Training Situational Leadership: Membangun Pemimpin Adaptif untuk Tim Unggul di Makassar

Ahmad Faris Maulana
26 Okt 2025

Key Takeaways

  • Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership) adalah model yang menuntut pemimpin mengubah gaya kepemimpinannya (Directing, Coaching, Supporting, Delegating) sesuai tingkat kesiapan dan kompetensi anggota tim.
  • Di Makassar, kota dengan pertumbuhan bisnis yang dinamis dan angkatan kerja beragam, pendekatan kepemimpinan satu gaya untuk semua (one-size-fits-all) tidak lagi efektif dan menghambat kinerja.
  • Workshop ini melatih manajer untuk mendiagnosis kebutuhan tim secara akurat, sehingga dapat memberikan arahan, bimbingan, atau delegasi yang tepat pada waktu yang tepat.
  • Implementasi Situational Leadership terbukti meningkatkan kecepatan belajar karyawan, engagement, motivasi, dan otonomi, yang berujung pada retensi talenta yang lebih baik.
  • Pelatihan yang efektif membutuhkan fasilitator ahli dan materi yang disesuaikan (customized) dengan tantangan spesifik yang dihadapi perusahaan, terutama dalam konteks bisnis di Makassar.

Sebagai seorang manajer atau pimpinan HR di Makassar, Anda mungkin pernah mengalami skenario ini: Anda merekrut seorang karyawan baru yang terlihat sangat antusias (kita sebut saja Budi), namun setelah beberapa minggu, kinerjanya tidak kunjung membaik. Anda sudah memberikan kebebasan dan mendelegasikan tugas, namun hasilnya jauh dari harapan. Di sisi lain, Anda memiliki karyawan senior (sebut saja Rina) yang sangat kompeten, namun Anda merasa perlu terus mengawasi dan memberikan arahan detail untuk setiap proyeknya. Hasilnya? Rina tampak frustrasi, kurang termotivasi, dan kinerjanya stagnan.

Apa yang salah? Masalahnya mungkin bukan pada Budi atau Rina, tetapi pada pendekatan kepemimpinan Anda. Anda mungkin menerapkan gaya yang sama (misalnya, mendelegasikan kepada Budi yang masih baru, atau terlalu mengarahkan Rina yang sudah ahli) kepada dua individu dengan tingkat kesiapan yang sangat berbeda. Di sinilah konsep Situational Leadership atau Kepemimpinan Situasional menjadi solusi strategis.

Di tengah lanskap bisnis Makassar yang tumbuh pesat, persaingan untuk mendapatkan dan mempertahankan talenta terbaik semakin ketat. Perusahaan tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan kepemimpinan yang kaku. Dibutuhkan pemimpin yang adaptif, yang mampu "membaca" situasi dan menyesuaikan gaya mereka untuk memaksimalkan potensi setiap individu. Training Situational Leadership adalah investasi krusial untuk membangun kapasitas manajerial yang gesit dan efektif di perusahaan Anda.

Manfaat Workshop Situational Leadership untuk Tim Anda

Mengadopsi model Kepemimpinan Situasional melalui workshop yang terstruktur bukanlah sekadar program pelatihan biasa. Ini adalah perubahan paradigma dalam cara manajer Anda berinteraksi, mengembangkan, dan memotivasi tim mereka. Berikut adalah manfaat utama yang akan dirasakan perusahaan Anda.

1. Mempercepat Pengembangan Kompetensi Karyawan

Model Situational Leadership mengidentifikasi empat tingkat perkembangan (Development Levels) karyawan, dari D1 (Antusias namun belum kompeten) hingga D4 (Sangat kompeten dan berkomitmen tinggi). Pelatihan ini mengajarkan manajer untuk memberikan gaya kepemimpinan yang sesuai:

  • Directing (S1): Memberi arahan spesifik kepada karyawan D1 yang baru atau belum berpengalaman.
  • Coaching (S2): Menjelaskan "mengapa" dan memberi bimbingan kepada karyawan D2 yang mulai belajar namun masih ragu.
  • Supporting (S3): Memberi dukungan dan fasilitas kepada karyawan D3 yang kompeten namun mungkin kurang percaya diri.
  • Delegating (S4): Mendelegasikan tanggung jawab penuh kepada karyawan D4 yang sudah ahli dan mandiri. Dengan mencocokkan gaya kepemimpinan dan kebutuhan karyawan, proses belajar menjadi jauh lebih cepat. Karyawan baru tidak merasa "dilepas" begitu saja, dan karyawan berpengalaman tidak merasa dikekang.

2. Mendorong Engagement dan Motivasi Tim secara Signifikan

Salah satu pembunuh motivasi terbesar di tempat kerja adalah perasaan tidak dipahami oleh atasan. Karyawan yang merasa di-micromanage padahal mereka mampu, akan kehilangan inisiatif. Sebaliknya, karyawan yang membutuhkan bimbingan tapi tidak mendapatkannya, akan merasa stres dan gagal. Workshop Situational Leadership melatih manajer untuk menjadi pendengar dan diagnostisiator yang lebih baik. Ketika karyawan merasa atasan mereka memahami apa yang mereka butuhkan untuk sukses (baik itu arahan, bimbingan, atau otonomi), tingkat kepercayaan dan engagement mereka akan meroket.

3. Menciptakan Fleksibilitas Organisasi dalam Menghadapi Perubahan

Bisnis modern penuh dengan ketidakpastian. Proyek baru, perubahan pasar, atau krisis internal bisa terjadi kapan saja. Seorang pemimpin yang kaku, yang hanya bisa memimpin dengan satu gaya (misalnya, selalu komando), akan kesulitan mengelola tim melalui perubahan. Pemimpin situasional, di sisi lain, dapat dengan cepat beralih gaya. Mereka bisa menjadi sangat direktif saat krisis (S1), lalu beralih ke suportif (S3) untuk mengelola moral tim setelahnya. Fleksibilitas di tingkat manajerial ini menciptakan organisasi yang lebih tangguh dan adaptif.

4. Mengoptimalkan Pendelegasian Tugas dan Produktivitas Manajer

Banyak manajer terjebak dalam "perangkap kesibukan". Mereka enggan mendelegasikan tugas penting karena takut hasilnya tidak sesuai standar. Pelatihan ini mengajarkan manajer cara membedakan antara karyawan yang siap menerima delegasi penuh (D4) dan mereka yang masih membutuhkan dukungan (D3). Dengan berani menerapkan gaya Delegating (S4) pada orang yang tepat, manajer dapat membebaskan waktu mereka dari pekerjaan teknis dan fokus pada tugas yang lebih strategis, seperti perencanaan jangka panjang dan pengembangan tim.

5. Mengurangi Konflik dan Memperbaiki Komunikasi Internal

Sebagian besar konflik di tempat kerja berasal dari ekspektasi yang tidak sesuai. Seorang manajer mengharapkan inisiatif (gaya S4), sementara karyawan mengharapkan arahan yang jelas (kebutuhan D1). Hasilnya adalah kekecewaan di kedua belah pihak. Dengan menerapkan bahasa yang sama dari Situational Leadership, komunikasi menjadi lebih jernih. Manajer dapat secara eksplisit berkata, "Untuk tugas ini, saya akan menggunakan pendekatan 'Coaching'..." atau "Saya mendelegasikan ini sepenuhnya kepada Anda...". Kejelasan ini secara drastis mengurangi miskomunikasi dan konflik interpersonal.

Mengapa Pelatihan Situational Leadership Sangat Dibutuhkan di Makassar?

Makassar bukan lagi sekadar kota transit, tetapi telah bertransformasi menjadi pusat bisnis, perdagangan, dan jasa yang vital di Kawasan Timur Indonesia. Dinamika unik di kota ini membuat kebutuhan akan pemimpin yang adaptif menjadi sangat mendesak.

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang pesat berarti perusahaan Anda terus-menerus berekspansi, membentuk tim baru, atau mempromosikan individu ke peran kepemimpinan. Pemimpin baru ini seringkali dipromosikan karena keahlian teknis mereka, bukan karena kemampuan memimpin. Mereka membutuhkan kerangka kerja praktis seperti Situational Leadership untuk berhasil mengelola tim pertama mereka.

Kedua, keragaman angkatan kerja di Makassar sangat tinggi. Kota ini menarik talenta dari berbagai latar belakang budaya dan generasi, dari Gen Z yang melek digital hingga profesional berpengalaman. Setiap kelompok ini memiliki ekspektasi yang berbeda terhadap kepemimpinan. Pendekatan "satu gaya" yang kaku dijamin gagal. Pemimpin situasional mampu menjembatani kesenjangan ini, memperlakukan setiap individu sesuai dengan kebutuhan pengembangan mereka, bukan berdasarkan stereotip usia atau latar belakang.

Ketiga, tingkat persaingan bisnis di Makassar menuntut inovasi dan efisiensi. Perusahaan tidak bisa menunggu karyawan "belajar sendiri". Manajer harus proaktif bertindak sebagai "pengembang talenta". Workshop Situational Leadership mengubah manajer dari sekadar "bos" menjadi "coach" yang efektif, yang secara sistematis meningkatkan kapasitas timnya untuk menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks.

Cara Mengadakan Workshop Situational Leadership yang Efektif di Perusahaan Anda

Untuk memastikan pelatihan ini memberikan dampak nyata dan bukan sekadar formalitas, ada beberapa langkah strategis yang perlu Anda pertimbangkan.

1. Sesuaikan Materi dengan Kebutuhan Spesifik Tim Anda

Sebelum pelatihan, lakukan asesmen singkat. Apakah tantangan terbesar manajer Anda saat ini? Apakah mereka terlalu banyak mendelegasikan (terlalu pasif) atau terlalu banyak mengarahkan (micromanage)? Sampaikan tantangan ini kepada fasilitator. Workshop yang baik akan menggunakan studi kasus dan permainan peran (role-playing) yang relevan dengan masalah nyata yang dihadapi tim Anda di Makassar, bukan sekadar teori umum.

2. Libatkan Fasilitator Ahli yang Berpengalaman

Kepemimpinan Situasional adalah model yang terlihat sederhana di permukaan, namun rumit dalam penerapannya. Anda membutuhkan fasilitator yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga memiliki pengalaman bisnis nyata. Fasilitator ahli dapat memandu diskusi yang sulit, memberikan umpan balik yang konstruktif selama role-playing, dan menghubungkan konsep dengan metrik bisnis yang penting bagi perusahaan Anda.

3. Ciptakan Ruang Aman untuk Diskusi dan Interaksi

Bagian terpenting dari pelatihan ini adalah latihan. Manajer harus berlatih mendiagnosis tingkat perkembangan karyawan (D1-D4) dan mempraktikkan keempat gaya kepemimpinan (S1-S4). Ini seringkali terasa canggung pada awalnya. Pastikan workshop menciptakan lingkungan yang aman secara psikologis, di mana peserta merasa nyaman untuk mencoba, membuat kesalahan, dan belajar dari umpan balik tanpa takut dihakimi.

4. Lakukan Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut (Follow-up)

Pelatihan tidak berakhir saat workshop selesai. Keberhasilan sesungguhnya diukur dari perubahan perilaku di tempat kerja. Rencanakan sesi tindak lanjut, misalnya 1-2 bulan setelah workshop, untuk membahas apa yang berhasil, apa yang masih menantang, dan bagaimana HR dapat terus mendukung penerapan model ini. Integrasikan bahasa Situational Leadership ke dalam proses manajemen kinerja dan sesi coaching 1-on-1 Anda.

Kesimpulan

Di lingkungan bisnis Makassar yang dinamis, memiliki manajer yang kaku dan hanya mengandalkan satu gaya kepemimpinan adalah sebuah risiko. Tim yang hebat tidak terjadi begitu saja, mereka dibangun oleh pemimpin yang hebat. Pemimpin yang hebat memahami bahwa tugas mereka bukanlah untuk memimpin dengan cara yang mereka sukai, tetapi memimpin dengan cara yang dibutuhkan oleh tim mereka.

Training Situational Leadership membekali manajer Anda dengan keterampilan diagnostik dan fleksibilitas perilaku untuk melakukan hal tersebut. Ini bukanlah sekadar biaya pelatihan, melainkan investasi strategis untuk meningkatkan kinerja, menumbuhkan talenta dari dalam, dan membangun organisasi yang tangguh dan siap bersaing di masa depan.

Jika Anda tertarik untuk memperdalam lagi kemampuan tim Anda dalam Situational Leadership, pertimbangkan untuk mengikuti In-House Training yang kami tawarkan dari Life Skills ID x Satu Persen. Kami menyediakan berbagai program pelatihan yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan unik perusahaan Anda. Dengan pendekatan yang tepat, workshop ini bisa menjadi investasi terbaik dalam meningkatkan kinerja dan kesejahteraan tim Anda.

Mau tau lebih lanjut tentang pelatihannya? Hubungi Kami untuk Konsultasi:

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa sebenarnya Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership) itu?

Ini adalah model kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard. Intinya adalah tidak ada satu gaya kepemimpinan terbaik. Pemimpin yang efektif harus menyesuaikan gaya mereka (Directing, Coaching, Supporting, atau Delegating) berdasarkan tingkat kesiapan (kombinasi kompetensi dan komitmen) dari anggota tim mereka untuk tugas tertentu.

2. Apakah pelatihan ini hanya cocok untuk manajer senior?

Tidak. Pelatihan ini sangat relevan untuk siapa saja yang mengelola orang lain, termasuk supervisor baru, ketua tim (team leader), manajer proyek, dan manajer madya. Semakin dini seseorang mempelajari fleksibilitas kepemimpinan, semakin efektif mereka dalam mengembangkan tim mereka.

3. Tim saya sebagian besar sudah berpengalaman. Apakah kami masih memerlukan pelatihan ini?

Justru sangat perlu. Banyak manajer merasa kesulitan saat memimpin karyawan berpengalaman (D3 atau D4). Mereka cenderung masih menggunakan gaya Directing (S1) atau Coaching (S2) yang membuat karyawan senior merasa di-micromanage. Pelatihan ini akan mengajari manajer Anda cara efektif menggunakan gaya Supporting (S3) dan Delegating (S4) untuk memberdayakan dan mempertahankan talenta terbaik Anda.

4. Berapa lama durasi workshop In-House Training ini?

Durasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan Anda. Umumnya, workshop ini berjalan efektif dalam format 1 hingga 2 hari penuh untuk mencakup pemahaman konsep, studi kasus, dan latihan intensif (role-playing). Namun, kami dapat merancangnya secara fleksibel sesuai ketersediaan tim Anda.

5. Apa bedanya training ini dengan training kepemimpinan lainnya?

Banyak pelatihan kepemimpinan fokus pada "sifat" atau "karakter" pemimpin. Situational Leadership lebih praktis dan berfokus pada "perilaku" yang bisa dilatih. Ini memberikan manajer sebuah alat diagnostik dan kerangka kerja yang jelas untuk bertindak secara berbeda dalam situasi yang berbeda, sehingga lebih mudah diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.