Hai, Perseners! Kenalin gue Fatur, Writer Blog baru di Satu Persen yang masih berjuang di semester akhir perkuliahan.
Jujur aja, di momen perkuliahan gini, penting banget untuk nge-manage waktu biar berbagai kerjaan pun bisa selesai tepat waktu. Tapi, biasanya ada aja temen yang suka minta bantuan ke gue untuk bantuin kerjaannya. Gak salah, sih, tapi coba deh lo liat percakapan ini.
A: Cuy, bantuin gue ngerjain tugas sekarang banget, bisa kali?
B: (Aduh, laporan masih numpuk, skripsi minta revisi, deadline magang, mau beli makanan kucing juga)
B: Bisa.
A: Emang paling bisa diandelin dah lo!
B: Okay, gue kerjain sekarang ya.
Cerita di atas tadi merupakan salah satu contoh kasus yang umum banget didengar. Kasus kayak gini bisa juga berdampak ke hal lain, lho. Misal cerita ketika lo ngasih pinjem uang ke teman lo, tapi sebenarnya uang itu harus lo pake buat beli bensin motor yang sudah kosong.
Nah, mungkin cerita-cerita tadi bisa ngegambarin habit orang gak enakan, baik ke teman atau atasan lo.
Tapi tau gak? Kebiasaan ini bisa ngebuat lo berpotensi jatuh ke dalam satu gejala bernama people pleaser alias "si tukang nge-iya-in".
Apa itu people pleaser?
Mungkin istilah ini jarang didengar di telinga banyak orang. Tapi kalo gue bilang ada orang yang gak pernah bilang “gak” setiap dimintai bantuan, pasti langsung nangkep dong artinya?
Yes, people pleaser adalah situasi di mana seseorang rela melakukan apapun agar dapat diterima atau diakui oleh orang lain. Sementara tujuannya sendiri bermacam-macam, salah satunya agar seseorang terhindar dari segala konflik dalam hidupnya.
Bahkan ada lho penelitian yang membahas tentang sifat ini. Misalnya studi yang dilakukan oleh Profesor Manajemen dan Human Resources, Robert Giacalone menjelaskan bahwa seseorang berusaha membuat orang lain senang demi mendapatkan kesan yang baik buat dirinya sendiri.
Biasanya, sifat gak enakan bisa lo lakukan pada seseorang yang rela tampil kompeten di depan orang lain, sampai tergerak untuk memenuhi semua kebutuhannya. Sejauh ini, sih, kedengarannya suatu hal yang positif karena membantu orang pun sama dengan nambah pahala juga, kan?
Nah, tapi bukan sekadar masalah kebaikannya, ternyata sikap kayak gini gak baik untuk produktivitas lo. Kenapa?
Bayangin aja kalo setiap waktu lo susah banget untuk nolak permintaan teman lo. Maka yang ada malah bisa menjadi domino effect buat lo sendiri. Misalnya prioritas rencana lo malah jadi keteteran, sampai akhirnya ngebuat lo punya pola produktivitas yang gak sehat atau abai dengan diri sendiri.
Eits, biar lebih jelasnya mending kita cari tahu lebih lanjut, yuk! Atau gak, lo juga bisa dengerin podcast dari Satu Persen yang ngebahas tentang sifat gak enakan ini.
Kenapa kita bisa jadi seorang yang gak enakan?
1. Takut akan penolakan
Salah satu tanda bahwa lo berada dalam situasi gak enakan adalah ketika lo takut ditolak oleh teman satu circle lo. Padahal, penelitian menyebutkan bahwa itu hanya asumsi lo doang ketika berpikiran lo bakal diterima atau gak. Asumsi itu biasanya datang berupa kalimat-kalimat bernada pesimis.
“Duh, kalo gue gak lakuin yang apa dia mau, nanti dia gak akan ngajak jalan gue lagi.”
Akibatnya, pada titik itu lo jadi tergerak untuk peduli dan menyenangkan orang lain demi kebutuhan lo sendiri.
2. Takut untuk gagal
Well, siapa sih yang gak pernah ngalamin kegagalan? Semua orang tentu ada saatnya gagal, terutama gue yang pernah gagal di percobaan pertama ketika masuk perkuliahan.
Takut gagal itu hal yang wajar, tapi berbeda ketika lo punya sifat gak enakan. Biasanya sifat seperti ini akan membuat lo cemas karena takut akan mengecewakan orang lain di sekitar lo.
Mungkin ini biasa dirasakan kalau lo adalah seseorang yang perfeksionis. Jadi dalam kasus ini, lo ingin untuk bisa sempurna di hadapan orang lain yang seharusnya lo gak harus cemasin dari awal. Maka dari itu, jangan sampai lo bergantung dengan ekspektasi orang lain.
Terus, gimana cara menghilangkan sifat gak enakan?
Setelah lo tau kenapa lo bisa jadi orang gak enak nolak sesuatu, tentu lo ingin sifat ini hilang sedikit demi sedikit dalam diri lo. Maka dari itu, mending lo simak tips-tips cara menghilangkan sifat gak enakan yang gue ambil dari beberapa artikel jurnal.
1. Belajar membuat batasan
Berdasarkan podcast Satu Persen yang gue denger, hal pertama yang perlu lo lakukan adalah sadar akan batasan yang lo miliki. Dengan lo bisa menetapkan hal itu, lo bisa melakukan kebaikan dengan tujuan yang jelas. Jadi lo bisa bilang yes untuk hal yang pengen bener-bener wajib lo bantu, dan lo bilang no ketika lo merasa gak mampu.
Untuk bisa sadar ketika memberikan jawaban yes atau no dalam diri lo. Lo tinggal nanya ke diri sendiri baiknya gimana.
“Apakah kalau gue bantu, energi gue bakal terkuras banyak? Atau malah gue lebih happy dengan gue bantu ngerjain hal ini?”
Pada akhirnya mungkin sulit untuk mengimplementasikan batasan itu sendiri, tapi lo bisa mulai dengan pahamin diri sendiri dulu maunya apa dan kedepannya ada kesibukan apa. Jangan sampai tubuh dan tanggung jawab lo ditentuin sama orang lain ya, Perseners!
2. Tentukan prioritas
Awal mula lo menjadi orang yang gak enakan adalah dengan lo mengabaikan diri sendiri. Hal itu tentu ngebuat produktivitas lo berantakan karena lo gak bisa nentuin prioritas.
Misal gue ambil contoh ketika lo udah susah payah nabung untuk beli handphone terbaru, tapi ternyata ada temen deket lo yang nawarin skincare promo yang lumayan terjangkau. Jadi handphone yang asalnya lo lagi butuh banget, malah dikesampingkan karena lo gak bisa nolak tawaran teman dekat lo.
Nah, yang sekarang lo butuhin adalah memiliki mindset “prioritas”. Misal memang ada barang yang gak dibutuhin sekarang, kenapa harus dibeli cepet-cepet? Toh lo juga gak tau bakal dipakai untuk kapan barangnya. Oleh karenanya, lo harus mempertimbangkan setiap keputusan, ya!
3. Melakukan komunikasi asertif
Menurut gue poin ini sangat bersinggungan dengan kultur Satu Persen yang menjelaskan kalo kita harus hidup dengan jujur dan open minded. Satu Persen mengajarkan bahwa gak ada hal yang gak enak untuk diucapkan selama hal yang lo keluarkan itu benar.
Mungkin ada kala lo cemas untuk berpendapat karena takut ditolak atau takut dikritik. It’s okay, yang sekarang lo harus lakukan adalah buang anggapan kalo pendapat yang gak sesuai akan membawa lo ke suatu konflik permasalahan.
Terus gimana caranya biar pendapat kita gak membuahkan konflik?
Lo bisa buka percakapan dengan cara melakukan komunikasi asertif. Dengan cara ini, lo harus bisa untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan lo dengan tetap menjaga hak teman atau atasan.
Tapi ingat, pendapat semua orang itu sama pentingnya dengan pendapat lo. Jadi lo harus biasakan untuk seterbuka mungkin agar membuahkan win-win solution.
4. Menerima bahwa dunia tidak adil
Seperti yang udah gue ulas sebelumnya, habits gak enakan ini bisa ngebuat diri kita rentan dimanfaatin orang lain. Bahkan bisa lebih dari wajar jika lo bertemu orang yang eksploitatif. Tapi semua itu bisa lo kendalikan dengan cara lo memiliki mindset bahwa lo gak bisa ngebahagiain semua orang.
Mindset seperti itu sangat dibutuhkan biar lo gak melakukan segala halnya seorang seorang diri. Meski gue tau kalo lo punya keunikan dan kemampuan masing-masing, khususnya kemampuan untuk membantu seseorang. Tapi di satu sisi, itu bukan pertanda bahwa tugas lo buat nyenengin semua orang.
Maka dari itu, penting banget buat lo jujur biar lo gak asal nerima omongan orang.
Akhir kata, tentu gue mau dari tips-tips yang udah diberikan bermanfaat buat lo semua. Tapi jika setelah baca tulisan ini lo masih merasa gitu-gitu aja, gue saranin lo untuk ikutan Tes Tipe Produktivitas yang dibuat oleh Satu Persen. Tesnya bisa langsung lo akses dengan klik di bawah ini.
Dalam tes ini, lo bisa tau faktor produktif lo kayak gimana dan sekaligus lo juga akan dapat saran dari Satu Persen untuk menjalani #Hidupseutuhnya. Kalau lo merasa butuh bantuan, jangan ragu buat ikut mentoring Satu Persen.
Oke, segitu dari gue. Semoga bisa sedikit membantu ya, Perseners!
Referensi:
Jack, P. (April 20, 2020). How to Stop Being a People Pleaser. Retrieved on September 23, 2021 from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/women-autism-spectrum-disorder/202004/how-stop-being-people-pleaser
Watt, L. (AUGUST 21, 2021). Future-Faking People-Pleasers. Retrieved on September 23, 2021 from https://louisawatt.com/2021/08/21/future-faking-people-pleasers/
Tal-Or, N. (2010). Indirect Ingratiation: Pleasing People by Associating Them with Successful Others and by Praising Their Associates. Human Communication Research, 36(2), 163–189. https://doi.org/10.1111/j.1468-2958.2010.01372.x
Rosenfeld, P., Giacalone, R. A., & Riordan, C. A. (1995). Impression management in organizations. London: Routledge. From https://www.routledge.com/Impression-Management-in-the-Organization/Giacalone-Rosenfeld/p/book/9780805800883
Shapiro, J. R., Baldwin, M., Williams, A. M., & Trawalter, S. (2011). The company you keep: Fear of rejection in intergroup interaction. Journal of Experimental Social Psychology, 47(1), 221–227. https://doi.org/10.1016/j.jesp.2010.10.006
Widyastuti, T., Pariwisata, A., Bandung, B., Sekolah, J., No, I., & Bandung, A. (2017). Widya Cipta Vol I No. I(1), 1–7.