Halo, Perseners! How's life? Balik lagi dengan aku, Anggi, Part-time Blog Writer Satu Persen.
Siapa sih yang nggak tahu WhatsApp atau yang biasa disingkat WA? Dengan jumlah pengguna lebih dari 2 milyar dan 69 juta pesan yang dikirim setiap menitnya, WhatsApp sukses menjadi aplikasi chatting terpopuler nomor satu di dunia. Apalagi semejak pandemi COVID-19 melanda dunia. Komunikasi face to face mau nggak mau beralih ke digital.
Di Indonesia sendiri, pengguna WhatsApp setidaknya mencapai 68 juta pengguna. Hal ini nggak mengejutkan, melihat berbagai macam kemudahan yang ditawarkan aplikasi chatting yang satu ini. Bahkan, WhatsApp mungkin bisa dianggap sebagai aplikasi yang wajib terunduh di HP semua orang.
Baca Juga: Pandemi Menyebabkan Gangguan Psikologis Ini Muncul!
Seperti yang kita tahu bersama, WA secara nggak langsung jadi medium utama untuk kerja dan sekolah dari rumah sejak berlakunya lockdown. Meski memudahkan berjalannya sistem work from home (WFH) dan school from home (SFH), sadar nggak sih kalau ada juga dampak buruknya?
Iya, WhatsApp bisa membuat sebagian orang kecanduan untuk mengirim pesan atau mungkin ketakutan saat menerima pesan. Inilah kondisi yang kini sering disebut sebagai WhatsApp Anxiety.
Nah, melalui blog ini, aku akan coba menjelaskan lebih dalam mengenai perasaan cemas yang ditimbulkan oleh aplikasi WhatsApp dan bagaimana cara mengatasinya. Jadi, simak terus, ya ulasannya!
Alasan Pesan WhatsApp Bikin Cemas, Kok Bisa?
Semakin terbatasnya kegiatan di luar rumah berarti semakin banyak orang yang menggunakan aplikasi chatting. Pesan teks yang bersifat kasual dan cepat membuatnya lebih digemari daripada email. Pada akhir Maret 2020, misalnya, WhatsApp telah melaporkan lonjakan pengguna sebanyak 40%.
Berkat kehadiran teknologi digital seperti Zoom, Slack, dan WhatsApp, kita bisa merasakan suasana pandemi yang nggak begitu sepi. Bahkan, pekerjaan yang tadinya harus dilakukan di kantor, kini bisa dilakukan di mana aja.
Tapi, kemudahan dan keramaian yang dihadirkan dari aplikasi ngobrol seperti WhatsApp, nyatanya bisa bikin sebagian penggunanya merasa stres dan cemas, lho.
Baca Juga: Tips Menjaga Kesehatan Mental Saat Pandemi
Pada dasarnya, WhatsApp anxiety adalah kondisi di mana kamu merasa kecemasan yang berlebih saat mendengar notifikasi WhatsApp di handphone-mu. Nah, apa sih penyebabnya?
1. Anggapan bahwa membaca berarti membalas saat itu juga
Menurut Elias Aboujaoude, seorang psikiater di Stanford University, salah satu alasan WhatsApp dapat menimbulkan stres adalah karena adanya anggapan bahwa membaca pesan berarti membalasnya saat itu juga.
Bersamaan dengan ini, rasa bersalah akan muncul ketika kita telat membalas pesan. Rasanya seperti kita telah melanggar peraturan nggak tertulis dalam berkomunikasi secara online. Padahal, cepat atau lambatnya membalas sebuah pesan dibalas itu bebas tergantung keputusan kita.
2. Ketidakmampuan melihat reaksi penerima
Peraturan yang nggak tertulis ini bukan cuma menimbulkan rasa bersalah bagi penerima pesan, tapi juga rasa takut dan cemas bagi pengirimnya.
Saat dua centang biru telah terpampang di laman obrolan tanpa balasan, asumsi-asumsi negatif kerap muncul. Kamu mungkin akan menerka-nerka seperti: "mengapa pesanku nggak dibalas?", "Apakah aku sedang diabaikan?" atau "apakah aku benar-benar nggak penting sampai pesanku cuma dibaca?"
Hal ini serupa dengan yang dikatakan oleh Isabella Venour, seorang Mindset & Marketing Coach. Dalam percakapan digital, sering kali reaksi yang diharapkan dari seseorang itu nggak jelas.
Apakah kamu sudah memberikan reaksi yang diharapkan atau memberikan emoji yang tepat? Kamu nggak mungkin bisa menebak hal ini karena kamu nggak mendengar nada bicara yang mengirim pesan, atau bahkan melihat ekspresi wajah dan tubuh mereka. Akibatnya, hal ini bisa menimbulkan salah tafsir serta WhatsApp anxiety.
3. Terlalu banyak pesan yang diterima
Grup di WhatsApp memang berguna banget lho, Perseners. Kita jadi bisa ngobrol langsung sama banyak orang di satu laman chat.
Tapi, ada saatnya jumlah pesan yang masuk itu banyaknya nggak kira-kira. Setiap anggota kejar-kejaran untuk membalas pesan yang ada. Saat HP-mu ditinggal sebentar, tau-tau udah ada ratusan notifikasi dari grup kerja, temen SD, geng SMA, atau keluarga yang belum terbaca.
Perasaan tertinggal seketika menyelinap di hati kamu. Satu sisi kamu nggak enak untuk mengabaikan, tapi di sisi lain kamu bingung harus mulai balas dari mana. Akhirnya, perasaan kamu jadi campur aduk dan jadi lelah pikiran sendiri karena ini. Dan ini secara nggak langsung bisa menimbulkan WhatsApp anxiety.
Coba juga: Tes Overthinking (Rumination)
4. Notifikasi soal pekerjaan yang nggak ada habisnya
Kerja di rumah atau work from home (WFH) membuat waktu kerja beberapa perusahaan jadi lebih fleksibel. Enaknya, kamu nggak perlu nunggu pukul 12 siang untuk istirahat. Tapi, nggak enaknya waktu ngomongin pekerjaan jadi nggak ada batasan.
Nah, bunyi notifikasi pesan masuk yang dulunya adalah hal yang nggak terlalu diperhatikan, sekarang bisa menjadi sumber ketakutan seseorang dengan WhatsApp anxiety.
Misalnya, saat ada notif WhatsApp kamu jadi cemas dan ketakutan sendiri. Kamu pikir itu chat dari bos kamu yang menanyakan progress pekerjaan. Padahal, bisa aja itu pesan dari temanmu atau keluarga, tapi pikiranmu malah udah berkelana ke mana-mana duluan.
Cara Mengatasi WhatsApp Anxiety
Saat rasa cemas akan notifikasi WhatsApp yang nggak ada habisnya, ada beberapa cara mengatasi WhatsApp anxiety:
1.Mematikan notifikasi di waktu tertentu
Coba hitung berapa banyak grup di WhatsApp kamu? Pasti nggak sedikit kan? WAG atau WhatsApp Group mungkin adalah fitur terbaik WhatsApp. Berkat adanya grup, komunikasi kita dengan banyak orang jadi gampang. Tapi nggak cuma itu, WAG juga bikin pesan yang masuk jadi lebih banyak.
Bahkan, nggak sedikit orang yang suka kirim pesan atau thread nggak penting. Kalau udah gini, mematikan notifikasi di waktu-waktu tertentu adalah pilihan yang tepat. Metode ini bisa bantu untuk mengatasi WhatsApp anxiety karena overwhelmed dengan banyaknya notifikasi yang masuk.
Kamu nggak perlu meninggalkan grup itu, cukup mute notifikasinya di waktu-waktu tertentu. Misalnya, saat kamu akan tidur di malam hari, waktu istirahat kerja di siang hari, atau mungkin disaat hari libur kerja. Demikian, ini nggak cuman bikin HP kamu jadi lebih tenang, tapi juga bantu kamu untuk nggak terus-terusan fokus membalas pesan di WhatsApp.
2. Memahami bahwa membalas pesan juga butuh waktu
Asumsi "kalau kamu punya waktu untuk membaca pesan ini, berarti kamu juga punya waktu untuk membalasnya" Itu sangat salah. Ingat bahwa kamu nggak bisa mengontrol orang lain, dan sebaliknya orang lain nggak bisa mengontrol kamu.
Baca pesan WhatsApp emang cuma butuh waktu beberapa detik atau menit, tapi membalasnya kadang membutuhkan waktu yang nggak sebentar, apalagi kalau urusan pekerjaan.
Banyak alasan bagi tiap-tiap orang untuk nggak langsung membalas pesan. Jadi, kamu jangan merasa terbebani atau cemas saat pesanmu baru dibaca.
Saat dibombardir dengan pesan oleh teman atau rekan kerja, kamu bisa coba jelaskan dulu alasan kenapa kamu nggak bisa langsung membalas. Karena bisa aja kamu memang lagi ada urusan, masih berpikir, atau sedang beristirahat.
3. Selalu ada alasan di balik pesan yang diabaikan
Temanmu nggak merespon meskipun kamu melihat bahwa dia sedang online beberapa detik yang lalu? Atau temanmu online tapi tetap nggak membaca pesan kamu?
Situasi ini membuat kamu mungkin jadi berburuk sangka. Padahal bisa aja temanmu itu nggak sengaja mengabaikan pesanmu. Mungkin dia lagi nyetir, sedang berbicara dengan orang, atau alasan-alasan lainnya. Cukup pahami bahwa pasti ada alasan kenapa temanmu nggak kunjung membaca atau membalas pesanmu.
Namun, apabila situasi kayak gini sering dialami, tentu ini bisa melelahkan banget. Jadi, mari coba menghindarinya dengan mematikan fitur ‘Last Seen’ di WhatsApp kamu.
Tapi, jika pesanmu benar-benar penting dan butuh jawaban saat itu juga, akan lebih baik kamu menelepon dibanding hanya mengirim pesan, ya.
Konsultasikan Rasa Cemasmu ke Psikolog Profesional
Itulah penjelasan mengenai WhatsApp anxiety. Nah, kalau mau mengalami cemas yang berlebihan setiap kali melihat notifikasi WhatsApp, kamu bisa coba bicarakan hal ini dengan psikolog-psikolog ahli di Satu Persen. Nantinya, kamu juga akan mendapatkan berbagai macam tes seperti kepribadian, kesehatan mental, dan minat karir. Tes-tes ini membantu banget supaya kamu semakin memahami dirimu sendiri.
Caranya dengan klik gambar di bawah ini:
Pesan WhatsApp yang tak kunjung dibalas kadang juga bisa bikin overthinking. Selain konseling di Satu Persen, kamu juga bisa cari tahu lebih banyak cara hidup tanpa overthinking (+ insecure) dari Peter Parker alias Mr. Spider-Man dengan menyaksikan video YouTube Satu Persen yang satu ini, nih!
Oke, sekian dulu dari aku Anggi, Part-time Blog Writer di Satu Persen. Semoga artikel ini bermanfaat, dan jangan lupa ikuti terus sosial media Satu Persen untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan mental dan produktivitas lainnya, ya Perseners! Bye, bye :D
Source:
- Moss, Rache. (2021). Group Chats Making You Anxious? Us, Too. Here's How To Manage Them. HuffPost. Retrieved, 01 February 2022, from https://www.huffpost.com/archive/in/entry/manage-group-chats_in_5e7c6146c5b6cb08a9283504
- Moodistory. (2021). 5 Important WhatsApp Settings Against Stress. Retrieved, 01 February 2022, from https://moodistory.com/2021/06/08/5-important-whatsapp-settings-against-stress/
- Lufkin, Bryan. (2021). How texting makes stress worse. BBC. Retrieved, 01 February 2022, from https://www.bbc.com/worklife/article/20210129-how-texting-makes-stress-worse
- Johnston, Leah. (n, d). Is WhatsApp making you anxious?.Hyve. Retrieved, 01 February 2022, from https://www.hyve.com/insights/is-whatsapp-making-you-anxious/
- Iqbal, Mansoor. (2022). WhatsApp Revenue and Usage Statistics (2022). Business of Apps. Retrieved, 01 February 2022, from https://www.businessofapps.com/data/whatsapp-statistics/