Spill the Tea: Kenapa Kita Suka Gosip?

Artikel Terbaik
Ocky Jhon
8 Sep 2023

Pernah nggak sih lo baca-baca thread di twitter? Lo sadar nggak, jaman sekarang dikit-dikit semua di spill di twitter.

Tapi kok bisa ya hanya dengan tulisan, efeknya bisa bikin ramai sampai sejagad twitter bahkan bisa sampai di kuping orang-orang yang nggak punya twitter?

Media sosial saat ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Nggak hanya twitter, ada juga instagram, facebook, Myspace, dan masih banyak lagi. Akses terhadap media sosial pun juga sangat mudah, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa dengan latar belakang apapun bisa dengan mudah bergabung di dalam media sosial.

Bisa dibilang, media sosial sekarang punya pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan berita ataupun penemuan-penemuan dari para ilmuwan yang lebih kredibel. Tanpa disadari, media sosial juga lebih mudah mempengaruhi pemikiran dari pemiliknya dan bahkan bisa mengubah budaya seseorang.

Sekarang ini juga banyak banget thread-thread yang beredar di twitter yang membahas nggak hanya kebaikan orang lain, tapi juga lebih banyak membahas keburukan orang lain. Entah tweet tersebut di post karena sakit hati atau memang penulisnya ingin memberikan awareness kepada pengikutnya mengenai apa yang dia alami.

Tau nggak sih kalau ternyata thread di twitter itu termasuk gosip loh! Tapi kenapa yaa kadang kelihatan lebih menarik? Kenapa ya kita suka bergosip?

Kalian sadar nggak kalau manusia itu adalah makhluk yang judgemental! Eits jangan menolak atau marah dulu ya. Pada derajat tertentu, manusia memang selalu melakukan  judgement walaupun tidak selalu dibicarakan.

Yuval Noah Harari juga menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul “Sapiens: A Brief History of Humankind” bahwa gossip adalah bagian dari judgement. Di dalam bukunya tertulis bahwa bergosip sendiri merupakan salah satu cara untuk memperkuat ikatan secara sosial yang dapat menjadi kunci dalam bertahan hidup dan bereproduksi.

Tapi benar nggak sih kalau gosip itu hanya bentuk komunikasi buruk atau ada bentuk lainnya?

Sebenarnya, penelitian menemukan bahwa sebenarnya bergosip itu cenderung hal yang netral loh dibandingkan dengan positif atau negatif (Robin & Karan, 2019).

Gosip sendiri menurut sebagian besar peneliti didefinisikan sebagai membicarakan pihak ketiga tanpa kehadirannya (tentunya dengan terlebih dulu ada dua pihak atau lebih) (Stirling, 1956 dalam Foster, 2004; Besnier, 2009)

Baik obrolan di tempat kerja, berbagi berita keluarga, atau teks grup di antara teman-teman, tidak dapat dihindari bahwa setiap orang yang berbicara termasuk membicarakan tentang orang lain.

Faktanya, sebuah studi observasional tahun 1993 menemukan bahwa peserta pria menghabiskan 55% waktu percakapan dan peserta wanita menghabiskan 67% waktu percakapan untuk berdiskusi tentang topik yang relevan secara sosial termasuk bergosip (Gottfried, 2019).

Terus kenapa orang suka gosip?

Salah satunya karena gossip dipercaya dapat memperkuat kedekatan dari sebuah kelompok. Dengan bergosip, seseorang di dalam kelompok tersebut akan merasa lebih aman dari digosipkan di dalam kelompok dan dapat membentuk sense of belonging dari orang itu sendiri (Dunbar, 2004).

Selain itu, bergosip dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menyebarkan informasi berharga ke jejaring sosial yang lebih besar. Gosip dalam arti luas dapat memainkan sejumlah peran berbeda dalam memelihara kelompok sosial sepanjang waktu (Dunbar, 2004).

Gosip juga seringkali digunakan seseorang sebagai bahan balas dendam. Orang yang tidak menyukai seseorang biasanya akan mencari kesalahan orang lain dan mencari orang lain yang tidak menyukai orang yang sama untuk berbicara hal negatif dengan orang tersebut.  yang memiliki ketidaksukaan yang sama terhadap orang yang sama.

Ketidaksukaan terhadap target gosip biasanya akan divalidasi oleh lawan bicara. Namun, kebanyakan orang bergosip karena bergosip itu menyenangkan dan menimbulkan perasaan berkuasa sehingga membicarakan orang lain membuat seseorang merasa lega.

Walaupun bergosip memiliki banyak dampak baik bagi si penggosip di dalam kelompok, tapi dampaknya akan sangat buruk loh bagi orang yang digosipkan! Apalagi, secara umum manusia lebih senang untuk mendengar hal-hal buruk dari orang lain daripada berita-berita yang bagus (Meinarno et al, 2011).

Salah satu contohnya adalah menjadikan seseorang thread di twitter, hal ini bisa memberikan rasa malu yang besar tidak hanya di dalam diri seseorang tapi juga bagi keluarga dan teman terdekatnya. Apalagi, rekam digital nggak akan pernah hilang walaupun sudah bertahun-tahun yang lalu ditulis.

Dampaknya, seseorang bisa dikucilkan secara sosial, di bully secara lebih lanjut, bahkan bisa membuat orang menjadi lebih tertutup dan takut bertemu dengan orang lain. Hal kaya gini bisa disebut sebagai cyberbullying. Bahkan untuk artis, influencer, atau politikus, sering juga diberlakukan cancel culture di mana orang tersebut akan “dihapuskan” dari masyarakat dan tidak boleh dijadikan idola atau panutan lagi.

Tapi, apakah dengan memberikan punishment di media sosial atau meng-cancel seseorang bisa menjadikan orang tersebut lebih baik? Jawabannya ya nggak juga. Seseorang mungkin akan belajar dari kesalahannya dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Tapi ketika mereka sudah jadi lebih baik, mereka sudah kehilangan kepercayaan orang-orang dan bisa jadi, mereka malah akan mengubah imagenya menjadi “bad” untuk bisa terus berperilaku buruk.

Jadi gimana caranya supaya gosip kita tetap netral?

Lo bisa mulai dengan memilah mana yang bentuknya adalah gosip negatif dan mana yang merupakan informasi atau bahkan konfrontasi langsung ke orangnya untuk memastikan yang lo dengar itu gosip atau fakta. Terakhir, akan lebih bagus kalau lo menghindari topik-topik yang akan membawa kepada obrolan negatif tentang orang lain.

Jadi, “If you don’t have anything nice to say, don’t say anything at all”. Lo juga bisa eksplor produk-produk di Satu Persen sebagai Life School, sekolah tentang kehidupan yang bisa ngebantu lo menuju Hidup Seutuhnya, hidup yang sesuai dengan makna hidup lo dan apa yang lo inginkan melalui mentoring, kelas online, webinar, workshop, dan sebagainya.

Well, sekian dari gue, thanks udah baca artikel ini. Gue Jhon, undur diri!

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.