5 Fakta Perilaku Eksibisionis, Adegan Telanjang Kwak Dong Yeon di Drakor It’s Okay to Not Be Okay

Kesehatan Mental
Zahra Putri Fauziyah
1 Nov 2021
Fakta Eksibisionis
Satu Persen - 5 Fakta Perilaku Eksibisionis

Kalau lo pernah nonton drama korea It’s Okay to Not Be Okay, tentu nggak asing dong dengan adegan Kwak Dong Yeon yang memamerkan tubuh telanjangnya di depan umum?

It's Okay to Not Be Okay
Cr. womantalk.com

Yup, pada drama korea ini, Kwak Dong Yeon yang berperan menjadi Kwon Ki Do, diceritakan sebagai anak dari politisi yang juga salah satu pasien dari rumah sakit kejiwaan. Di episode ketiga, Kwak Dong Yeon muncul dengan adegan sengaja melepas pakaiannya di depan CCTV karena terserang panic attack.

Tidak sampai disitu aja, Kwak Dong Yeon kemudian juga membuat onar dengan berlarian dan bahkan memamerkan alat kelaminnya di depan Go Moon Young.

Eksibisionis It's Okay to Not Be Okay
Cr. Intipseleb.com

Meski adegan ini menuai kritik dari Komisi Komunikasi Korea karena dianggap sebagai sebuah pelecehan, yang harus dipahami bahwa apa yang dilakukan Kwak Dong Yeon ini sebenarnya adalah salah satu gangguan mental yang bisa saja dialami oleh setiap orang loh, Perseners.

Di Indonesia sendiri, rasanya sudah cukup banyak kasus pelecehan seksual di mana seorang laki-laki tiba-tiba memamerkan alat kelaminnya di depan perempuan. Seperti yang paling viral adalah kasus yang dialami Istri Komedian Isa Bajaj.

Di mana sang istri, Rahayu Mutiara, ketika sedang berjalan di komplek perumahan tiba-tiba diikuti oknum pria menggunakan sepeda motor. Dan saat posisi motornya berada di samping sang istri, oknum ini langsung mengeluarkan dan mempermainkan alat vitalnya.

Perilaku seperti yang ada di atas dalam dunia psikologi disebut sebagai gangguan eksibisionis. Nah, sebenarnya apa sih gangguan eksibisionis? Kok bisa ya, ada orang yang seperti itu? Di artikel kali ini, gue akan jelasin tentang gangguan eksibisionisme dan 5 fakta tentang gangguan mental ini.

Apa Itu Eksibisionis?

Dikutip dari Psychology Today, eksibisionis  adalah kondisi yang ditandai dengan adanya dorongan, fantasi, atau tindakan untuk mengekspos atau mempertontonkan alat vital seseorang kepada orang lain tanpa persetujuan mereka.

Pada awalnya, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV (DSM IV tahun 2000) memperkenalkan gangguan eksibisionistik sebagai eksibisionisme (exhibitionism). Namun sejak digantikan dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM V tahun 2013), berubah namanya menjadi gangguan eksibisionistik. Hal ini dilakukan untuk membedakan eksibisionisme sebagai pola perilaku dan gangguan eksibisionistik yang merupakan gangguan penyimpangan seksual atau Parafilia.

Penderita eksibisionis biasanya akan menyerang atau melakukan aksinya kepada seseorang yang sedang lengah. Mereka akan merasa senang dan puas ketika mendapat reaksi dari orang yang di pertontonkan alat vitalnya tanpa persetujuan. Entah reaksi tersebut adalah positif atau reaksi negatif.

Gangguan Eksibisionis dikategorikan sebagai bagian dari parafilia. Parafilia adalah sekelompok gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya.

Perilaku ini apabila dibiarkan akan membahayakan. Di satu sisi akan meninggalkan trauma pada korban, di sisi lain juga tidak sehat untuk mental penderita.

Beberapa fakta yang harus Perseners ketahui tentang eksibisionis antara lain:

1. Dilakukan untuk mengurangi kecemasan

Salah satu motivasi seorang eksibisionis untuk mempertontonkan alat vitalnya, selain untuk rasa senang dan puas, juga untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan.

Ketika ia berhasil membuat orang terkejut dengan apa yang ia lakukan, maka ia akan merasa puas. Rasa puas inilah yang dapat mengurangi dan menutupi kecemasan yang sebenarnya dirasakan.

Seperti yang dilakukan Kwang Dong Yeon setelah ia melakukan aksinya, ia menceritakan di depan publik betapa sedih, kesal, dan cemas dirinya karena merasa dikucilkan oleh orang tuanya.

2. Eksibisionis berbeda dengan Nudis

Meski sama-sama membuka baju dan memperlihatkan alat kelamin, eksibisionis berbeda dengan nudis. Perbedaan ini ada pada motif dan efek yang melatar belakangi perbuatan.

Efek yang dirasakan seorang eksibisionis setelah memperlihatkan alat kelaminnya adalah kepuasan dalam diri dan merasa terangsang secara seksual. Sedangkan seorang nudis tidak akan merasa terangsang saat melakukan hal tersebut karena mereka pada dasarnya memang lebih cenderung senang menghabiskan waktu tanpa menggunakan pakaian apa pun.

3. Penderita eksibisionis biasa disebut Flasher

Penderita eksibisionis kadang-kadang disebut sebagai "flasher". Hal ini karena mereka merasa perlu untuk mengejutkan atau membuat korbannya terkesan dengan tingkahnya yang dengan tiba-tiba mempertontonkan alat kelaminnya. Kondisi ini biasanya terbatas pada eksposur saja, tanpa hal lainnya.

4. Lebih banyak ditemukan pada pria

Populasi pada gangguan eksibisionistik tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan memengaruhi sekitar 2-4 persen populasi pria. Kondisi ini lebih jarang terjadi pada wanita, meskipun perkiraan populasinya tidak diketahui.

Timbulnya kondisi ini biasanya terjadi pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Mirip dengan preferensi seksual lainnya, eksibisionistik dapat berkurang seiring bertambahnya usia.

5. Tidak beresiko pemerkosaan

Ketertarikan seksual pada penderita eksibisionis muncul dari respon orang asing yang dipamerkan alat vitalnya. Sehingga ia sudah merasa puas dari respon yang didapat saat melakukan hal tersebut.

Penderita Eksibisionis setelah melakukan aksinya jarang melakukan kontak seksual dengan korban. Namun, orang tersebut mungkin bermasturbasi sambil mengekspos dirinya sendiri atau sambil berfantasi.

Nah, itu dia beberapa fakta dari gangguan mental eksibisionis. Kalau Perseners tiba-tiba dihadapkan oleh pelaku eksibisionis yang sedang menjalankan aksinya, cobalah buat nggak merespon dan bereaksi apa pun. Jangan panik, jangan kaget. Atur napas, pelan pelan ambil handphone dan foto! Foto adegan tersebut untuk kemudian laporkan ke polisi.

Kalau pelaku eksibisionis mulai mendekat, cobalah teriak untuk menarik perhatian masyarakat sekitar dan membuat pelaku eksibisionis kabur. Tarik nafas dan lupakan.

Perseners yang mungkin udah pernah ketemu dan di pertontonkan aksi eksibisionis, kemudian merasa kaget atau merasa hal tersebut merupakan kejadian traumatis, boleh banget loh cerita melalui layanan konseling Satu Persen. Cerita pelan-pelan gimana kronologinya, apa yang Perseners rasain, dan apa yang membekas sampai sekarang. Rasa takut? Atau rasa khawatir?

Psikolog Satu Persen yang merupakan lulusan S2 Psikologi akan mendengarkan cerita Perseners dengan terbuka tanpa men-judge, bahkan kalau perlu memberi terapi untuk menghilangkan pelan-pelan trauma yang Perseners alami karena pelaku eksibisionis. Untuk informasi lebih lengkapnya, kalian bisa langsung aja klik banner di bawah ini, ya!

CTA-Blog-Post-06-1-7

Kalau masih ragu apakah harus ke psikolog atau nggakl, coba ikut tes konsultasi dulu ya. Terakhir, gue Zahra Blog Writer Satu Persen, salam #HidupSeutuhnya dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Referensi:

Exhibitionism Retrieved from Exhibitionism | Psychology Today

Antida Djie. 2019. Kenali Cara Menghadapi Eksibisionis Pamer Alat Vital. Retrieved from https://www.sehatq.com/artikel/jangan-takut-ini-cara-menghadapi-eksibisionis/amp

American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV-Text-Revision. Washington: APA

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.