Cara Biar Punya Badan yang Ideal Buat Orang Gendut

Artikel Terbaik
Ocky Jhon
27 Sep 2023

Punya badan yang nggak ideal, kaya “Kpop Idol”, suka bikin kita jadi insecure. Ditambah lagi, standar kecantikan kaya “kulit putih, badan harus langsing banget sampai nggak ada lemaknya, sampai nggak berlipat itu perut” itu udah jadi tolok ukur kecantikan atau ketampanan seseorang.

Karena standar yang bisa dibilang nggak realistis itu, kalau ada orang yang nggak sesuai sama standar ini, bakalan diejek atau istilahnya kena body shaming-lah. Akhirnya munculah gerakan body positivity yang lagi gencar banget digaungkan di mana-mana. Akhirnya banyak orang berpikiran kalau “Nggak apa-apa gendut, yang penting happy dan sehat”.

Tapi, apa statement “gendut yang penting sehat” itu benar? Atau justru malah kebalikannya? Berarti body positivity nggak baik dong? Nah, biar nggak bingung, mendingan lo nonton baca artikel ini sampai habis deh. Gue akan ngebahas soal body positivity dan korelasinya sama obesitas dan kesehatan. Dijamin bakalan banyak insight yang lo dapetin.

Masalah Bentuk Tubuh

Lo mungkin pernah dapet kata-kata yang nggak mengenakan soal bentuk tubuh yang rasanya tuh menyinggung dan nyakitin di hati. Misalnya, bercandaan kaya “Ih badan lo gede banget” atau “Badan gajah, gembul, atau badan bengkak”. Meskipun bercanda, ya tetep aja sih kata-kata itu sakit banget kalau didenger dan kenyataanya ada banyak orang di luar sana yang mendapatkan perkataan negatif kaya gini.

Bercandaan kaya gini sebenarnya nggak baik sih karena bisa berdampak buruk ke orang yang diejek. Mulai dari insecure, overthinking, depresi, gangguan makan yang ekstrem, ya macem-macemlah pokoknya.

Nah, karena maraknya body shaming di kalangan orang big size, muncullah gerakan ”body positivity”. Gerakan ini merupakan gerakan sosial yang berfokus pada kesetaraan dan penerimaan semua bentuk dan ukuran tubuh. Tujuan gerakan ini tuh biar orang-orang, yang nggak sesuai sama standar kecantikan, bisa lebih pede dan menerima dirinya sendiri, sekaligus mengedukasi orang lain biar nggak body shaming.

Sebenarnya gerakan ini tuh udah ada dari dulu, sebelum tahun 2000-an, tepatnya sih di tahun 1969. Dulu, nama gerakannya itu ‘Fat Acceptance’. Tujuannya juga sama kaya body positivity, yaitu ini fokus buat menghentikan budaya ‘Fat-shaming’ atau diskriminasi orang berdasarkan ukuran atau berat badannya. Nah, buat mendukung gerakan ini, akhirnya dibikinlah National Association to Advance Fat Acceptance.

Kemudian, pada tahun 1996 baru nih muncul istilah body positivity buat pertama kalinya. Istilah ini dipelopori oleh seorang psikoterapis dengan pasiennya yang mengalami gangguan makan.

Lalu, sekitar tahun 2012 istilah body positivity itu muncul kembali dengan cakupannya lebih luas. Kenapa? Karena gerakan ini dibuat buat menentang standar kecantikan feminin yang nggak realistis. Misalnya wanita itu harus “kurus, tinggi, putih, mancung, mulus, rambut lurus, dan lain-lain”. Makanya body positivity muncul dan ngasih pesan bahwa “All bodies are beautiful”.

Dan kalau diperhatiin, body positivity ini semakin populer karena bantuan media sosial dan brand-brand yang bikin kampanye soal gerakan ini. Bahkan tahun lalu, beberapa artis kaya Tara Basro juga ikut kampanye ini.

Dan buat mendukung gerakan ini muncul tagar #bodylove, #bodypositivity, #allbodiesarecreatedequal, #loveyourbody, dan #allbodiesarebeautiful.

Dan kalau menurut gue, kampanye gerakan ini tujuannya bagus, biar orang yang punya bentuk tubuh nggak sesuai standar bisa pede, bisa beraktivitas tanpa harus ngerasain dibully atau body shaming.

Cuma sayangnya pada praktiknya, body positivity ini kaya pisau bermata dua jadinya. Soalnya, gerakan yang lagi ngetrend ini cenderung fokus pada “menerima penampilan luar aja” atau “tampilan fisik daripada fungsi tubuh itu sendiri’.

Akhirnya, secara nggak langsung masyarakat kita jadi tergiring buat menerima semua bentuk ukuran tubuh tanpa mikirin aspek kesehatan.

Dampak Bertubuh Gemuk Menurut Medis

Kalau dari segi medis, bagaimanapun yang namanya obesitas itu berdampak buruk bagi kesehatan. Dan faktanya, menurut Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) 2018, obesitas di Indonesia semakin meningkat, di semua kalangan, mulai dari anak sampai orang dewasa. Bahkan tingkat obesitas di Indonesia meningkat pesat baik di rumah tangga kaya maupun yang miskin. Dan tingkat obesitas ini cenderung tinggi di daerah perkotaan dibandingkan pedesaan.

Kalau hal ini kalau dibiarkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan jangka panjang. Mengutip dari CDC, obesitas bahkan jadi penyebab tingginya angka kematian (mortalitas), tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol, diabetes tipe 2, penyakit jantung koroner, pengeroposan tulang, kanker, dan penyakit mental seperti depresi klinis, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.

Jadi, pada akhirnya, penting buat memahami dan sadar kalau obesitas memang meningkatkan risiko banyak penyakit. Dan menurut gue, menerima bentuk tubuh kita, apapun itu, mau yang gemuk atau yang kurus itu memang penting banget. Tapi kalau misalnya nggak ada action, cuma sekadar “oke nggak apa-apa gue punya badan begini, yang penting gue happy”, menurut gue cara pandang ini perlu diluruskan.

Karena merawat diri itu jadi salah satu bentuk kalau kita sayang dan peduli sama diri sendiri. Biar apa? Ya tujuannya supaya sehat, kalau tubuh kita sehat, kita bisa menikmati hidup seutuhnya.

Karena ketika lo cuma “menerima” tanpa usaha, ya risiko buruk yang mengintai lebih banyak. Kalau udah sakit, malah lebih banyak ngeluarin duit dan malah nggak bisa menikmati hidup karena sakit-sakitan akibat obesitas itu tadi. Jatunya kaya lingkaran setan sih. Jadi akan lebih baik kalau gerakan “body positivity” yang kita lakuin juga diiringi kuti gerakan “hidup sehat”.

Terus gimana caranya biar body positivity yang dilakuin jadi lebih baik?

Buat langkah awalnya yang bisa dilakuin yaitu menerima diri lo apa adanya. Terlepas dari bentuk badan yang kita punya, kita itu tetap berharga, tetap punya nilai lebih, dan masih bisa mengejar hal-hal yang kita impikan. Misalnya, lo punya bakat nyanyi, nari, atau ngelukis. Lo bisa mengembangkan potensi itu biar semakin oke. Selain meningkatkan kepercayaan diri, mengasah potensi yang ada di dalam diri lo juga bagus buat menunjang karir lo kedepannya.

Selanjutnya, kalau udah bisa menerima diri sendiri, kita perlu action. Caranya dengan aware sama kesehatan diri sendiri dan menerapkan gaya hidup sehat. Selain bisa menurunkan berat badan, ya menerapkan pola hidup sehat atau diet itu baik buat tubuh kita.

Cuma harus di ingat “SEMUANYA BUTUH PROSES” dan pakai cara yang benar. Jangan sampai lo jadi diet terlalu ketat, misalnya cuma makan 1x sehari, olahraga terlalu ekstrim, atau ngerasa bersalah ketika mau makan sesuatu. Karena bagaimana pun juga badan lo butuh nutrisi biar bisa berfungsi dengan baik.  Jadi, diinget juga, kalau diet terlalu ekstrem juga nggak baik buat kesehatan.

Terus  gimana caranya buat mulai diet yang sehat tapi nggak menyiksa?

Pertama, lo bisa evaluasi diri dulu, selama ini kualitas makan lo udah baik atau belum. Biar mempermudah, lo bisa ikut tes kualitas makan yang ada di Satu Persen. Meskipun nggak 100% akurat, tapi hasil tes ini ngebantu banget biar lo tahu kira-kira lo makannya udah bener apa belum nih.

Kalau misalnya hasil tes nunjukin kualitas makan lo masih buruk, kaya sering ngemil malem, sering konsumsi junk food, sebaiknya mulai dari sekarang lo benahi itu.

WHO sendiri menyarankan buat nerapin diet sehat dari hal sederhana dan nggak perlu pake produk aneh-aneh ini itu. Misalnya kurangin gorengan, cemilan yang terlalu manis, dan kurangin makanan junk food yang tinggi kalori. Karena semua makanan tadi itu tinggi lemak, gula, dan garam dan itu nggak baik buat tubuh kita.

Selain itu, perbanyak makan sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging rendah lemak. Penting juga buat olahraga teratur. Buat pemula, nggak perlu yang berat-berat dulu, olahraga ringan juga nggak apa-apa, misalnya jogging 40 menit tiap pagi. Kalau udah terbiasa, lo bisa tingkatin intensitas olahraganya. Kalau emang butuh bantuan, bisa banget nonton video Satu Persen yang ini yang pernah bahas soal diet, konsultasi ke ahli gizi, atau pakai personal trainer buat mendukung diet sehat lo.

Akhir kata, ya semoga artikel ini bisa membantu lo yang lagi ngerasa nggak pede sama bentuk badan dan bisa jadi motivasi buat lu yang lagi berjuang diet. Dan kalau misalnya di tengah prosesnya lo ngerasa sulit, kesusahan, atau sedih, itu wajar kok. Karena memang nggak ada yang instan.

Kalau perlu curhat ke mentor satu persen ya silakan biar lega juga. Tapi jangan lupa buat bangkit lagi dan konsisten demi kesehatan diri lo. Dan semua perjuangan itu perlu waktu. Yang perlu lo ingat adalah “menjalani pola hidup sehat itu tujuannya demi kesehatan tubuh, langsing itu jadi bonus buat lo.” Perlahan tapi pasti, gue yakin akan berprogres kok, seenggaknya satu persen setiap harinya.

Gue Jhon dari Satu Persen, thanks

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.