Kegagalan: Bangkit Mengejar Sukses yang "Tertunda"

Produktivitas
Viony Putri Nursalim
8 Jul 2020
bangkit dari kegagalan

Halo, gue Viony, writer Satu Persen.

Kali ini gue akan ngebahas terkait hal yang udah pasti nggak asing dan semua orang pernah mengalaminya. Ya, hal tersebut yaitu 'kegagalan'.

Kegagalan dan keterpurukan adalah hal paling manusiawi yang pasti pernah dialami manusia sejagat raya. Hal yang mungkin lo pandang sebagai suatu hal yang negatif, tetapi sesungguhnya punya hikmah positif di dalamnya.

Kenapa? Karena, menurut gue, salah satu bagian fundamental dari sebuah kesuksesan adalah kegagalan atau biasa disebut "kesuksesan yang tertunda".

Gue berani jamin, kalo lo coba tanya semua orang sukses di dunia ini, kemungkinan besar mereka pernah mengalami kegagalan. Dalam hal apapun.

Oke, jadi pernah nggak sih, lo merasa gagal? Merasa gagal karena gak lulus ujian masuk perguruan tinggi, gak dipanggil interview dimana-mana, belum dapet kerjaan, belum dapat pasangan, gak berhasil membuat orangtua bangga, dan sebagainya.

Intinya, kegagalan lo membuat lo merasa gak layak sebagai manusia. Dan kegagalan itu bisa jadi membawa lo kepada kekecewaan yang berkelanjutan.

Pernah gak sih lo merasa begitu?

Nah, kalo lo pernah mengalami rasa kegagalan seperti yang barusan gue deskripsikan, artinya lo berada di artikel tepat! Kali ini, gue bakal ngejelasin tentang kegagalan dan bagaimana cara menaklukannya.

Definisi Kegagalan?

Pertama-tama, gue mau nanya. Gimana sih cara lo mendefinisikan kegagalan itu sendiri?

Apakah ketika lo ga lulus ujian? Atau ketika lo kalah dari suatu pertandingan? Atau ketika lo ga berhasil buat banggain orang yang lo sayang? Dari sini kita bisa tarik kesimpulan bahwa sebenernya ukuran gagal itu ga mutlak.

Maksudnya gimana tuh?

Ada orang yang nganggep bahwa ketika dia gaberhasil buat banggain orang kesayangannya  itu kegagalannya. Tapi, mungkin ada juga orang yang ketika ga berhasil banggain orang kesayangannya, dia ga menganggap hal itu sebagai suatu kegagalan.

Ya jadi, kalo ditarik kesimpulannya lagi, tolok ukur kegagalan ini ga pasti. Bisa dibilang suatu 'kegagalan' adalah suatu yang netral. Sebenernya, tolok ukur gagal bagi tiap orang kan berbeda-beda ya.

Jadi ya, tinggal bagaimana lo mendefinisikan kegagalan itu sendiri. Akan tetapi, seperti yang mungkin udah lo ketahui juga, sebagian besar masyarakat Indonesia punya stigma negatif terhadap kegagalan.

Kata “gagal” selalu dikonotasikan dengan hal-hal negatif. Banyak orang yang nganggep bahwa kalo lo gagal, itu artinya lo inadekuat.

Hal ini yang ngebuat banyak orang akhirnya menghindari 'kegagalan'. Mau ngejar mimpi, eh mikir mikir lagi karena takut gagal. Pengen buat bisnis, tapi takut akan 'judge' oleh orang disekitar. Mau berkarya tapi kebanyakan mikir kegagalannya.

Akhirnya, banyak yang memutuskan untuk nggak ngelakuin apa-apa agar terhindar dari kegagalan. Do nothing.

Mungkin, beberapa juga mulai menjustifikasi bahwa teman-temannya yang sukses merupakan orang yang punya keuntungan lebih, atau istilahnya, berprivilese.

Sementara itu, dibandingkan berusaha dan mencari kesempatan, orang-orang yang belum sukses itu udah punya mindset bahwa dia gak bakal mencapai kesuksesan karena gak seberuntung mereka itu.

Padahal, seperti yang gue bilang di awal, gue yakin bahwa kegagalan adalah sebuah bagian fundamental untuk mencapai kesuksesan.

Orang Sukses Juga Pernah Gagal

Bill Gates, Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Oprah Winfrey, Michael Jordan.

Pasti, lo familiar dengan nama-nama barusan, bukan? Seperti yang lo tau, mereka adalah sekumpulan tokoh sukses dunia. Tapi, yang harus lo ketahui juga, kesuksesan yang mereka tuai nggak luput dari kegagalan.

Yuk kita ambil contoh. Albert Einstein. Salah satu ilmuwan paling hebat di dunia.

Percaya gak, kalo dia baru bisa berbicara ketika berumur empat tahun? Dia juga beberapa kali gagal diterima di sekolah terbaik. Bahkan, dia juga berhenti jadi salesman asuransi setelah lulus kuliah karena gagal berkarier dalam bidang tersebut.

Masih kurang contoh? Let’s move on to Oprah Winfrey.

Salah satu orang tersukses di dunia berikutnya. Seorang host talk show, aktris, dan aktivis. Semasa hidupnya, Oprah pernah di-abuse physically, mentally, dan sexually oleh orang-orang terdekatnya.

Beliau kabur dari rumah saat berusia 13 tahun dan hamil di usia 14 tahun. Dia juga pernah dipecat karena dirasa kurang sesuai untuk kehidupan pertelevisian komersil.

Nah, kedua contoh tersebut adalah sebuah perwujudan nyata bahwa failure can’t determine who you are. Intinya, mereka bisa sukses karena sudah berulangkali ditempa oleh kegagalan.

Tips Bangkit dari Kegagalan

gagal: sukses yang tertunda
Photo by Doran Erickson on Unsplash

Terus, gimana sih cara bangkit dari kegagalan itu sendiri?

Abis ini, gue bakal ngasih beberapa tips yang bisa lo terapkan agar lo bisa mengalahkan rasa takut lo terhadap kegagalan. Stay tuned, ya!

Pertama: percaya bahwa NOTHING GOOD COMES EASY

Terkadang kita suka lupa bahwa kepuasan instan nggak akan membawa kita kepada hasil akhir yang baik dan permanen. Nothing good comes easy, percaya deh.

Usaha dan hasil itu idealnya adalah sebanding. Kalo lo memberikan usaha terbaik yang lo bisa, maka hasil yang lo tuai juga gak akan bohong. Kesuksesan itu nggak instan, tetapi butuh proses.

Seluruh tokoh yang tadi udah kita bahas telah memberikan usaha terbaik yang mereka bisa, hingga akhirnya bisa menuai kesuksesan.

Kedua: jangan terlalu peduli apa kata orang.

Society might judge you, tapi lo punya pilihan: whether to listen to them or not. If I were you, I would choose the latter.

Makanya, lo harus pinter-pinter memilih lingkungan yang baik buat lo. Kelilingilah diri lo dengan orang-orang yang dengan tulus ingin melihat lo sukses.

Jangan sampai, demi membaur dengan society, lo harus menggeser prinsip-prinsip dan tujuan pribadi lo.

Ketiga: lihat kegagalan sebagai sarana pembelajaran dan sebuah kesuksesan yang tertunda.

Kegagalan-kegagalan berulang yang mereka alami itu membawa mereka untuk mempelajari hal yang paling penting: bahwa kegagalan adalah sebuah proses pembelajaran untuk memperoleh suatu hal yang lebih sempurna.

Inget, selalu ada opsi bagi lo untuk melihat kegagalan sebagai sebuah proses pembelajaran, dibanding melihatnya sebagai sebuah kekecewaan semata. At least, dengan kegagalan, lo bisa memperoleh insight baru. Lo bisa belajar dari kesalahan lo, dari percobaan-percobaan lo yang tidak berhasil itu.

Gue selalu merasa bahwa, kalo lo bisa membayangkan kegagalan, gak adil gak sih kalo lo nggak membayangkan kesuksesan?

Menurut gue, pandangan optimistis yang lo punya terhadap goal yang ingin lo raih itu sangat ampuh untuk mengalahkan rasa takut lo akan kegagalan. Kalo lo berpikir positif, kalo lo berorientasi pada kesuksesan, maka rasa semangat lo otomatis juga akan terpompa.

Buat lo yang sedang merasa gagal, gue akan mengingatkan lo untuk “tetap berjuang”. Lo boleh merasa sedih atas kegagalan lo, itu sangat manusiawi.

Tapi, yang terpenting, lo gak boleh terlalu hanyut dalam kesedihan. Segeralah bangkit dari keterpurukan, karena inget: kesuksesan sedang menanti lo.

Lo bisa banget ikutan mentoring Satu Persen kalau lo merasa sangat sulit untuk bangkit dari keterpurukan yang lo rasakan. Di sini lo akan dibantu untuk menemukan core problem lo, menentukan langkah selanjutnya yang perlu lo ambil biar lo lebih percaya diri, dan tentunya benefit lainnya yang gokil abis.

Lo bisa klik gambar di bawah ini untuk informasi seputar mentoring, biar lo bisa mempertimbangkan dan lebih yakin apakah lo perlu ke mentoring Satu Persen atau belum. Kalo lo belum yakin apa yang mau lo konsultasiin ke mentor, lo juga bisa ikut Tes Layanan Konsultasi.

CTA-Konsultasi--1--8

Buat lo yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang topik ini, lo bisa nonton video di bawah ini.

Gue harap lewat membaca artikel ini ini bisa membuat lo berkembang menjadi lebih baik, seenggaknya Satu Persen setiap harinya!

References

Adams, R. L. (Dec 6, 2017). 5 Ways to Achieve Failure and Achieve Your Goals. Retrieved from https://www.huffpost.com/entry/7-ways-to-overcome-failur_b_8756354

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.