Pagi hari tiba…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Kabut pagi tipis merungkupi
Embun pagi hendak meniti cahaya mentari terbit
Cahaya menembus lembut rongga jendela ruangan
Ruangan perlahan tampak cerah
Menjelang siang hari…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Mendongakkan kepalaku melihat langit biru
Gumpalan awan putih bergerumul mengitarinya
Cahaya matahari menggenggam awan putih
Ruangan tampak cerah
Mulai memasuki senja…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatap dimensi luar
Semburat jingga menghiasi langit
Burung-burung lalu-lalang mengitarinya
Ku hirup secangkir kopi
Menyeruputnya perlahan
Ku bakar sebatang cerutu
Menghisapnya perlahan
Ruangan perlahan tampak redup
Malam tiba…
Dari bilik jendela ruangan
Ku tatapi dimensi luar
Yang ku dapati hanyalah kelegaman
Ruangan sudah redup
Tersesat dalam banyaknya lorong berliku-liku
Ku sadari ruangan itu bagai labirin
Sekali aku masuk, sulit bagiku untuk keluar
Petanya sebagian sudah habis terkoyak dimakan rayap
Abstrak, aku tak bisa membacanya dengan jelas
Hanya sebatang lilin ku genggam menemani
Esok lagi…
Seterusnya, setiap hari,
Sampai aku menemukan pintu keluarnya lagi