Memori Trauma

Bilik Sastra
Satu Persen
9 Nov 2020

Pagi hari tiba…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Kabut pagi tipis merungkupi
Embun pagi hendak meniti cahaya mentari terbit
Cahaya menembus lembut rongga jendela ruangan
Ruangan perlahan tampak cerah

Menjelang siang hari…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Mendongakkan kepalaku melihat langit biru
Gumpalan awan putih bergerumul mengitarinya
Cahaya matahari menggenggam awan putih
Ruangan tampak cerah

Mulai memasuki senja…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Semburat jingga menghiasi langit
Burung-burung lalu-lalang mengitarinya
Ku hirup secangkir kopi
Menyeruputnya perlahan
Ku bakar sebatang cerutu
Menghisapnya perlahan
Ruangan perlahan tampak redup

Malam tiba…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatapi dimensi luar
Yang ku dapati hanyalah kelegaman
Ruangan sudah redup

Tersesat dalam banyaknya lorong berliku-liku
Ku sadari ruangan itu bagai labirin
Sekali aku masuk, sulit bagiku untuk keluar
Petanya sebagian sudah habis terkoyak dimakan rayap
Abstrak, aku tak bisa membacanya dengan jelas
Hanya sebatang lilin ku genggam menemani

Esok lagi…
Seterusnya, setiap hari,
Sampai aku menemukan pintu keluarnya lagi



Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.