui gak menutup jalan suksesnya, kan?
Dua langkah maju, satu langkah mundur itu tetap aja satu langkah maju - Rosa Diaz (Brooklyn Nine Nine).
Menurut gue juga, hidup gak melulu tentang pengembangan diri. Kita juga butuh menikmati hidup, biarin diri lo perkembang dengan sendirinya. Ada waktunya lo gak perlu effort bikin diri lo berkembang, tinggal nikmati dan jalani.
Coba lo lebih fokus juga sama setiap langkah yang lo lalui. Biar lo juga bisa berkembang menjadi indah secara alami juga nantinya.
Gimana cara biar self development gak toxic?
1. Dengerin diri lo sendiri
Buat lo yang sekarang terjebak di dark side of self improvement, coba mulai untuk dengerin diri lo sendiri. Coba untuk mengerti, sebenernya mau diri lo itu apa? Dan coba untuk lebih percaya sama diri lo sendiri. Lo bisa coba tes super power check supaya tahu kelebihan dan kekuatan lo sehingga bisa lebih percaya sama diri sendiri.
Daripada lo langsung memaksakan diri untuk mencapai suatu pencapaian tertentu, coba lo terjemahkan dulu apa yang ada di otak lo, apa yang lo rasakan. dan apa yang sebenarnya lo butuhkan. Pelan-pelan coba belajar merasakan apa yang tepat buat diri lo. Coba berhenti push diri lo sebentar untuk terus maju ke depan.
Coba lo lebih mindful, hadirkan diri lo seutuhnya, here and now. Mungkin selama ini gak ada yang perlu diperbaiki dari diri lo, gak butuh improve berlebihan juga. Lo cuma perlu memperlambat dan lebih mendengarkan suara hati lo. Berhenti untuk melakukan apa yang orang lain lakukan.
Self-knowledge juga salah satu aspek kurikulum Satu Persen yang penting juga. Karena dengan cara ini, lo juga akan lebih sadar kesempatan apa yang datang ke lo dan lo juga lebih bisa menilai apakah kesempatan ini benar-benar yang lo butuhkan. Dengan begitu lo juga bisa lebih bahagia menjalaninya dan lo juga bisa ngerasa lebih puas apapun hasilnya.
Buat lo yang mau tau lebih banyak mengenai self-knowledge dengan pembahasan yang Satu Persen banget, ada kabar baik buat lo nih. Satu Persen akan ngeluarin buku yang sesuai untuk lo mengenali diri lo sendiri. Stay tune!
2. Kurangi sikap terlalu keras sama diri lo
Saat lo, gue, kita semua berproses, pasti akan gagal. Atau bahkan kecewa sama hasilnya. Dan itu wajar. Gak sedikit orang yang menyalahkan dirinya sendiri juga atas kegagalan yang dialami. Merasa dirinya bodoh lah, bilang dirinya gak bisa berkembang lah, ya pokoknya self-judgement, deh.
Apakah itu bikin diri lo lebih baik? Sama sekali gak. Ketika lo punya pandangan yang buruk tentang diri lo, justru malah akan menghambat proses lo sendiri.
Gagal wajar, salah juga wajar. Gak tepat rasanya kalau lo menyalahkan diri lo sendiri karena sesuatu hal yang memang wajar aja terjadi. Dalam konteks ini, menurut Mark Manson ada dua tipe orang: orang yang menilai dirinya baik dan orang yang menilai dirinya buruk.
Seseorang yang punya penilaian baik akan memiliki pikiran yang terbuka tentang suatu hal. Dan ini bikin dirinya berkembang juga dengan sendirinya. Tapi, untuk orang yang punya penilaian buruk akan sulit menerima suatu hal dan yang udah gue bilang tadi, sulit juga untuk berkembang.
Contohnya gini, dua orang ini dikasih buku yang sama isinya tentang cerita pengalaman orang-orang sukses misalnya. Orang yang punya pandangan baik terhadap dirinya, mungkin akan merespon “wah dia keren, banyak hal yang bisa gue lakukan juga nih, gue juga jadi tau cara apa yang sesuai buat gue”.
Tapi, kalau orang punya pandangan buruk terhadap dirinya, punya respon yang beda, “ya pantes aja gue gak bisa berkembang, toh gue juga gak mampu ngelakuin apa yang mereka lakuin, gue kan selalu gagal”. Lo harus ingat kalau self-judgement bisa menghambat lo ke tempat yang lo inginkan.
3. Sadar kalau orang yang perlu lo perhatikan adalah diri lo sendiri
Buat lo yang selalu melihat orang lain menjadi role model lo dan mengikuti apa yang orang tersebut lakukan, coba tanya diri lo apa lo benar-benar nyaman dengan hal itu? Gimana bisa lo menjadikan pencapaian orang lain menjadi tujuan hidup lo?
Coba mulai sekarang lo berhenti memaksa diri lo untuk mengikuti orang lain. Coba juga percaya sama diri lo sendiri kalau the best guide, the best role model, itu diri lo sendiri. Lo punya kuasa memegang hidup lo sendiri. Lo kontrol untuk melakukan yang terbaik buat diri sendiri. Lo udah punya jalan yang sangat istimewa buat lo lalui. Gak perlu nyontek ke orang.
Tapi, di sini bukan berarti kita gak bisa belajar dari pengalaman orang lain. Yang kurang tepat di sini adalah ketika lo melihat orang lain dan membuat lo lebih rendah dari mereka. Lo jadi gak punya kontrol atas diri lo sendiri. Akhirnya lo cuma bergantung aja sama apa yang dilakukan orang lain, ya lo ikutin semuanya. Kalau kaya gini gue rasa lo cuma menyia-nyiakan kekuatan yang lo punya aja.
Pengembangan diri itu bukan cuma bikin diri lo berkembang seperti orang lain, tapi yang tepat adalah ketika lo bisa membandingkan diri lo saat ini dengan diri lo satu tahun lalu. Dan kalau saat ini lo bisa ngerasa diri lo lebih baik artinya lo perkembang dengan tepat.
Jadi, ketika lo ngerasa harus memperbaiki diri lo, atau lo ngerasa harus mengembangkan diri lo, coba berhenti dulu. Coba tanya ke diri lo sendiri ‘apa yang sebenernya lo butuhkan?’. Kalau lo bisa tumbuh dengan cara lo sendiri, lo akan lebih mengalami kecukupan atas setiap langkah yang lo ambil. Karena lo semua udah punya apa yang lo butuhkan untuk mencapai kesuksesan.
Dari cerita yang udah gue kasih tau di awal, sekarang gue juga sadar kalau gak seharusnya gue memaksakan diri gue untuk melakukan suatu hal, ya maksa untuk ikutan leadership training tadi. Gue juga sadar itu bukan yang gue butuhkan sebenarnya.
Mungkin kalau gue beneran ikut program itu gue akan cape sendiri juga ngejalaninnya. Malah bikin gue tambah bingung juga dalam mencapai tujuan gue. Akan jadi toxic juga buat gue karena terlalu memaksakan sesuatu. Dan itu bukan satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan gue.
Gue juga gak akan masuk ke Satu Persen kalau gue ikut program itu. Gue juga gak akan bisa sepositif kayak sekarang ini. Dengan gue mengikuti apa jalan hidup gue tanpa memaksa diri gue untuk mendapatkannya, gue ngerasa lebih banyak ilmu juga yang gue dapat.
Gue jadi lebih bisa berkembang dengan sendirinya, gue juga happy ngejalaninnya. Gak ada tekanan apapun juga. Gua bisa menikmati setiap langkah yang gue jalanin saat ini. Dan gue juga bisa ikut berkontribusi untuk membantu orang lain mencapai #hidupseutuhnya juga.
Satu Persen adalah salah satu pihak yang membuat gue aware akan semuanya. Membuat gue menemukan jalan hidup gue sendiri. Gue mau ajak lo juga untuk merasakan hal yang sama kayak gue.
Yang terpenting adalah lo harus tau diri lo sendiri. Buku yang akan dikeluarkan Satu Persen bulan Desember nanti adalah jawabannya. Karena buku Self-knowledge berisi tentang menentukan tujuan hidup. Lo bisa ngikutin informasinya lewat instagram @bukunyasatupersen!
Buku ini akan ngajarin lo secara bertahap. Apa aja yg biasanya dirasakan selama fase mencari tujuan hidup. Kayak overthinking atau self-comparison. Buku ini dicerminkan dari beberapa cerita dari berbagai sudut pandang yang relatable sama kondisi kebanyakan orang. Jadi, akan sangat membantu untuk lo dalam mencapai #hidupseutuhnya. Selain itu, lo bisa juga nih mencoba layanan mentoring dari Satu Persen supaya bisa berkonsultasi langsung sama mentor.
Yuk, kita sama-sama belajar untuk berkembang mencapai tujuan lo dengan cara lo sendiri juga! Segitu aja dari gue, see you!<3
Reference
Artanti, A. A. (2018, October 12). Jack Ma Pernah 10 Kali Ditolak Kerja di KFC. Retrieved from: https://www.medcom.id/ekonomi/globals/GNl2ezgk-jack-ma-pernah-10-kali-ditolak-kerja-di-kf8c
Manson, M. (no date). 5 Problems with the Self-Help Industry. Retrieved from: https://markmanson.net/self-help.