Ternyata Ini 7 Alasan Sulit Move On dari Kesalahan Masa Lalu

Dilsa Ad'ha
18 Des 2024

Key Takeaways:

  • Perfectionist bikin lo susah memaafkan diri sendiri
  • Takut sama pandangan orang lain itu normal, tapi jangan bikin lo terpuruk
  • Self-reflection itu penting buat berkembang, meski kadang menyakitkan
  • Ada cara praktis buat belajar memaafkan diri sendiri

Siapa sih yang ngga pernah bikin kesalahan? Gue yakin, setiap orang pasti pernah ngerasain gimana rasanya nyesel abis bikin kesalahan. Tapi lo tau ngga? Masalahnya bukan di kesalahannya, tapi di cara kita menyikapi kesalahan itu. Banyak dari kita yang stuck di fase menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya malah bikin mental health kita drop.

Sebelum kita bahas lebih jauh, gue mau ngajak lo buat ngeliat sesuatu. Coba deh inget-inget, kapan terakhir kali lo bener-bener maafin diri lo sendiri? Susah ya? Nah, itu dia! Kebanyakan dari kita ternyata lebih gampang maafin orang lain daripada maafin diri sendiri.

Lo pasti pernah kan ngerasain gimana rasanya overthinking gara-gara kesalahan yang lo buat? Atau bahkan sampe kepikiran terus padahal kejadiannya udah lama banget? Trust me, lo ngga sendirian. Sebagai seseorang yang sering berinteraksi sama ribuan anak muda Indonesia, gue sering banget nemuin masalah yang sama: kita terlalu keras sama diri sendiri.

Kita sering banget ngerasa kalau kesalahan yang kita buat tuh ngga bisa dimaafin. Padahal, kesalahan itu justru yang bikin kita belajar dan berkembang. Tapi sayangnya, banyak dari kita yang malah terjebak dalam lingkaran setan: bikin kesalahan → nyalahin diri sendiri → takut bikin kesalahan lagi → ngga berani ambil keputusan → stuck di tempat yang sama.

Think about it, kalau temen lo bikin kesalahan yang sama kayak yang lo lakuin, lo pasti bakal bilang "Santai aja, namanya juga manusia" atau "Yang penting lo belajar dari kesalahan itu." Tapi kenapa ya, kita susah banget ngomong hal yang sama ke diri sendiri?

Apalagi di era sosial media sekarang ini, di mana kesuksesan orang lain keliatan banget di timeline kita. Kita jadi makin keras sama diri sendiri, ngerasa kalau kita ngga cukup baik, atau bahkan ngerasa kalau kita ngga pantes dapet kebahagiaan gara-gara kesalahan yang pernah kita buat.

Kenapa Sih Lo Susah Banget Maafin Diri Sendiri?

Lo pernah ngerasa nggak bisa maafin diri sendiri atas kesalahan atau kegagalan yang udah terjadi? Rasanya kayak ada beban yang berat banget di hati, dan meskipun udah berusaha move on, perasaan itu tetap aja ngikutin. Salah satu penyebabnya mungkin karena perfectionism yang sering banget kita alami. Perfectionism ini sebenarnya kayak pisau bermata dua, bro. Di satu sisi, dia bisa bikin lo jadi orang yang super detail dan selalu ngasih yang terbaik. Tapi, di sisi lain, dia bisa jadi jebakan yang bikin lo nggak pernah puas sama diri sendiri. Lo selalu ngerasa segala sesuatu yang lo lakuin belum cukup baik, nggak sempurna, dan ujung-ujungnya lo takut untuk coba hal-hal baru, karena takut gagal atau dianggap nggak cukup bagus.

Di luar itu, ada juga yang namanya takut sama pandangan orang lain. Coba deh inget, berapa kali lo berpikir, "Gimana ya kalau orang lain ngomongin gue?" atau "Apakah mereka bakal nge-judge gue kalau gue gagal?" Hal kayak gini akhirnya ngebuat lo jadi people pleaser, yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan sampai lo lupa sama kebutuhan dan perasaan diri lo sendiri. Lo nggak pernah bisa jadi diri lo yang sebenarnya karena terus-terusan mikirin pendapat orang.

Nah, satu hal lagi yang sering bikin lo terjebak dalam lingkaran ini adalah self-deception atau pembohongan diri sendiri. Lo tahu nggak sih, kita sering banget bikin mekanisme pertahanan diri yang bikin kita nyalahin orang lain atau situasi di luar kita? Padahal, ini cuma cara kita untuk nggak menghadapinya dan menunda proses healing yang sebenarnya kita butuhin. Kita suka bilang, "Ya, kalau orang itu nggak gitu, gue nggak bakal kayak gini," padahal kenyataannya, itu cuma pengalihan. Dengan begitu, lo nggak pernah benar-benar move on dan malah jadi stuck dalam perasaan nggak nyaman.

Cara Keluar dari Lingkaran Toxic Self-Blame

Mulai Dari Mengakui

Langkah pertama yang paling penting adalah mengakui perasaan lo. Gue ngerti banget, ini mungkin terdengar gampang, tapi sebenarnya nggak semudah itu. Lo harus bisa mengakui bahwa lo merasa bersalah, kecewa, atau bahkan marah sama diri sendiri. Perasaan-perasaan itu valid dan wajar kok. Justru, dengan mengakui itu, lo mulai bisa ngebuka jalan buat proses healing. Tanpa lo sadar, dengan menutupi atau menekan perasaan itu, lo malah bikin beban itu makin berat.

Reframe Your Thoughts

Sekarang coba deh, mulai ubah cara pandang lo. Alih-alih mikir, "Gue bodoh banget bisa bikin kesalahan ini," coba ganti pola pikir lo jadi, "Oke, gue belajar sesuatu yang berharga dari kejadian ini." Lo harus inget, kesalahan bukan definisi dari diri lo, tapi bagian dari proses belajar dan berkembang. Setiap orang pasti pernah salah, tapi bukan berarti itu adalah akhir dari segalanya. Justru, dari setiap kesalahan lo, ada pelajaran yang bisa lo ambil buat jadi lebih baik di masa depan.

Practice Self-Compassion

Lo mungkin sering denger istilah self-compassion, kan? Nah, ini beda banget sama self-pity. Self-pity itu lo cuma berfokus pada perasaan kasihan terhadap diri sendiri, sementara self-compassion itu lo bisa memperlakukan diri lo dengan penuh pengertian dan kebaikan, layaknya lo memperlakukan temen dekat lo yang lagi butuh dukungan. Jangan jadi orang yang keras sama diri sendiri, karena itu cuma bikin lo makin terjebak dalam rasa bersalah dan nggak pernah bisa maju. Cobalah untuk lebih lembut terhadap diri sendiri, dan beri ruang untuk perasaan lo.

Set Realistic Standards

Terakhir, stop bandingin diri lo sama orang lain atau sama standar yang nggak realistis. Dunia sosial media yang penuh dengan kesuksesan dan pencapaian orang lain sering kali bikin lo merasa nggak cukup baik. Tapi, lo harus inget, progress itu nggak selalu linear. Kadang lo maju, kadang lo mundur sedikit, dan itu nggak masalah. Yang penting adalah lo terus berusaha dan tetap berproses. Jadi, setlah standar yang realistis buat diri lo sendiri. Lo nggak perlu jadi sempurna, karena pada akhirnya, setiap langkah kecil yang lo ambil itu udah cukup untuk berkembang.

Kesimpulan

Gue tau kalau memaafkan diri sendiri itu ngga gampang. Tapi percaya deh, ini adalah langkah pertama yang penting banget buat lo bisa move forward dan berkembang. Karena tanpa self-forgiveness, lo bakal terus-terusan stuck di tempat yang sama, dikelilingi rasa bersalah dan penyesalan yang ngga produktif.

Lo tau ngga? Kadang kita butuh bantuan orang lain buat bisa ngelewatin proses ini. Dan it's totally okay! Ngga ada yang salah dengan mencari bantuan profesional. Di Satu Persen, kita punya layanan Life Coaching yang bisa bantu lo buat:

  • Nemuin solusi dari masalah yang lo hadapi
  • Lebih memahami diri sendiri lewat berbagai psikotes
  • Dapet worksheet yang disesuaikan sama masalah lo
  • Cerita dan diskusi sama Life Coach yang berpengalaman

Pengen mulai perjalanan healing lo? Yuk, jadwalin sesi Life Coaching lo di satu.bio/curhat-yuk

Atau kalau lo ngerasa butuh bantuan yang lebih mendalam, lo juga bisa coba layanan Konseling dengan psikolog professional kita di satu.bio/konseling-yuk.

FAQ:

Q: Apa bedanya self-forgiveness sama self-pity?

A: Self-forgiveness itu tentang menerima dan belajar dari kesalahan, while self-pity lebih ke arah mengasihani diri sendiri tanpa ada keinginan untuk berubah.

Q: Berapa lama sih prosesnya sampai bisa bener-bener maafin diri sendiri?

A: Ngga ada timeline yang pasti, karena setiap orang punya journey yang berbeda. Yang penting adalah konsisten dalam prosesnya.

Q: Kalau gue udah mencoba tapi masih sering overthinking, gimana?

A: It's okay! Healing itu prosesnya ngga linear. Kalau lo ngerasa stuck, coba sharing sama orang terdekat atau konsultasi sama Life Coach kita.

Q: Gimana cara bedain antara self-reflection yang sehat sama overthinking yang toxic?

A: Self-reflection yang sehat fokus ke pembelajaran dan solusi, sedangkan overthinking biasanya berputar-putar di masalah tanpa ada jalan keluar.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.