Konsultasi dengan Mentor Satu Persen

Artikel Terbaik
Diaz Ajeng Pradila
25 Sep 2020

Hai Perseners ketemu lagi sama gue, Diaz. Gimana nih setelah hampir dua minggu PSBB part II khususnya untuk warga Jakarta? Bahkan gue denger akan diperpanjang sampai 11 Oktober ya? Yasudahlah mari kita lalui bersama<3

Buat Perseners yang ada di luar Jakarta, gimana nih kondisi kotanya sekarang? Gue harap di mana pun lo berada tetap jaga kesehatan ya. Sehat fisik dan sehat mental juga pastinya!

Ngomongin PSBB, pasti banyak orang yang terganggu dengan kondisi dunia yang lagi gak kondusif kaya sekarang ini. Ekonomi terganggu, pendidikan terganggu, kesehatan fisik bahkan kesehatan mental juga ikut terganggu.

Mungkin ada dari lo yang harus kuliah atau sekolah online. Tugas makin banyak, harus ujian online juga. Belum lagi waktu lo ujian eh koneksi internet lo tiba-tiba mati. Kelar udah~

Ada juga yang harus wisuda online. Moment yang lo tunggu sekian tahun biar bisa bikin orang tua lo bangga harus direlakan. Sedih ya. Atau rencana liburan yang harus ditunda. Belum lagi gak bisa sering-sering ketemu sama pacar bikin badmood juga. Huft. Bosen, cemas, sedih sampe stress mungkin yang sering orang rasain akhir-akhir ini. Gapapa wajar gue juga ngerasain kok *lah curhat:(

Sebenarnya, sebelum kondisi kaya sekarang pun udah banyak masalah yang terjadi di hidup kita. Kaya everyday stress coping, masalah dalam hubungan entah itu sama pacar, teman atau keluarga. Atau ada juga masalah pemilihan karir. Bahkan ada yang punya masalah seks mungkin, sampai ganggu kualitas hidupnya juga. Ya ada aja gitu masalahnya.

Nah, FYI masalah yang mendasar ini tuh sangat berkontribusi ke rendahnya tingkat kesehatan mental juga loh. Ya emang sih sepele kedengarannya tapi bisa berdampak besar juga ternyata. Masalah-masalah sepele kaya gitu malah gak boleh disepelekan, karena masalah kecil bisa bikin lo depresi atau lo jadi punya kecemasan berlebih nantinya.

Bayangin aja, 10-15% populasi manusia di Indonesia itu ngalamin depresi dan kecemasan. Belum lagi gangguan lain. Dan yang bikin sedih, kata ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dr. Eka Viora, SpKJ. dari seluruh kasus depresi yang ada di Indonesia, cuma 8-10% yang dapat penanganan dari tenaga profesional. Sisanya? Bye:(

Kok bisa sih masih banyak yang gak ditangani? Jawabannya karena tenaga profesional kesehatan mental di Indonesia itu masih dikit banget. Kalo dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia termasuk negara yang rendah tenaga kesehatan mentalnya.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Kemenkes RI) dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta, Indonesia baru punya sekitar 2500 psikolog klinis dan 600-800 psikiater. Nah, artinya 1 psikiater harus melayani 300.000-400.000 pasien. Padahal WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang.

Dan persebaran tenaga kesehatan mental di Indonesia juga belum merata, kebanyakan masih terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa aja. 70% psikiater ada di Pulau Jawa dan 40% di antaranya terpusat di Jakarta. Terus apa kabar masyarakat yang ada di daerah? Huft. Banyak juga nih PRnya.

Bisa dibilang saat ini Indonesia lagi krisis kesehatan mental. Terus solusinya apa? ‘Suruh aja semua orang buat ke psikolog.’ Lah psikolognya aja masih sedikit, bukannya bantu malah nambahin beban dong.

Setelah gue perhatiin dalam lima tahun terakhir, masalah kesehatan mental di Indonesia itu masih sama aja. Masalah pertama, awareness masyarakat untuk kesehatan mentalnya sendiri aja masih rendah. Kedua, udah gue bahas di awal tadi kalau tenaga profesional masih sangat sedikit. Ketiga, infrastruktur atau fasilitas untuk kesehatan mental dari pemerintah juga masih minim banget.

Nah, tiga masalah besar itu dari lima tahun lalu (mungkin lebih) masih belum teratasi. Belum ada perubahan yang signifikan. Mungkin masalah ini bukan cuma ada di Indonesia aja, ada negara berkembang lain juga yang punya masalah sama.

Ya memang akhir-akhir ini banyak influencer dan masyarakat udah jauh lebih aware tentang mental health. Banyak juga platform di sosial media yang ngasih edukasi kesehatan mental. Which is good. Tapi menurut gue gak cukup untuk mengatasi masalah kesehatan mental yang terjadi sekarang.

‘Terus kenapa gak cetak psikolog sebanyak-banyaknya aja?’  

Ya gue setuju dengan ide itu. Tapi coy nyetak psikolog itu gak segampang lo nyetak kue balok :(. Universitas yang udah super bagus aja mungkin cuma bisa lulusin 10-15 psikolog per tahunnya. Dan itu belum tentu berkualitas juga. Jadi menurut gue itu cara yang gak efektif juga.

Nah, lo udah tau kan kalau di Satu Persen itu ada layanan Konsultasi dengan Mentor? Di tulisan gue tentang body positivity kemarin, udah gue bahas juga tuh tentang layanan Konsultasi dengan Mentor Satu Persen. Kalo lo belom baca bisa klik gambar di bawah ya.

Benner-Blog-Content-Branding-Body-Positivity-5

‘Layanan Konsultasi dengan Mentor? Konsultasi tapi bukan sama psikolog? Ilegal dong? Malpraktik nih! Udah kaya DS aja.'

Bentar dulu, ranah psikologi itu luas banget cakupannya. Tapi masalahnya banyak banget (hampir semua) masyarakat yang gak tau itu. Kebanyakan pengetahuan masyarakat terlanjur terkategorisasi antara psikolog dan ilmuwan psikologi aja. Bikin masyarakat punya pemahaman keliru ‘yang boleh melakukan praktik psikologi itu hanya psikolog aja. Sisanya malpraktik’ :(.

Dalam praktiknya pun psikologi itu juga luas dan banyak, gak cuma psikolog doang. Menurut Dr. Juneman Abraham, S.Psi., M.Si. yang merupakan Doktor Psikologi Sosial dari Universitas Indonesia, praktik psikologi tidak hanya dapat dilakukan oleh psikolog saja. Pun tidak semua praktik harus dilakukan oleh psikolog.
Nah, sesuai dengan pernyataan Kendra Cherry sebagai konsultan pendidikan di Amerika, bahwa profesi yang dapat melakukan psikoterapi itu tidak hanya psikolog klinis saja, tapi ada profesi lain seperti psikiater, konselor berlisensi, social workers, dan advance psychiatric nurse.
Photo by Jae duk Seo

Dan yang harus lo tau juga adalah kesehatan mental itu juga luas banget. Di Indonesia mungkin masih banyak yang beranggapan kalau orang punya masalah kesehatan mental berarti orang itu punya gangguan mental. Belum tentu!

Masalah kesehatan mental itu gak cuma gangguan mental kaya depresi, bipolar atau gangguan kecemasan doang. Masalah kesehatan mental itu banyak dan luas. Lo overthinking pun itu masalah kesehatan mental, tapi belum tentu lo punya gangguan mental.

Dan ketika lo punya masalah kesehatan mental pun gak menutup kemungkinan lo akan punya gangguan mental. Nah, sebelum jadi gangguan mental lo harus bisa beresin masalah kesehatan mental lo.

dr. Caroline Leaf

Ada hal penting yang harus lo perhatiin saat mau melakukan konseling atau terapi psikologi. Lo penting untuk tau siapa yang akan bantu lo? Apa profesinya? Layanan kaya gimana? Terapi apa yang akan dikasih? Ada lisensi atau sertifikatnya gak? Lo harus tau juga apakah layanan itu valid dan reliabel? Biar lo juga punya sense of security ketika melakukan layanan itu.

‘Terus gimana dengan layanan Konsultasi dengan Mentor Satu Persen? Emang valid dan reliabel?’

Layanan Konsultasi dengan Mentor yang dibuat Satu Persen emang kontroversial banget.  Apalagi dengan adanya RUU Profesi Psikologi yang bahas tentang batasan untuk profesi psikolog. Which is itu bertentangan dengan layanan Konsonsultasi dengan Mentor Satu Persen. Belum lagi ada pertanyaan emang valid? Reliabel gak? Kenapa harus ada mentor padahal Satu Persen juga punya psikolog?

Nah, gue akan ceritain awal mulanya layanan Konsultasi dengan Mentor Satu persen ini dibentuk. Gue harap tulisan ini akan menjawab semua pertanyan yang lo punya yaaa.

Brief History Layanan Konsultasi dengan Mentor 1%

Jadi tujuan Satu Persen bikin layanan Konsultasi dengan Mentor adalah untuk membantu tenaga profesional kesehatan mental dalam menangani masalah non-klinis. Satu Persen mau ngasih solusi dari masalah yang udah gue jelasin di awal, bahwa Indonesia masih krisis tenaga kesehatan mental.

Awalnya Satu Persen terinspirasi dari psikiater asal India Vikram Patel. Menurut pak Vikram masalah kesehatan mental adalah salah satu penyebab dari disabilitas di seluruh dunia. Pak Vikram juga bilang kalau semua dari kita pasti tau, at least satu orang yang ada disekitar kita punya mental illness. Watir banget ya. Yang lebih mengkhawatirkan adalah kebanyakan dari mereka tidak menerima perawatan apapun. Karena tenaga profesional khususnya di negara berkembang itu masih dikit.

Kesenjangan ini ngedorong misi pak Vikram untuk sedikit mengubah kehidupan orang dengan mental illness jadi lebih baik. Pak vikram dapat gagasan yang cukup menarik dari buku yang beliau baca. Gagasannya adalah orang awam dapat dilatih memberikan layanan kesehatan yang sulit, kaya bantu persalinan dan merawat pasien radang paru-paru. Cara ini efektif untuk bantu tenaga kesehatan yang kurang pada saat itu.

Nah, terus pak Vikram melakukan cara yang sama untuk ngebantu mengatasi minimnya tenaga kesehatan mental khususnya di negara berkembang. Ada tiga percobaan yang pak Vikram lakukan, di pedesaan Uganda, Pakistan dan Goa, India. Dari ketiga percobaan itu ternyata cara tersebut efektif untuk mengatasi depresi.

Menarik yaaa. Lo bisa tonton videonya di sini.

Nah, akhirnya Satu Persen berpikir juga kenapa kita ga ngelakuin cara yang sama? Mengingat realitanya kalo Indonesia juga masih krisis tenaga kesehatan mental. Mungkin dengan solusi itu tenaga kesehatan mental yang tersedia sekarang terbantu dan masyarakat pun lebih terlayani secara merata.

Bayangin nih, kalo psikolog/psikiater harus handle masalah dari yang terbilang simple sampe kasus yang complicated. Contoh dari masalah sulit konsentrasi sampai masalah depresi semua harus dihandle sama psikolog. Gue rasa itu akan jadi beban banget ya buat mereka. Dan ditambah lagi jumlah mereka belum begitu banyak juga. Padahal ada sarjana psikologi yang punya dasar knowledge tentang kesehatan mental. Kenapa ga dimanfaatkan aja?

Nah, akhirnya Satu Persen bikin lah layanan Konsultasi dengan Mentor. Satu Persen ngajak sarjana psikologi untuk ikut bantu tenaga kesehatan mental di Indonesia. Sarjana psikologi di sini dilatih jadi mentor untuk bisa bantu menangani kasus non-klinis. Atau bisa dibilang mentor di sini akan menangani kasus ‘simple’ tadi.

Apa itu Konsultasi dengan Mentor?

Konsultasi dengan mentor adalah layanan konsultasi di mana lo bisa mendapat bantuan dari Mentor Satu Persen untuk mengidentifikasi masalah non-klinis, menemukan solusinya, dan menentukan langkah hidup lo selanjutnya.

Di layanan ini lo bisa cerita dan konsultasi one-on-one sama mentor Satu Persen. Di sini mentor akan dengerin semua cerita dan semua keluh kesah lo. Dari masalah A sampai Z bisa lo ceritain. Tenang, untuk kerahasiaannya itu sangat terjamin.

Selain bisa jadi human diary, mentor Satu Persen juga akan bantu lo dalam menemukan solusi dari berbagai masalah lo. Which is akan bantu lo juga dalam meringankan beban hidup dan bisa bikin lo semakin bahagia.

Gak cuma itu aja, lo juga bisa ikut beberapa psikotes biar lo lebih kenal sama diri lo sendiri. Dan yang utama adalah lo akan dapat worksheet yang bisa membantu diri lo untuk menyelesaikan masalah yang dialami. Dengan hasil akhir, masalah yang lo punya selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun itu bisa selesai.

Siapa aja yang ada di mentoring 1%?

Nah mereka semua ini adalah mentor Satu Persen. Mereka adalah lulusan terbaik sarjana psikologi yang udah ikut pelatihan dan punya sertifikat untuk menjadi mentor Satu Persen. Kalo lo ikut layanan ini lo bebas memilih mentor berdasarkan bidang keahlian mentor yang lo rasa sesuai dengan kebutuhan lo.

Pokoknya lo akan dapat sesi konsultasi sama mentor terlatih dan berpengalaman untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, kaya masalah pertemanan, pekerjaan, percintaan, minat bakat, pengenalan diri, kecemasan, atau bahkan tentang masa depan. Jadi lo bisa berkembang menjadi lebih baik menuju #HidupSeutuhnya.

Kenapa mentoring 1% valid dan reliabel?

Kaya yang udah gue ceritain di atas, Mentor Satu Persen itu adalah sarjana psikologi which is udah punya dasar pengetahuan tentang kesehatan mental. Selain itu mereka juga adalah orang-orang pilihan yang berhasil ngelewatin seleksi yang super ketat untuk bisa jadi Mentor Satu Persen. Jadi ga main-main loh seleksinya.

Selain itu mereka juga udah di-training untuk bisa dan lebih siap dalam menangani kasus-kasus ringan. Dan mereka juga secara rutin dapat pelatihan tambahan dari psikolog profesional untuk bahas kasus-kasus yang mereka handle. Mereka juga di-review per minggu dan melakukan evaluasi rutin juga. Biar kinerja mentor Satu Persen terjaga dan bisa memberikan layanan yang terbaik.

Lo harus tau nih, kepuasan orang-orang yang udah ikut layanan ini tuh cukup tinggi loh. Even orang dengan mental health problems pun ngasih testi yang bagus. Mentor Satu Persen sekarang udah menangani -/+ 10.000 dari seluruh Indonesia bahkan dari seluruh penjuru dunia. Beberapa kali ada mentee dari Jepang, Taiwan, bahkan US juga ada loh.

Lo bisa liat juga ya dari testimoni ini selain mereka merasa terbantu dan jadi lebih baik. Bisa lo liat juga kalo beberapa mentee Satu Persen itu ada dari Kalimantan dan Medan. Itu berarti layanan Satu Persen ini bisa diakses semua orang di mana pun berada. Masalah tenaga kesehatan mental yang ga merata tadi pun bisa teratasi kan.

Mentor Satu Persen juga udah terlatih dalam menangani berbagai permasalahan. Cuma  masalah yang bisa ditangani oleh mentor dan psikolog memiliki perbedaan derajat aja. Tapi nih kalo dirasa masalah lo udah melampaui kapasitas mentornya, Satu Persen pasti akan merekomendasikan untuk mengikuti konseling sama psikolog yang ada di Satu Persen juga.

Bahkan gue pernah denger cerita pengalaman mentor Satu Persen. Ada orang yang udah didiagnosa punya gangguan mental ikut layanan Konseling dengan Mentor Satu Persen. Dia merasa sangat terbantu setelah ikut layanan ini. Sekarang kehidup dia jadi lebih baik juga.

Nah, harus diperhatiin nih. Kadang banyak orang yang ngira mentor itu psikolog. Bukan yaa mentor bukan psikolog/psikiater. Karena itu ada batasan-batasan yang gak bisa dilakuin sama mentor.

Di Satu Persen mentor itu gak bisa ngasih diagnosis klinis kaya gangguan depresi, gangguan kecemasan, gangguan traumatis atau gangguan klinis lainnya. Dan mentor juga gak bisa ngasih terapi psikologi. Tapi lo gak usah ragu sama mentor Satu Persen karena mentor bisa ngarahin lo dalam bentuk worksheet yang ada dalam kontrol psikolog juga.

Saat ngasih layanan, mentor Satu Persen juga ngajarin skill-skill yang disesuaikan dengan masalah menteenya. Dari mulai probing dulu sebenarnya masalah menteenya tuh apa. Ada masalah ‘tersembunyi’ atau gak.

Nah, di sini mentor akan ngasih bantuan sesuai dengan kebutuhan dari menteenya. Jadi tepat sasaran juga gitu, gak asal ngasih worksheet doang. Sangat bisa diandalkan lah intinya.

Jadi Satu persen bikin layanan Konsultasi dengan Mentor ini gak sembarangan ya. Semua udah disiapkan dan disesuaikan dengan kasus-kasusnya juga. Menurut gue pribadi sih ini salah satu solusi efektif ya, untuk mengatasi masalah kesehatan mental di Indonesia.

Lewat layanan ini tenaga kesehatan mental kebantu untuk menangani kasus-kasus ‘simple’ tadi. Selain itu ngebantu masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan mental yang lebih baik juga. Dan menurut gue ini juga salah satu cara untuk mencegah masalah kesehatan mental biar gak jadi masalah yang ’complicated’.

Mungkin bisa gue kasih contoh, misalnya lo overthinking nih. Ya oke sepele ya cuma overthinking. Tapi berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan lo selalu overthinking. You can't deal with it. Kalo lo kaya gitu, gue ingetin jangan pernah lo abaikan sih. Kondisi kaya gini itu akan berdampak buat kehidupan lo nantinya. Mungkin lo bisa jadi stress terus ganggu ke pekerjaan lo juga. Malah nambah masalah baru. Lo makin gak bisa handle masalah-masalah yang makin kusut. Eh terus jadi depresi. *duh jagan sampe yaa

Well, menurut gue dengan adanya layanan Konsultasi dengan Mentor yang dibuat Satu Persen ini bisa ngebantu orang biar masalahnya gak makin kusut. Mencegah orang juga untuk ngelamin mental health problems yang lebih parah.

Mungkin dalam jangka waktu yang lama solusi ini akan bisa nurunin persentase angka kasus kesehatan mental khususnya di Indonesia. Atau paling gak bisa bikin layanan kesehatan mental di Indonesia itu jadi lebih baik.

Selain itu, yang ga kalah penting juga adalah kontribusi dari lo. Gue minta lo juga untuk aware sama diri lo sendiri. Jangan pernah denial terhadap perasaan yang lo rasain. Mau itu sedih, cemas, overthinking atau apapun itu. Rasain aja gapapa terima aja walaupun itu ga enak. Kalo kata drama korea ‘It’s okay to not be okay’.

Just let it be, let the feeling be!

Setelah lo aware atas apa yang lo rasain. Lo juga harus punya inisiatif cari cara untuk ngatasinnya. Ikut layanan Konseling dengan Mentor Satu Persen misalnya. Atau nonton video-video Youtube Satu Persen biar dapat insight. Apapun itu lah yang bisa bikin diri lo lebih baik. Seenggaknya 1% setiap harinya.

Sebenernya sih kalo menurut psikologi humanistik, setiap individu sebenernya punya solusi akan masalahnya. ‘Lah kalo gitu ga usah ada psikolog dong?’ Secara teori ya iya, lo bisa kok handle masalah lo sendiri. Lo punya kemampuan untuk urus masalah lo sendiri. Cuma dalam pratiknya kadang orang tuh suka susah menemukan insight yang sebenernya ada di dalam dirinya.

Well, di sini peran mentor itu untuk bantu menggali diri lo sendiri supaya insight muncul dan solusi pun secara langsung bisa lo dapet. Dengan lo menemukan insight itu lo jadi bisa beresin masalah lo. Hidup lo jadi lebih bahagia. Lo juga jadi orang yang lebih tough nantinya.

Menurut gue mau psikolog, psikiater atau mentor sekali pun tugasnya sama aja yaitu cuma sekedar ngebantu aja. Jadi supporter biar kita bisa bertahan dan menemukan solusinya. Semua juga balik lagi ke diri kita sendiri. Mau ke psikolog manapun atau mentor manapun kalo diri kita sendiri gak mau berubah jadi lebih baik ya susah juga.

Ibaratnya kita adalah nahkoda dari kapal yang kita bawa. Dan kapal ini adalah kehidupan kita. Suatu saat mungkin kapal itu akan nabrak batu karang karena nahkodanya salah ambil jalan. Atau mungkin aja kapal itu malah tersesat karena nahkodanya hilang arah.

Tugas kita sebagai nahkoda adalah tetap berusaha menjaga kapal yang kita bawa gak hancur tenggelam dan berusaha untuk nemuin arah yang benar lagi. Dengan begitu kita akan nyampe di dermaga tujuan dengan kapal yang utuh.

Sama halnya kaya hidup mungkin kita akan menemukan masalah yang besar. Atau kita juga akan ngerasain hilang arah. Gak tau mau ngapain. Bingung mau ngelakuin apa. Tapi harus tetep inget, gue, lo, kita semua punya tanggung jawab untuk selalu bisa bertahan.

Gak usah ngerasa takut atau malu untuk minta bantuan orang lain kalo lo ngerasa butuh bantuan. Sampai akhirnya lo ketemu sama jalan hidup lo sendiri yaitu menjadi #HidupSeutuhnya versi diri lo.

Buat lo yang ngeliat atau ngerasa orang di sekitar lo butuh bantuan. Mungkin ada yang stres karena banyak masalah atau sekedar pengen cerita aja. Nah, lo bisa bantu mereka dengan kasih artikel ini misalnya atau share video-video dari Youtube Satu Persen. Lo juga bisa menyarankan mereka ikut Tes Sehat Mental. Atau lo juga bisa minta dia untuk ikut layanan Konsultasi dengan Mentor Satu Persen.

‘A person with mental health problems is a human being, like everyone else!’ -Vikram Patel

Konsultasi Satu Persen Psikolog

Nah, dari penjelasan gue tadi gimana tanggapan lo terkait kondisi kesehatan mental yang ada di Indonesia? Apa sih yang harus ditingkatkan oleh layanan Konsultasi dengan Mentor? Dan gue pengen tanya apa pendapat lo juga tentang RUU Profesi Psikologi? Apapun itu pendapat lo gue tunggu. Oke!

Segitu aja mungkin yang bisa gue sampein buat lo, Perseners! Semoga lo suka sama tulisan gue (haha ga penting). Buat lo yang tertarik dengan artikel menarik lainnya bisa banget kunjungi blog Satu Persen dan pantengin informasi lainnya dengan follow Instagram Satu Persen di @satupersenofficial. Gue harap tulisan gue ini bisa bermanfaat buat lo semua dan bikin diri lo lebih baik, seenggaknya 1% setiap harinya. Oke! Stay safe, stay healthy and stay happy! See you! Bye! <3

References

Abraham, J. (2020, February 19). Pembelajaran dari Kasus DS. Retrieved from https://psychology.binus.ac.id/2020/02/17/pembelajaran-dari-kasus-ds/

Cherry, K. (2020, May o8). Mental Health Professionals That Provide Psychotherapy. Retrieved from https://www.verywellmind.com/who-can-provide-psychotherapy-2795763

Fajrian. (2018, October 13). Infografis: Kesehatan Jiwa dalam Angka. CNN Indonesia. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181012194807-258-338084/infografis-kesehatan-jiwa-dalam-angka

Ika. (2015, Februari 10). Minim Psikolog, Ribuan Penderita Gangguan Jiwa Belum Tertangani. Retrieved from https://ugm.ac.id/id/berita/9715-minim-psikolog-ribuan-penderita-gangguan-jiwa-belum-tertangani

Azizah, K. N. (2019, Juny 22). 15,6 Juta Orang Indonesia Alami Depresi, Cuma 8 Persen yang Berobat. Detik Health. Retrieved from https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4596181/156-juta-orang-indonesia-alami-depresi-cuma-8-persen-yang-berobat

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.