Halo, Persener!
Mungkin di antara kalian pernah berpikir, untuk apa kita hidup? Mengapa kita bisa hidup di alam semesta yang sudah ada milyaran tahun lamanya? Dan apa arti kehadiran kita di dunia ini? Apakah hanya sebatas untuk lulus dari sekolah, bekerja, mencukupi segala keperluan hidup, menikah, memiliki anak, lalu mati?
Bahkan mungkin sampai sekarang ada di antara kalian yang bertanya untuk apa kita ibadah? Apakah hanya untuk masuk ke dalam surga dan menghindari neraka?
Padahal menurut data empiris, belum ada yang membuktikan bahwa surga dan neraka itu benar adanya. Lalu untuk apa kita melakukan itu semua?
Segala norma, budaya, agama, aturan, dan kegiatan yang kita lakukan semasa kehidupan kita saat ini, kalau dipikir-pikir tidak jelas sama sekali. Pertanyaan berikutnya muncul lagi, untuk apa kita eksis di dunia ini, sampai rela melakukan segala hal yang mungkin kita tidak tahu apa manfaatnya.
Jika kalian yang membaca saat ini sempat berpikir seperti contoh yang aku sebutkan di atas, berarti kalian semua tergolong ke dalam aliran nihilism.
Apa sih itu aliran nihilism? Nah, di artikel kali ini aku akan membahas tentang filosofi nihilism, apa saja kekurangan dan kelebihan dari filosofi ini di kehidupan yang kita alami.
Maka, simak terus artikel ini sampai selesai agar kalian bisa mendapat sudut pandang baru tentang sebuah kehidupan. Jangan lupa untuk share ke seluruh teman-temanmu dan selamat membaca.
Apa Itu Filosofi Nihilism?
Nihilism merupakan suatu pandangan manusia atas semua hal yang ada sampai saat ini, di mana itu semua tidak memiliki tujuan dan arti. Dengan kata lain, mereka semua berada dalam ketidakadaan (nihil). Berasa hidup di dunia ini nihil karena tidak adanya pandangan terhadap norma, agama, budaya, dan lain sebagainya.
Sederhananya adalah filosofi nihilism ini tidak perlu percaya akan apapun itu dan tidak usah menganut apa-apa.
Filosofi nihilism sempat digunakan oleh seorang filsuf asal Jerman bernama Friedrich Nietzsche untuk mengembangkan buah pikirannya terhadap eksistensi manusia di dunia yang dikutip dari jurnal filsafat Munir (2011).
Nietzsche berpikir bahwa bagaimana kalau kita semua ternyata bisa menentukan moralitas kita tanpa berdasarkan ajaran eksternal di luar diri? Bagaimana kalau ternyata kehidupan yang sebenarnya kita jalani berbeda dengan yang diajarkan oleh agama, norma, dan budaya yang selama ini kita ikuti? Dan berbagai pertanyaan yang membuat paham nihilism dianggap bertentangan dengan prinsip sosial di masyarakat pada umumnya.
Banyak orang yang menentang paham nihilism karena mereka berpikir bahwasanya paham ini berarti kita tidak perlu mengikuti ajaran agama, norma, budaya dan lain sebagainya di masyarakat. Sehingga kita bisa bebas berbuat sesuka hati termasuk perbuatan yang tak terpuji.
Padahal paham nihilism yang diutarakan oleh Nietzsche diawal mengacu kepada kebebasan manusia dalam menentukan tujuan hidupnya tanpa pengaruh dari faktor luar seperti norma, budaya, dan lainnya. Sehingga manusia tidak melakukan sesuatu karena itu ajaran di keluarga atau prinsip di masyarakat, melainkan karena mereka mengetahui tujuan mereka melakukannya.
Nietzsche juga memberikan studi kasus terhadap paham nihilism, di mana kebanyakan orang saat ini memahami kehidupan sesaat setelah meninggal. Menurut ajaran agama banyak yang menggambarkan kehidupan setelah meninggal yaitu akhirat. Terdapat surga dan neraka, maka kebanyakan dari manusia melakukan kebaikan pada sesama, segala kegiatan positif lainnya hanya untuk mendapatkan surga dan menjauhi neraka.
Well, mungkin bagi kebanyakan kita saat ini hal itu wajar terjadi. Karena bagi sebagian besar agama, mengharapkan surga dan ridho Sang Maha Kuasa adalah yang utama. Maka melakukan segala kebaikan untuk mengharap surga itu tidak mengapa.
Tetapi, menurut Nietzsche kita harus berupaya keluar dari paham yang menyatakan ada kehidupan setelah meninggal, yaitu akhirat yang terdapat surga dan neraka di dalamnya. Sehingga nantinya manusia bisa fokus dengan kehidupannya saat ini, fokus untuk membuat orang lain, keluarga, bahkan diri sendiri bahagia, serta fokus untuk melakukan kebaikan. Bukan hanya mengharap surga tetapi memang peduli terhadap sesama yang akhirnya melahirkan rasa bahagia.
Dampak Positif Filosofi Nihilism
Terlepas dari banyaknya masyarakat yang tidak setuju dengan filosofi ini, kita harus adil dalam menilai suatu pemahaman. Mencoba melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang.
Dari berbagai pro dan kontra di masyarakat, aku pribadi melihat bahwa filosofi ini juga memiliki dampak positif atau optimistic nihilism. Berikut beberapa dampak positif dari nihilism:
1. Mampu melakukan apapun
Saat ini mungkin kita merasa terkekang, sulit untuk bisa berekspresi dan berkreasi, karena satu dan lain hal. Padahal paham di awal tadi bahwa nihilism ini percaya akan segala sesuatu yang ada sampai saat ini. Mereka semua berada di dalam ketidakadaan (nihil) sehingga semua masalah yang kamu alami menjadi tidak penting. Semua hal yang bakalan kamu rasakan seperti senang, sedih, malu, kecewa, dan marah sekali pun menjadi tidak penting.
Maka dengan itu kita bisa melakukan apapun yang kita mau, tidak perlu menunggu rasa sedih untuk bisa memulai mengerjakan skripsi akibat diselingkuhi, tidak perlu menunggu mood kembali datang saat rasa gagal menghadang, dan tidak perlu takut dikecewakan oleh proses di kehidupan. Kita bisa melakukan apapun yang kita mau selagi itu tidak merugikan.
2. Bisa memiliki tujuan dalam hidup
Nihilism percaya bahwa manusia hidup harus memiliki tujuan hidupnya masing-masing, bukan karena prinsip dari keluarga, budaya, bahkan agama yang kita percayai. Hal ini tidak sepenuhnya benar bagi aku pribadi, tetapi jika kita bisa melihat dari sudut pandang berbeda. Nihilism ini memaksa kita untuk memiliki tujuan kita sendiri tanpa bergantung dengan faktor eksternal di luar diri.
Hal ini sangatlah berdampak positif di kehidupan kita semua, di mana kamu bisa memiliki tujuan di dalam hidup, mengetahui mengapa kamu melakukan sesuatu, sehingga itu semua terakumulasi menjadi sebuah kesuksesan yang akhirnya membuatmu menjadi bahagia.
Lalu timbul lagi pertanyaan, bagaimana cara menemukan tujuan hidup?
Well, jika kamu sulit untuk mengetahuinya sendiri, kamu semua bisa mencoba tes kelebihan dirimu untuk mengenal kemampuan diri dan mengetahui potensi dari kekuatan yang kamu miliki.
3. Hidup seperti yang kita mau
Dua faktor di atas sudah menandakan bahwa jika kita sudah mulai bisa mengaplikasikannya, maka faktor yang ketiga ini akan semakin dekat untuk kamu gapai, yaitu hidup seperti yang kamu mau.
Kamu bisa bertanggung jawab atas segala pilihanmu, bahagia dengan standar versi terbaikmu serta bisa terlepas dari tuntutan orang tua dan omongan tetangga. Fase ini akan membuatmu bisa menjalani #hidupseutuhnya.
Berbicara filosofi nihilism dan menerapkannya di masyarakat saat ini memang banyak menimbulkan pro dan kontra, tetapi yang perlu aku tekankan di sini adalah aku tidak menyuruhmu untuk sepenuhnya tidak mendengarkan orang tua, apalagi agama. Hal yang aku tekankan di sini adalah kamu harus bisa melihat sudut pandang baik dari filosofi nihilism ini.
Paham ini mengajarkan bahwa hidup yang kamu jalani saat ini adalah tanggung jawabmu sepenuhnya. Jadi, lakukanlah segala sesuatu yang memang ingin kamu lakukan termasuk tanggung jawabmu secara pribadi tanpa merugikan orang lain dan tanpa paksaan dari siapapun. Maka kamu akan merasa bahagia dan #hidupseutuhnya, seperti tagline yang diangkat oleh Satu Persen.
Tertarik menerapkan filosofi nihilism? Kalau kamu belum paham gimana caranya, kamu bisa berkonsultasi dengan mentor. Satu Persen mencoba layanan mentoring online dimana kamu bisa berkonsultasi secara one one one dengan mentor.
Kalau kamu tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar filosofi nihilism nonton video Satu Persen di bawah ini.
Segitu dulu dari aku. Akhir kata, aku mau menutup artikel ini dengan pernyataan:
“Bahwa jika kita menemukan sesuatu hal yang baru yang tidak kita percaya, maka kita tidak perlu untuk mempercayainya. Kita cukup menghargainya saja. Karena di sanalah letak toleransi tertinggi antar umat manusia"
Buat kamu yang masih penasaran tentang dunia kesehatan mental dan self-developement, bisa banget nih baca-baca artikel lainnya dari Satu Persen dengan langsung kunjungi blog Satu Persen atau dengerin kisah-kisah insightful melalui Podcast Satu Persen.
Jangan lupa buat terus pantengin informasi menarik dari kita dengan follow instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Aku harap lewat membaca artikel ini bisa membuat kamu berkembang menuju #HidupSeutuhnya dan berkembang menjadi lebih setiap hari, seenggaknya Satu Persen setiap harinya. Thanks!
Aku harap lewat membaca artikel ini bisa membayar waktu yang sudah kamu luangkan dan bisa membuatmu berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya!
Aku Chandra, thanks!
Referensi
Munir M. (2011). Pengaruh filsafat Nietzsche terhadap perkembangan filsafat barat kontemporer. Jurnal Filsafat: 21 (2).