Pelatihan Komunikasi Asertif di Jakarta: Tingkatkan Kemampuan Komunikasimu!

Dilsa Ad'ha
29 Mei 2025

Key Takeaways:

  • Komunikasi asertif adalah kemampuan menyampaikan pendapat secara jelas tanpa menyakiti orang lain.
  • Pelatihan ini cocok untuk siapa saja, dari pelajar sampai profesional.
  • Tekniknya meliputi role play, active listening, hingga body language.
  • Hasilnya bisa bikin kamu lebih percaya diri dan minim konflik.
  • Cocok untuk kamu yang pengen upgrade cara komunikasi di kampus, kerja, atau bahkan di rumah.

Pernah nggak sih, kamu merasa susah banget bilang “nggak” ke orang lain, takut dikira jahat atau nggak sopan? Atau justru kamu sering terlalu blak-blakan sampai bikin orang lain merasa tersinggung? Nah, dua hal ini bisa jadi tanda bahwa kamu belum menguasai komunikasi asertif.

Saya pribadi juga pernah ada di fase itu. Ngerasa salah terus, takut ditolak, atau malah jadi nyesel setelah ngomong. Tapi ternyata, semua itu bisa dilatih lewat pelatihan komunikasi asertif. Pelatihan ini bukan sekadar belajar ngomong dengan lancar, tapi juga soal membangun kepercayaan diri, mendengarkan dengan empati, dan menyampaikan pendapat tanpa drama.

Makanya, kalau kamu anak SMA, mahasiswa, atau fresh graduate yang lagi berjuang biar bisa didengar dan dimengerti orang lain—baik itu di kelas, organisasi, kerja kelompok, atau bahkan saat ngobrol sama keluarga—artikel ini wajib kamu baca sampai tuntas!

Pelatihan komunikasi asertif biasanya dimulai dari pengenalan dasar: apa sih bedanya komunikasi asertif, pasif, dan agresif? Di sinilah kamu akan belajar bahwa komunikasi bukan cuma soal “ngomong”, tapi juga soal niat dan cara menyampaikannya.

Misalnya, kamu bisa belajar gimana caranya:

  • Menyampaikan ide di depan banyak orang tanpa merasa takut.
  • Memberi kritik tanpa bikin orang lain down.
  • Menolak ajakan atau permintaan tanpa merasa bersalah.

Dan semua itu nggak diajarin lewat ceramah doang—tapi langsung praktik. Ada sesi role play, latihan active listening, bahkan belajar teknik bahasa tubuh biar apa yang kamu sampaikan lebih kuat dan jelas. Menurut Life Skills x Satu Persen dan berbagai pelatihan seperti dari Diotraining.com, metode-metode ini terbukti efektif buat bikin peserta naik level dalam berkomunikasi.

Contoh nyata yang saya pelajari dari program ini adalah bagaimana respon orang bisa berubah drastis ketika kita berbicara dengan gaya asertif. Dari yang tadinya gampang emosi, jadi lebih terbuka. Dari yang suka menghindar, jadi lebih siap berdiskusi.

Kenapa Banyak Orang Masih Takut Bicara Terbuka?

Pernah nggak sih Anda ngerasa serba salah waktu mau ngomong sesuatu? Mau nolak, takut dibilang nggak sopan. Mau kasih saran, takut dikira nyolot. Ujung-ujungnya jadi pendam sendiri, atau malah meledak di momen yang nggak pas.

Kondisi kayak gini sering terjadi karena kita belum terbiasa (atau belum tahu caranya) komunikasi secara asertif. Bukan berarti kita harus keras atau dominan, tapi justru menyampaikan pendapat dan perasaan dengan jujur tanpa menyakiti orang lain.

Saya sendiri sempat ngerasa bingung waktu mulai belajar komunikasi asertif. Apalagi di budaya kita yang kadang terlalu menjunjung “sungkan”. Tapi, setelah ikut pelatihan dari Life Skills x Satu Persen, banyak hal yang berubah.

Pelatihan Komunikasi Asertif: Bukan Cuma Teori Doang

Apa yang bikin pelatihan ini beda dari sekadar baca artikel atau nonton video motivasi?

1. Belajar Bedain Gaya Komunikasi
Di awal sesi, saya diajak mengenali tiga jenis gaya komunikasi: pasif, agresif, dan asertif. Banyak dari kita mungkin selama ini nggak sadar sering pasif (nggak berani ngomong) atau justru agresif (maksa pendapat sendiri). Di sinilah saya sadar, kenapa kadang hubungan saya sama orang lain jadi nggak nyaman.

2. Praktik Role Play yang Relatable
Sesi role play adalah favorit saya. Kita diminta nyoba skenario nyata: nolak ajakan teman, kasih kritik ke rekan kerja, sampai ngomong jujur soal perasaan. Semua dikemas ringan dan disesuaikan dengan konteks anak muda. Yang bikin nagih adalah kita dikasih feedback langsung sama fasilitator. Jadi tahu mana bagian yang perlu ditingkatkan.

3. Latihan Mendengarkan Aktif
Komunikasi itu bukan cuma soal ngomong. Tapi juga soal dengerin. Di pelatihan ini, saya dilatih buat benar-benar hadir waktu lawan bicara ngomong. Fokus, empati, dan nggak langsung nyela. Simple, tapi impactful banget.

4. Bahasa Tubuh dan Nada Bicara
Kadang niatnya udah baik, tapi karena nada kita terdengar sinis atau ekspresi muka nggak

Kesimpulan

Pelatihan komunikasi asertif ini bukan cuma bikin kamu jago ngomong, tapi juga bikin kamu lebih kenal diri sendiri, lebih percaya diri, dan lebih dihargai.

Buat saya pribadi, pelatihan ini bukan sekadar "skill komunikasi", tapi investasi jangka panjang untuk kesehatan mental dan kualitas hubungan, baik di lingkungan akademik, pekerjaan, sampai keluarga.

Kamu jadi tahu kapan harus tegas, kapan harus mendengar, dan gimana menyampaikan pendapat tanpa bikin orang lain merasa diserang. Dan yang paling penting: kamu nggak lagi ngerasa bersalah setiap kali jujur soal apa yang kamu rasain.

QnA

Q: Apakah komunikasi asertif itu artinya harus selalu bilang terus terang meski menyakitkan?
A:
Nggak. Komunikasi asertif itu tentang menyampaikan kejujuran dengan cara yang tetap menghormati orang lain. Tujuannya bukan menyakiti, tapi menyampaikan secara tepat.

Q: Gimana kalau lawan bicara kita tetap nggak terima meskipun kita sudah bicara asertif?
A: Itu bisa terjadi. Tapi ingat, kita hanya bisa mengontrol cara kita berkomunikasi, bukan respon orang lain. Yang penting kita sudah menyampaikan dengan tenang, jelas, dan sopan.

Q: Saya orangnya introvert dan susah ngomong. Bisa nggak belajar komunikasi asertif?
A: Justru bisa banget. Asertif itu bukan soal seberapa cerewet kamu, tapi soal keberanian menyampaikan apa yang kamu pikirkan dan rasakan. Dan semua itu bisa dilatih, termasuk oleh orang yang pendiam.

Q: Pelatihan ini cocok untuk siapa aja?
A: Cocok banget untuk mahasiswa, fresh graduate, karyawan, bahkan kamu yang lagi di fase banyak konflik internal. Komunikasi asertif itu dibutuhkan semua orang.

Q: Apa yang harus dilakukan setelah ikut pelatihan?
A: Praktik. Terapkan sedikit demi sedikit di kehidupan sehari-hari. Mulai dari hal kecil, seperti bilang “tidak” dengan sopan, atau menyampaikan pendapat di diskusi kelas. Konsistensi adalah kunci.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.