Halo Perseners, balik lagi sama gue Senja, Part-time Blog Writer di Satu Persen.
Pernah gak sih lo ngerasa kalau dunia ini tuh bising banget? Apalagi di era digital, di mana arus informasi bergerak cepat banget. Mulai dari bangun sampai tidur lagi, pikiran lo terisi banyak informasi yang terus berputar di kepala. Misalnya, pikiran soal masa depan yang gak pasti; kerjaan yang numpuk, atau hubungan lo sama orang terdekat.
Semua itu seakan hinggap dan numpuk dalam pikiran kita hingga berujung jadi overthinking. Akibatnya, lo mungkin sering ngerasa cemas, stres, hilang arah, dan gak tau tujuan hidup. Makanya, di sini aku mau jelasin salah satu filosofi Alan Watts tentang tujuan dan makna hidup yang bisa bantu mengatasi overthinking. So, baca artikel ini sampai selesai untuk dapat pemahaman lebih jauh soal filosofi Alan Watts, ya!
Coba Juga: Tes Overthinking (Rumination)
Mengenal Alan Watts
Alan Watts adalah seorang filsuf, penulis, dan dosen berkebangsaan Inggris yang lahir pada tahun 1915 di Chislehurst, Britania Raya. Ia dikenal karena mempopulerkan filsafat bangsa timur (Tao, Zen, Hindu) ke dunia barat. Filsafat bangsa timur dikenal mengedepankan aspek moralitas dan spiritual sehingga dianggap sedikit berbeda dengan ciri filsafat barat yang mengutamakan pola pikir rasional. Kehadiran Alan Watts berhasil membuka mata khalayak barat mengenai kebaikan ajaran filsafat timur yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ia juga banyak menulis buku mengenai kebahagiaan, aliran Zen (salah satu aliran Buddha Mahayana), kesadaran manusia, dan pemikiran lain tentang kehidupan yang masih sangat relevan dengan era modern ini. Salah satu karya Alan Watts yang terkenal adalah The Wisdom of Insecurities yang banyak memberikan solusi hidup untuk mengatasi kegelisahan yang dirasakan manusia.
Baca juga: Filosofi Teras untuk Belajar Menjadi Manusia
Tiga Pelajaran Penting Dari Filosofi Alan Watts
1.Menikmati Hidup Hari ini
Alan Watts dalam buku The Wisdom of Insecurity mengatakan bahwa salah satu hal yang biasanya bisa bikin overthinking adalah memikirkan masa depan. Sebenarnya, memikirkan masa depan itu gak ada salahnya karena kita pasti punya tujuan yang ingin dicapai.
Masalahnya, pemikiran berlebihan tentang masa depan yang belum pasti bisa membuat kita gak bahagia. Alhasil, lo akan cenderung cemas dan sibuk mikirin ketidakpastian itu.
Alan Watts mengatakan: the future is a concept, it doesn't exist.
Menurut Alan Watts, hidup itu layaknya sungai berarus deras. Guncangan arus akan terus ada dan satu-satunya hal yang bisa lo lakukan adalah menikmati guncangan itu. Sekalipun lo mencoba berenang melawan arus, itu hanya akan membuat lo tenggelam. Jadi, daripada mikirin masa depan yang gak pasti, jangan lupa buat menikmati apa yang ada di masa kini.
2. Kebahagiaan dan Kesedihan itu Satu Paket
Kebahagiaan dan kesedihan itu bagai dua sisi mata uang koin yang sama. Kalau lo ingin bahagia, lo juga harus siap untuk sedih. Gak ada orang yang sukses tanpa usaha keras untuk mewujudkannya. Lo juga harus siap buat menghadapi kemungkinan patah hati kalau lagi jatuh cinta. There is no love without suffering.
Alan Watts mengatakan berhenti untuk memisahkan hal yang positif dan negatif. Anggap kebahagiaan dan kesedihan merupakan fase yang sama-sama penting untuk dijalani. Apabila kamu berusaha menghilangkan salah satu, ini bisa membuatmu semakin cemas dan malah mengalami overthinking.
3. Menghindari Perilaku Konsumerisme Berlebih
Kalau dalam buku Alan Watts yang sama, perilaku konsumerisme atau suka belanja ini sebenernya gak bisa membuat lo bahagia. Kebahagiaan yang lo dapat dari produk yang dibeli itu gak selamanya ada. Hal itu karena keinginan lo akan terus tumbuh. Akhirnya, pikiran lo gak akan berhenti hanya dengan membeli handphone aja.
Contohnya, lo punya handphone jadul tapi sebenernya masih bisa berfungsi dengan baik buat telepon, chat, browsing internet, bahkan ngegame. Namun, lo berpikir bahwa punya handphone edisi baru dan merk yang terkenal akan bikin lo senang.
Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, lo kemudian membeli handphone edisi baru itu. Ternyata, beli handphone baru malah membuat lo berpikir buat beli aksesoris handphone lainnya. Jadi, semakin lo membeli barang, semakin banyak masalah baru yang akan muncul. Ujungnya lo akan berubah jadi konsumtif. Kesimpulannya, konsumerisme itu hanya memberikan lo kebahagiaan yang kosong atau semu.
Baca juga: Filosofi Kehidupan ala Albert Camus: Hidup Itu Absurd!
Belajar Menggapai Tujuan dan Makna Hidup dengan Konsultasi
Hidup itu akan selalu memiliki konflik. Artinya, lo akan selalu menemui banyak pilihan hidup yang akhirnya mempertanyakan prinsip hidup yang lo pegang. Alan Watts memberikan satu pandangan hidup yang bisa lo jadikan acuan dan aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, belum tentu semua orang bisa mengadopsi suatu filosofi secara instan dan utuh sebagai acuan hidup. Walaupun cocok banget buat dilakukan, akan butuh waktu untuk beradaptasi sampai terbiasa sesuai ajaran Alan Watts.
Buat kalian yang pengin belajar bareng bimbingan yang tepat, yuk coba konsultasi mentoring di Satu Persen! Melalui mentoring, lo akan diajak berkenalan dan berdamai sama diri lo sendiri. Lo akan dibantu sama mentor terbaik Satu Persen buat cari solusi masalah sama-sama. Alur konsultasi dan testimoni bisa langsung kalian cek dengan klik banner di bawah ini, ya!
Kalian juga bisa nonton video filosofi Alan Watts di sini, ya!
Akhir kata, semoga artikel ini bisa bikin lo lebih aware dengan masalah hidup kalian, khususnya buat yang lagi overthinking. Satu Persen di sini hadir untuk membantu lo menjalani hidup paling gak satu persen setiap harinya. Sampai jumpa di lain kesempatan. Dah!
Referensi
Alan Watts. https://biography.yourdictionary.com/alan-watts. Diakses 9 Februari 2022.
The Wisdom of Insecurity Summary and Review. https://lifeclub.org/books/the-wisdom-of-insecurity-alan-watts-review-summary. Diakses 9 Februari 2022.
The Life of Alan Watts. https://alanwatts.org/life-of-alan-watts/. Diakses 9 Februari 2022.